Malam itu bisa menjadi malam terakhir untuk telinganya dapat mendengar suara dari wanita yang saat ini menghuni hatinya. Walau pun netra nya tidak melihat wujudnya, setidaknya hatinya sudah sedikit terpuaskan.
Dirinya sudah berada di rumah sakit kembali, setelah berada di tempat yang penuh dengan kenangan.
Langkahnya menuju ke tempat dimana sahabatnya tengah terbaring dengan nyenyaknya.
Matanya memperhatikan wajah damai dari laki-laki tersebut. Perasaan bersalah tentu saja ia rasakan.
Dirinya menyesal telah melakukan ini semua. Seharusnya, semuanya dibiarkan begitu saja sesuai dengan kehendak Tuhan.
Seharusnya, dirinya tidak perlu memaksakan keadaan untuk mengikuti keinginannya.
Seharusnya, seharusnya, dan seharusnya, hanya itu yang berada dipikiran Dani sekarang.
"Lu harus kembali Dam. Lu harus mendapatkan kebahagiaan. Dua perempuan yang sayang sama lu butuh lu sekarang." batin Dani
Dani mengakhiri penyesalannya sekarang, tidak berguna juga hanya mengungkapkan penyesalan dengan kata-kata.
Kakinya melangkah meninggalkan ruangan tersebut, dan ingin menuju ke suatu tempat.
Sampailah ke tempat yang langkah kakinya inginkan, dirinya dibawa ke sebuah pintu putih yang bertuliskan nama seseorang
Tangannya mengetuk pintu tersebut dan terdengarlah suara dari dalamnya.
Dani pun membuka pintu tersebut dan terdapat seseorang yang tengah duduk dengan kemeja garis-garis berwarna biru.
"Dani?"
"Iya saya dok."
"Duduk."
Dani mengikuti permintaan dokter tersebut.
"Ada apa?" tanya dokter tersebut
"Saya mau bertanya soal pasien bernama Adam."
"Iya?"
"Apa sudah mendapatkan donor ginjalnya?"
"Sampai saat ini kita belum menemukannya."
"Batasnya?"
"Tergantung kekuatan pasien. Tapi keadaan terakhir saya kontrol dia, kondisinya semakin menurun."
"Saya boleh minta sesuatu sama dokter?"
Dokter tersebut terdiam.
"Donorkan ginjal saya."
Dokter tersebut menunjukkan ekspresi terkejutnya. Dani pun menatap mata sang dokter dengan penuh keyakinan.
"Kamu serius?"
"Iya, saya serius dok."
"Kamu tau kan resikonya apa?"
"Saya gak akan minta kalau saya gak tau resikonya dok."
"Kamu sudah berbicara dengan keluarga kamu?"
Dani terdiam...
"Dani, kamu harus bicarakan hal ini sama keluarga kamu."
"Justru itu salah satu permintaan saya dok."
"Maksudnya?"
"Saya ingin, tidak ada orang yang tau kalau saya mendonorkan ginjal saya."
"Tidak bisa Dani."
"Ayolah dok, Adam sudah kritis."
"Dani, keluarga pasien harus tau asal-usul ginjal tersebut dari siapa."