[Timid Boy]

3.2K 331 63
                                    

Ketika rombongannya sudah kembali melangkah, (Y/n) justru tak bergerak dari tempatnya.

Dia berdiri tepat di depan kuil kecil yang menyatu dengan pohon tertua di tengah hutan. Kata tour guide tadi, kuil itu dibangun sebagai bentuk perhormatan terhadap arwah-arwah yang meninggal di hutan tersebut. Kuil yang sudah dibangun sejak lama itu mengingatkan pada siapapun yang berkunjung bahwasanya tidak sedikit orang yang meninggal di dalam sini; baik dibunuh atau sengaja membunuh dirinya sendiri.

Kuil itu dirawat dengan sangat baik oleh para penjaga, mengingat bahwa kuil itu merupakan spot paling banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya bunga bersama dengan makanan-makanan sesaji yang tiap harinya diganti.

"(Y/n)?"

Gadis itu tersentak ketika Hyunbin memanggil sembari menepuk pundaknya. Dia sontak melepaskan pandangannya dari kuil menuju Hyunbin yang sudah berdiri di sampingnya.

"Kenapa masih disini?" Tanya Hyunbin. "Kau hampir ketinggalan jauh loh."

"Ah, iya benar. Sepertinya aku terlalu asik memperhatikan ukiran di kuil itu."

Hyunbin mengangguk setuju, "Ukirannya memang sangat bagus. Tapi sayangnya kita tidak bisa lama-lama disini, sudah terlalu sore. Kita harus kembali ke penginapan sebelum hari gelap."

"Baiklah, ayo kita menyusul yang lainnya!"

(Y/n) merangkul lengan Hyunbin kemudian berjalan penuh semangat meninggalkan kuil untuk bergabung dengan rombongannya yang lain. Tapi sebelum melangkah semakin jauh, gadis itu terlebih dahulu menoleh ke belakang dan menatap kuil itu dengan tatapan yang penuh arti.

Mungkin lebih tepatnya bukan kuil kecil tersebut yang (Y/n) tatap. Melainkan sosok wanita yang sedaritadi menangis tersendu-sendu di depan kuil tapi kini berteriak marah karena (Y/n) beserta rombongan meninggalkannya begitu saja. Wanita yang tadinya terlihat menyedihkan dengan wajahnya yang cantik kini berubah menjijikkan dengan rupanya yang sangat buruk serta bau busuk yang menyengat.

Dan (Y/n) bersyukur karena tidak ada satupun temannya yang menjadi korban wanita jelek itu.

×××

Felix sama sekali tidak melepaskan pelukannya pada lengan Seungmin sejak pertama kali ia masuk ke dalam hutan. Meski Seungmin sudah berkali-kali mendorong bahkan menendangnya, Felix tetap tak mau melepaskan lengan Seungmin hingga pemuda Kim itu hanya bisa pasrah dengan kelakuan sahabatnya yang terus menempel.

"Kalau kau takut seharusnya kau diam saja di penginapan bersama Jisung!" Geram Seungmin.

Felix menunjukkan deretan giginya dengan polos kemudian mendusel ke lengan Seungmin, "Aku sudah membayar mahal jadi aku tidak mau rugi, Seungmin-ah."

"Tapi bukan berarti kau harus memeluk lenganku terus! Aku jadi tidak bisa menulis laporan kalau begini!"

"Kita 'kan bisa melihat punya Chan-hyung nanti. Lihat, dia berjalan di depanㅡdekat tour guide kita!"

"Kalau tinggal menyalin aku tidak perlu bayar mahal untuk masuk kesini!" Seungmin tidak bisa untuk tidak menjitak kepala si bocah Lee yang kini kembali tertawa tanpa niatan melepas pelukannya pada lengan Seungmin.

Rombongan itu terus berjalan memasuki hutan. Hingga di tengah perjalanan mereka bertemu dengan rombongan lainnya dari arah lain. Mereka terpaksa berhenti untuk sekedar menyapa rombongan tersebut sekaligus berbagi jalan setapak yang ada.

Untuk terakhir kali, Seungmin menjitak kepala Felix sebelum keduanya membungkuk sopan ketika rombongan itu melewati mereka. Ketika menegakkan kembali tubuhnya, Felix secara tidak sengaja bertemu pandangan dengan gadis bersurai hitam panjang yang asik bercanda sembari memeluk lengan seorang pemuda tampan.

[Stray Kids IMAGINE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang