[Bang Chan]

26.7K 1.7K 209
                                    

Alkool, kamsahamnida

Gadis itu berteriak sangat keras di pagar pembatas jembatan.

Gadis itu sangat depresi. Bagaimana tidak, tepat dihari jadinya (Y/n) diputuskan oleh sang kekasih. Padahal mereka sudah menjalani hubungan cukup lama.

Pemuda berlesung pipi yang ada di samping gadis itu menghela napas keras. Mengurus orang galau benar-benar merepotkan.

Bang Chan, lelaki yang menjabat sebagai sahabat baik Jung (Y/n) itu sangat setia menemaninya kemana pun. Di saat seperti ini Chan sangat takut (Y/n) melakukan hal di luar kata wajar; bunuh diri, misalnya. Chan sungguh tidak ingin kehilangan sahabat baiknya. Terlebih sahabatnya itu adalah gadis yang sejak lama disukainya.

"(Y/n)-ah, sudah malam, ayo, kita pulang," ajak Chan dengan suara yang begitu lembut.

"Aku tidak mau pulang!"

"Kalau begitu kita makan dulu. Kau belum makan sejak tadi siang."

Gadis itu ingat bahwasanya dirinya belum sempat makan karena seharian ini hanya menangis. Namun, "Aku tidak mau makan! Aku juga tidak mau pulang!" dia tetap pada pendiriannya.

Mendengarnya, Chan memutar bola mata sebal. Kenapa dia senang sekali mengeluarkan air mata untuk lelaki buruk seperti itu?

Di saat yang sama, (Y/n) mengetuk-ngetukkan jemarinya di besi pembatas jembatan. Tampak menimang-nimang sesuatu. Hingga beberapa saat kemudian gadis itu kembali berteriak dan sukses membuat Chan terperanjat.

"Channie-ya! Aku mau makan, tapi dengan satu syarat."

"Syarat?"

(Y/n) mengangguk dan tersenyum miring. Chan menatapnya penuh keheranan. Tiba-tiba Chan mendengus kesal. Dia tahu betul apa yang ada di otak gadis satu ini.

×××

"Tolong satu gelas lagi!"

Chan membanting kepalanya ke meja hingga menimbulkan suara yang begitu keras. Gadis itu sudah menghabiskan tiga gelas besar dan sekarang dia meminta satu gelas lagi? Padahal makanan pembuka belum datang.

"(Y/n)-ah, tunggu sampai makanan pembukanya datang!" ucap Chan ketika satu gelas bir besar sudah tiba di atas meja.

"Aku bukan tipikal orang yang makan makanan pembuka."

Gadis itu meneguk kembali bir besar yang kadar alkoholnya berada ditingkatan menengah.

Brak!

"Berengsek! Laki-laki berengsek! Beraninya dia memutuskan hubungan ini hanya karena bosan! Beraninya dia memutuskanku melalui sambungan telepon! Memangnya dia siapa, hah?! Dasar sok sibuk! Harusnya aku yang bilang putus bukan dia!"

Chan menatap gadis dihadapannya dengan nanar. Aroma alkohol dari tubuh gadis itu benar-benar menyengat. Chan bahkan harus berkali-kali mengusap hidungnya yang tidak begitu nyaman mencium aroma alkohol. Tak lama kemudian, (Y/n) menyembunyikan wajahnya di atas tangan yang terlipat di meja. Rintihan tangis mulai terdengar di sana. Rintihannya terdengar begitu haru.

BRAK!

Chan kembali terkejut ketika (Y/n) memukul meja dengan keras. Gadis itu berdiri dan berjalan gontai keluar. Dalam langkahnya dia terus bergumam. Ia akan marah-marah seperti orang yang putus asa, ia akan sedih seperti orang yang sangat kecewa, dan kemudian dia tertawa begitu geli seperti orang bodoh.

Berkali-kali Chan menuntun (Y/n) agar berjalan dengan baik, tetapi berkali-kali pula (Y/n) menolak dan tetap berjalan sesuka hati. Bahkan dia sama sekali tidak peduli kemana kakinya melangkah.

[Stray Kids IMAGINE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang