Enam Puluh Sembilan

80 5 0
                                    

Saat ini, Bram tengah berbaring di kasur kesayangannya sambil, biasalah, kalau anak muda sudah pacaran seperti apa sih.

Tiba-tiba saja, ada panggilan masuk yang menggangu obrolannya dengan kekasihnya.

Tertera nama Ildanif Sumarta disana. Alis Bram pun mengkerut, ngapain manusia ini telepon jam segini?

"Halo? Kenapa Dan?"

"Jalan Darmawangsa, sekarang!"

"Dan! Lu kenapa?!,"
"Anjing!"

Bram pun langsung terbangun dari tidur santainya. Dia langsung mengambil jaket, dompet, dan juga kunci motornya.

Ah, masa bodo dengan celana pendeknya. Siapa yang ingin memperhatikan juga?

"Bram, kamu mau kemana?" ucap mamah

"Bram pergi dulu mah, urgent nih!" ucap Bram

"Udah malem loh nak." ucap mamah

"Aduh mah! Bram ini anak cowo, bukan perawan yang gak boleh keluar malem. Udah ya mah! Assalamualaikum!" ucap Bram

"Waalaikumsalam! Hati-hati!" ucap mamah

Bram berlari menuju ke garasi. Akan ada apa lagi ini? Satu masalah belum selesai, masalah lain sudah datang.

Bram langsung melajukan motornya di atas kecepatan rata-rata. Dia berharap, semoga jalanan menuju ke jalan Darmawangsa tidak macet.

10 menit...

Bram memberhentikan motornya ketika melihat apa yang terjadi di depannya.

Dia pun menyetandarkan motornya dan melepaskan helmnya. Hanya kedipan mata yang dapat ia lakukan.

Bram pun berusaha mencerna, apa yang sudah terjadi di tempat ini. Napasnya tercekat, dan salviahnya susah untuk ditelan.

Bram berjalan melewati orang-orang yang terhampar di tanah. Dia memastikan, apakah manusia ini masih hidup, atau sudah berada di alam lain.

Satu persatu orang tersebut ia periksa. Alhamdulillah, tidak ada yang berada di alam lain.

Namun, ia melihat dua orang yang tidak asing baginya. Orang yang pertama tertidur dengan posisi terlentang. Yang kedua, seperti memeluk orang yang pertama.

Bram pun menghampiri kedua orang itu. Dan ternyata, itu adalah sahabatnya, Adam dan juga Dani.

Bram pun menggoncangkan tubuh Dani dan juga Adam. Namun sayang, keduanya entah berada dimana.

Dia langsung menelpon rumah sakit terdekat di daerah ini. Dan kini, tinggal menunggu ambulans datang.

Bram hanya bisa menitihkan air matanya sambil berusaha untuk mengembalikan kedua temannya itu.

Bram yang saat ini berbeda dari sebelum-sebelumnya. Kalau orang-orang mengenal Bram tidak pernah menangis, kini Bram malah menangis sekencang-kencangnya.

Bram terus merapalkan doa, berharap kedua temannya tidak pergi secepat ini.

Tidak lama kemudian, terdengar suara sirine ambulance. Akhirnya, yang ditunggu-tunggu tiba.

Para petugas rumah sakit tersebut langsung mengangkat orang-orang yang terhampar di tanah. Termasuk Adam dan juga Dani.

Setelah semuanya masuk ke dalam ambulance, Bram berlari menuju ke motornya.

Masih seperti tadi, selama perjanjian menuju rumah sakit, Bram masih saja menangis.

"Yaallah, kenapa lagi ini?!" batin Bram

Miracle (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang