Tujuh Puluh Dua

69 6 0
                                    

"Keadaan pasien semakin memburuk."

Perkataan dari pria berjas putih itu masih terngiang-ngiang di pikiran orang-orang yang mendengarnya.

Sekarang apa yang harus dilakukan? Kalau dibiarkan terus, pasti akan semakin buruk.

"Gak ada jalan lain?" ucap Rista

Tidak ada yang menjawab.

Beberapa menit kemudian, suara bariton muncul, memecahkan keheningan.

"Transplantasi ginjal."

Semua mata langsung tertuju ke pemilik suara itu. Muhammad Rizky Ananda. Pria itu lah yang mengeluarkan suara.

"Kalau salah satunya masih berfungsi, transplantasi ginjal bisa dilaksanakan." ucap Rizky

"Tapi Ki, kita nyari pendonor nya dimana?!" ucap Rista

"Yang jadi masalah itu. Susah buat dapetin pendonor ginjal." ucap Rizky

Kedua orang tua Adam menghampiri Rizky yang sepertinya tengah berpikir.

"Kamu yakin bisa Ki?" ucap Fahrezi

"Kalau tidak ada kendala apapun bisa aja. Dan balik lagi, tergantung Allah." ucap Rizky

"Pah, kita ke ruang dokternya sekarang!" ucap Alifia

Kedua orang tua Adam berlari menuju ke ruangan dokter yang merawat Adam.

Untung saja tidak ada pasien, jadi, mereka bisa langsung berkonsultasi.

"Dok, kalau diadakan transplantasi gimana?" ucap Alifia

"Bisa saja kalau ibu mau. Tapi harus dibawa ke Singapura kalau mau yang terbaik." ucap dokter

"Kira-kira bisa dapet pendonornya itu darimana ya dok?" ucap Fahrezi

"Biasanya meminta bantuan keluarga sekitar untuk mencarikan pendonor. Dan, itu adalah hal yang cukup sulit." ucap dokter

"Tapi bisa kan dok?" ucap Alifia

"Selama kondisi anak ibu memungkinkan, tidak ada yang tidak mungkin. Dan tentu saja atas izin dari Tuhan." ucap dokter

Ucapan dari dokter tersebut dijadikan bahan pertimbangan bagi kedua orang tua Adam. Akan banyak kemungkinan yang nanti akan terjadi. Entah selama operasi berlangsung, atau mungkin saja setelah operasi.

Operasi merupakan penentuan, apakah orang tersebut tetap diizinkan untuk tetap tinggal di dunia ini, atau kembali lagi ke pangkuan sang maha kuasa. 

Dari kedua orang tua Adam yang masih memikirkan apa yang harus dilakukan, kita kembali ke para sahabat Adam. Mereka juga berpikir apa yang diucapkan oleh Rizky tadi. Darimana mereka akan mendapatkan pendonornya?

Terutama Samudera Ildanif Sumarta. Tentu manusia satu ini lah yang sangat merasa bersalah. Andai saja Adam tidak ikut terseret dalam masalah pribadinya, pasti semua tidak akan menjadi serumit ini lagi.

Yang tadinya berharap semua akan menjadi baik kembali, malah semakin rumit seperti benang kusut. Seperti berada di satu ruangan yang gelap gulita, dan berharap ada satu cahaya yang datang, malah tidak ada sama sekali cahaya yang muncul.

Apa ini yang harus ia dapatkan? Sepertinya pepatah orang Indonesia memang benar adanya, siapa yang menanam, dia yang akan menuai. Ini juga akibat dari ego nya yang meminta untuk dipuaskan. Mengikuti keinginan ego nya dan melawan apa yang seharusnya terjadi, tentu saja itu hal yang salah.

Dani berdiri dari kursinya dan menuju ke tempat yang dia butuhkan. Dengan mengabaikan suara-suara dari mulut teman-temannya, dirinya terus berjalan. Raga dan jiwa seperti berpisah saat ini. Entah kemana perginya jiwa itu sekarang, sepertinya malu karena telah tinggal di dalam raga seorang Dani.

Miracle (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang