"Tapi kenapa kota kita kedatangan pesawat tempur?" Seungmin kembali bertanya. Jelas sekali bocah itu ingin tahu banyak tentang alasan kenapa pesawat-pesawat itu melintas. Beda dengan Felix yang malah tampak antusias.
"Kau ini bagaimana sih? Hari ini 'kan bertepatan dengan perayaan seratus tahun perang besar yang dulu pernah terjadi, tentu saja mereka datang untuk itu. Benarkan, Jisung?"
"Iya benarㅡ" Jawab Jisung sebelum akhirnya membalikkan tubuh untuk kembali menghadap ke laut. "ㅡmereka akan memperingati perayaan seratus tahun perang ini dengan perang serupa."
Mata Seungmin membola. Dia terkejut mendengar ucapan Jisung yang sebenarnya tidak terlalu ia mengerti. "Maksudmu?"
"Sebentar lagi akan ada perang."
"Perang? Perang apa maksㅡ"
BAAAMMMMM!!!
Hanya dalam sekejap mata tempat itu sudah dipenuhi dengan kepulan asap yang membungbung tinggi ke udara, bersamaan dengan api di tanah yang semakin meluas dan menghabisi apapun yang ada di sekitarnya.
Seungmin terpaku di tempatnya berdiri. Dadanya tercekat begitu bau mesiu, bau asap, dan bau benda-benda terbakar menyengat indera penciumannya. Tubuh Seungmin bahkan bergetar hebat begitu ia melihat hampir tak ada yang tersisa di pantai itu sejak serangan pertama dilancarkan.
Kepala Seungmin terasa sangat berat dan pusing melihat semua hal yang terjadi secara tiba-tiba. Kepalanya masih tidak bisa memproses apa yang sebenarnya tengah terjadi. Dia bahkan hampir jatuh terduduk jika Jisung tidak berteriak "Lari!" dan jika Felix tidak menarik lengannya untuk benar-benar berlari.
Ketiga bocah itupun berlari dengan sekuat tenaga yang tersisa menjauhi pantai. Di belakang mereka, ledakan-ledakan selanjutnya terus dilancarkan. Memorak-perandakan pantai tanpa jeda dengan suara yang tidak bisa dikategorikan kecil sama sekali.
Seungmin mengangkat kepalanya untuk melihat punggung Jisung yang sudah jauh di depannya. Beberapa kali Seungmin berteriak memanggil nama Jisung dan memintanya menunggu sejenak karena kaki Seungmin rasanya sudah mau putus. Ia tak sanggup lagi berlari. Napasnya pun sudah hampir habis.
"JISUNG TUNGGU!!" Brugh!
Terkutuklah sebuah kayu yang membuat Seungmin terantuk. Keadaannya yang benar-benar sudah sangat lelah pun membuat tubuh Seungmin berdebum di atas pasir.
"Seungmin!"
Bocah itu mengangkat kepalanya untuk melihat Felix yang dengan segera memutar tungkai untuk menghampiri dan membantunya. Disaat yang bersamaan, Seungmin pun melihat punggung Jisung yang semakin menjauh dan sama sekali tak peduli padanya yang tersungkur di atas pasir. Hal itu membuat gusi Seungmin mengeras bersamaan dengan tangannya yang mengepal penuh kekecewaan.
"Seungmin, ayo berdiri!"
Felix sudah berada didekatnya dengan tangan yang terulur. Segera Seungmin membuka kepalan tangannya untuk meraih uluran tangan Felix. Sayang seribu sayang, belum sempat Seungmin meraih uluran tangan itu satu ledakan kembali meluncur. Ledakan yang terlampau dekat itu membuat ketiga bocah yang tersisa kini terlempar ke tiga arah berbeda.
Seungmin merasakan tubuhnya terlempar beberapa kali sebelum kepalanya menghantam sesuatu yang sangat keras. Selama beberapa saat Seungmin tak merasakan apapun pada tubuhnya tapi matanya masih terbuka dan melihat langit biru disela-sela asap hitam yang memenuhi pantai.
Apa mungkin ini yang dinamakan kematian?
Apa mungkin setelah ini Seungmin tak bisa melihat langit biru itu lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
[Stray Kids IMAGINE]
Conto--It's just imagination with you-- Berisi kumpulan cerita pendek bersama member Stray Kids. Semua cerita hanyalah fiksi atau imajinasi sang penulis. Started : March 24, 2018 Dell Shin Eunhwa