[Leave]

2.6K 180 60
                                    

⚠ NOTE ⚠

Cerita ini ditulis sebelum pemberitaan yang menyeret nama KWJ keluar. Jika pembaca tidak nyaman dengan part ini pembaca bisa langsung berlanjut ke part selanjutnya dan tidak meninggalkan komentar buruk tentang KWJ.

Harap diingat bahwa cerita ini hanya fiksi belaka dan berasal dari imajinasi penulis tanpa berniat menyudutkan pihak manapun. Maka penulis berharap pembaca dapat bijak ketika membaca.


×××

Bukan sekali dua kali ponsel Woojin berbunyi saat siaran live berlangsung.

Baik itu hanya pesan singkat maupun telepon masuk yang entah siapa pelakunya sering kali singgah di ponsel Woojin di waktu-waktu yang tidak tepat. Tidak ada yang tahu siapa pelakunya selain Woojin sendiri. Dan tidak ada satupun yang curiga karena Woojin begitu piawai menutupinya.

Woojin baru akan membalas pesan tersebut atau meneleponnya kembali setelah siaran live berakhir. Woojin biasanya akan melipir, mencari tempat terpencil agar leluasa berbicara. Tidak akan ada memperhatikan apalagi mengganggunya. Kecuali Chan yang entah dengan cara apa selalu berhasil menemukannya.

Seperti yang terjadi saat ini.

Dengan sekotak jus nanas yang ada di tangan, Chan menemukan Woojin yang sibuk bicara melalui sambungan telepon di ujung koridor sesaat setelah mereka melakukan live bersama usai berakhirnya fansign. Chan hanya diam, memandangi Woojin yang beberapa kali menghela napas gusar sembari memijat pelipisnya.

Cukup lama Chan memandangi Woojin di ujung koridor hingga pada akhirnya pemuda itu menyadari kehadirannya. Mata Woojin membulat untuk beberapa waktu yang singkat sebelum dengan terburu-buru mematikan sambungan teleponnya. Woojin terlihat berdeham beberapa kali seraya merapikan pakaiannya ketika menghampiri Chan yang masih setia memandanginya.

“Dari keluargamu?” Tanya Chan begitu Woojin sudah cukup dekat dengannya.

Yang ditanya menggaruk tengkuk dan tertawa kecil ketika menjawab, “Begitulah.”

Chan mengangguk, tanda mengerti. Ia kemudian menepuk pundak Woojin hingga membuatnya mengangkat kepala guna menatap Chan. Ditemukannya senyum tipis andalan Chan yang diikuti lesung pipi sebelah kanan. Chan terlihat menawan masih dengan make-up yang belum terhapus dari wajahnya.

“Kalau ada apa-apa cerita sama aku, ya?”

Dan melihat ketulusan yang begitu murni di mata Chan, Woojin tentu saja tidak punya jawaban selain iya. Maka usai mendapat jawaban yang diinginkan, Chan tanpa ragu merangkul pundak Woojin dan mengajaknya berjalan bersama ke ruangan mereka untuk merapikan barang-barang sebelum pulang.

Chan merangkulnya tanpa rasa curiga sedikitpun.

×××

Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari ketika Chan memasuki Drom sepulangnya lembur dari studio. Chan menaruh sepatunya yang sudah dilepas ke rak bersama deretan sepatu rekan-rekannya seraya menguap akibat rasa kantuk yang sudah tak tertahan lagi.

Niat hati akan langsung tidur tapi urung begitu melihat lampu dapur yang menyala. Mungkin minum air hangat sebelum tidur akan baik, pikirnya. Dengan itu, Chan melangkahkan kakinya menuju dapur dan sesekali menguap sebelum menggelengkan kepala guna mempertahankan kesadarannya.

[Stray Kids IMAGINE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang