Wanita yang dimaksud adalah Deandra. Adam memenuhi keinginan orang tuanya untuk membawa Deandra ke rumah.
Adam sempat berpikir, bagaimana kalau Adela mengetahui Deandra ada di rumah?
"Mah, Adela belum pulang?" ucap Adam
"Paling sebentar lagi." ucap Alifia
Deandra juga sedikit takut, tapi dia sudah mempersiapkan mentalnya. Ia tau, Adela sangat tidak menyukai dirinya.
20 menit berlalu, terdengar suara motor dari luar. Mereka tau, itu adalah suara motor Zian. Berarti, Adela sudah pulang.
Adela pun memasuki rumah dan menuju ke ruang makan. Sesampainya di ruang makan, Adela berhenti sejenak, menatap, siapa wanita yang berada di sebelah kakaknya itu.
Seketika, wajah ceria nya berubah menjadi sangat marah. Jari-jari tangannya pun mulai mengepal.
"Kenapa dia bisa ada disini?!" tanya Adela dengan bentakannya
Adam sudah menduga akan terjadi seperti ini. Sementara yang lainnya, menatap Adela dengan penuh tanda tanya.
"Duduk dulu nak, kamu dateng-dateng marah-marah gitu. Kenapa sih?" ucap Fahrezi
"Kenapa dia bisa ada disini?!" ucap Adela yang menunjukkan jarinya ke Deandra
"Gua yang ngajak." ucap Adam
"Lu bawa dia ke rumah! Wow! Hebat ya, Muhammad Adam Fahrezi!" ucap Adela
"Udah berapa kali gua bilang, coba untuk menerima keadaan." ucap Adam
"Apa gua harus nerima keadaan kalau salah satu diantara keluarga gua hancur? Iya? Apa gua harus terima dengan lapang dada?!" ucap Adela
"Adela! Semua yang lu pikirin itu bukan kejadian sebenarnya!" ucap Adam
"Otak lu itu udah diracuni sama wanita ular ini! Wanita murahan kayak dia itu gampang menghasut orang!" ucap Adela
"Adela!" bentak Adam
"Adam, udah!" ucap Deandra yang berusaha menenangkan Adam
"Gak usah lu nenangin kakak gua! Gak usah sok peduli sama dia! Lu itu udah nyuci otak kakak gua tau gak?! Sadar diri dong, apa yang udah lakuin selama ini!" ucap Adela
"Oke, gua tau apa yang gua lakuin dulu itu salah. Gua sadar!" ucap Deandra
"Kalau sadar ngapain dateng lagi?! Gak puas ngehancurin hidup kakak gua! Tau diri dong!" ucap Adela
"Gua itu mau memperbaiki keadaan!" ucap Deandra
"Lu bisa ngeracunin otak kakak gua. Tapi jangan harap, lu bisa ngancurin otak gua! Wanita murahan kayak lu itu aturan ngaca diri! Cari cowo yang pantes buat lu! Kakak gua itu cocoknya sama Sinar, bukan wanita murahan kayak lu!" ucap Adela
"Adela Ramadhina!" ucap Fahrezi
Fahrezi sang kepala keluarga membuka suara, dia sudah tidak ingin lagi mendengar kata-kata kasar dari putrinya.
Astah dan Altariz pun sudah disuruh untuk masuk ke kamar oleh Alifia. Ia tau, hal itu tidak pantas untuk dipertontonkan untuk Altariz dan juga Astah.
"Apa?! Papah mau belain perempuan ini juga?!" ucap Adela
"Papah gak pernah ngajarin kamu berkata seperti itu! Dia lebih tua daripada kamu Adela! Hormati dia! Dia juga tamu disini!" ucap Fahrezi
"Adela akan menghormati orang yang pantas untuk Adela hormati." ucap Adela
"Dia lebih tua daripada kamu Adela!" ucap Fahrezi
"Walaupun dia lebih tua, tapi dia gak pantas untuk dihormati! Dia itu pantasnya untuk direndahkan! Biar tau diri!" ucap Adela