Tiga Puluh Satu

103 8 14
                                    

Semenjak kejadian hari Kamis minggu lalu, keadaan Adam dengan Gilang masih saja sama. Tidak ada perubahan. Mereka masih berkumpul bersama-sama, tetapi auranya tidak seperti biasa.

Adam juga sedikit berubah dari biasanya. Ia kembali menjadi sesosok Adam di masa lalu. Dingin..

Padahal tahun ini, bisa dibilang Adam sudah mulai menghangat dengan orang lain, tidak sepenuhnya sih. Setidaknya ada perubahan, meskipun tidak signifikan.

Hampir satu minggu lamanya Adam dan Gilang seperti ini. Dari Kamis, bertemu kembali dengan Kamis.

Teman-temannya hanya bingung kenapa Adam kembali dingin seperti dahulu kala. Mereka pun tidak merasa ada yang aneh dengan Gilang dan Adam.

Terkecuali Bram. Bram menyadari perubahan yang terjadi diantara kedua sahabatnya itu. Rasanya, ada yang aneh dari mereka berdua, bukan masalah Adam bersikap dingin dengan Gilang, kalau untuk itu sih, Adam bersikap dingin kepada semuanya.

Ia ingin mencari tau apa yang terjadi sebenarnya, namun dirinya bukan tipikal orang yang mau ikut campur urusan orang lain.

"Lang!" ucap Bram yang kebetulan bertemu Gilang di kantin

"Apaan? Tadi gua ajak ke kantin gak mau." ucap Gilang

"Gak tau aja gua lagi pengen ke kantin." ucap Bram

"Terus lu kesini gak mau beli apa gitu?" ucap Gilang

"Engga, gua mau nyusul lu." ucap Bram

"Ngapain nyusul gua? Nanti juga gua ke kelas lagi. Lu kenapa dah?" ucap Gilang

"Ada yang mau gua omongin ke lu." ucap Bram

"Ini lu udah ngomong Bambang!" ucap Gilang

"Maksudnya ngomong serius. Disini, gak di kelas." ucap Bram

"Yaudah, gua mau jajan dulu." ucap Gilang

"Gua tunggu di tempat biasa." ucap Bram

Bram mencari tempat duduk dimana dirinya dan juga teman-temannya berkumpul. Suasana kantin bisa dibilang cukup ramai untuk jam-jam pelajaran saat ini.

Tidak lama, Gilang datang membawa makanan dan minumannya. Dia menghampiri Bram yang tengah duduk bermain handphone.

"Lu mau ngomongin apaan?" ucap Gilang

Bram pun menaruh hp nya di atas meja. Ia berusaha menciptakan suasana yang nyaman. Ia tidak ingin terlalu canggung.

"Lu ada masalah Lang?" ucap Bram

"Masalah mah pasti ada. Gimana sih lu?" ucap Gilang

"Sama Adam." ucap Bram

Gilang baru saja ingin memasukkan makanannya ke dalam mulutnya. Ia terdiam sejenak, sampai memutuskan untuk tidak memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Ekhm.. Maksudnya gimana?" ucap Gilang

"Gini-gini, jangan canggung-canggung suasananya, santai aja. Jujur aja, gua ngerasa ada sesuatu yang terjadi sama lu berdua. Dan ya, gua bisa bilang ada perubahan." ucap Bram

"Perubahan?" ucap Gilang

"Ya gua tau sih Adam emang berubah, balik lagi ke Adam yang dulu. Tapi, gak tau kenapa, gua ngerasa ada yang gak beres sama lu berdua. Suasananya gak kayak biasanya." ucap Bram

"Apa gua harus jujur?" batin Gilang

Seperti cenayang saja, Bram seakan-akan tau apa yang dibicarakan oleh Gilang.

"Jujur aja. Gak akan gua kasih tau siapa-siapa, termasuk Adam." ucap Bram

Gilang menceritakan kejadian Kamis minggu lalu. Dan mau tidak mau, Bram mengetahui kejadian sebenarnya. Namun Bram berusaha bersikap tenang.

Miracle (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang