«DUA PULUH TIGA»

5.8K 286 0
                                    

Saat ini Aqila sedang berada di ruang guru bersama Bu Lisya. Mereka terlihat sedang membicarakan hal yang serius.

"Sekarang gimana perkembangan belajar Arga?"

Aqila bingung harus menjawab apa, orang Arga pemalas. "Hm.. Anu- itu bu, belum ada perkembangan apa-apa."

Terlihat Bu Lisya menghela napasnya berat. Entah harus bagaimana lagi ia menangani murid semacam Arga. Membuat pusing saja anak ini.

"Oh ya udah. Berhubung Arga udah pulang dari rumah sakit. Gimana kalo setiap pulang sekolah, kamu ke rumahnya buat ngajarin Arga?"

Bu Lisya rasa, itu adalah solusi terakhir dan terbaik. Kalau tidak, mau bagaimana lagi? Ujian tengah semester sudah dekat. Itulah yang Bu Lisya cemaskan sedari tadi.

Apa? Ke rumah Arga? Aqila terkejut mendengar saran dari Bu Lisya. Ingin sekali Aqila menolak, tetapi melihat Bu Lisya yang sudah pasrah dan juga saat ini ia mengandalkan Aqila. Apalah daya, Aqila harus menurutinya.

"Iya bu. Nanti pulang sekolah saya akan pergi ke rumah Arga."

Bu Lisya tersenyum mendengar itu. Hanya Aqila lah harapan satu-satunya bagi Arga.

"Nih, ini alamat rumah Arga. Barangkali kamu nggak tau." kata Bu Lisya sambil memberikan alamat rumahnya Arga yang ditulis dalam selembar kertas.

"Terima kasih bu, sangat membantu."

Tak lama, Aqila pun pergi meninggalkan ruang guru sambil membaca kertas itu yang bertuliskan

Komplek Nusa Indah, Blok B5, No.12.

Kalai komplek ini sih, Aqila sudah tau. Toh ini juga komplek rumahnya Naya. Hanya saja berbeda Blok dengan rumah Naya, Naya berada di Blok C2 sedangkan Arga di Blok B5.

......

"Lo abis dari mana qil?" tanya Naya keheranan melihat Aqila yang baru datang ke kelas.

Berhubung saat ini para guru sedang rapat untuk ujian tengah semester, jadilah suasana jamkos yang sangat ricuh di kelas 12 MIPA 3.

"Gue abis dari ruang guru,"

Aqila menjawab sambil membuka buku pelajarannya. Dan menulis kembali kosakata bahasa inggris dari awal. Melelahkan memang. Kalau saja buku yang hilang itu kembali, pasti Aqila sudah bahagia karena tidak harus menulis ulang lagi.

Naya mengangkat sebelah alisnya. Ruang guru?

"Abis ngapain dari ruang guru?"

"Gila gak sih! Gue disuruh ngajarin si stupid setiap hari di rumahnya!"

Sebenarnya Aqila malas, sungguh sangat malas. Tetapi jauh di dalam lubuk hatinya, terbesit rasa senang ketika disuruh Bu Lisya untuk mengajarkan Arga setiap hari, di rumahnya pula. Aqila merasa rindu pada Arga, sudah lama juga ia tidak menengoknya.

Saking terkejutnya, Naya sampai menutupkan mulutnya tidak percaya. "OMG! DEMI AP--"

Segera Aqila menyumpal mulut Naya menggunakan tangannya karena suara toanya yang mulai kambuh.

"Diem. Gak usah berisik!" bisik Aqila.

Ah untung saja semua orang di kelas ini sedang pada sibuk dengan dunianya sendiri. Jadi saat ini Naya dan Aqila tidak jadi pusat perhatian seisi kelas. Huft, untung saja.

My Stupid BadBoy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang