Sesampainya di Rumah Sakit, Arga langsung ditangani oleh dokter di ruang ICU. Aqila memaksa ingin masuk ke ruangan itu, tetapi tetap tidak diperbolehkan.
Daris dan Farel sedang duduk di kursi depan ruang ICU menunggu kabar Arga sambil menenangkan Aqila yang sedari tadi menangis tersendu-sendu.
"Gue takut Arga kenapa-napa," kata Aqila menutup kedua tangannya.
"Arga gak bakal kenapa-napa. Dia pasti kuat kok," balas Daris dan mengelus punggung Aqila.
Tak lama, Tari dan Hendra memasuki rumah sakit dengan perasaan cemas.
"Gimana keadaan Arga?" tanya Tari khawatir pada Farel, Daris dan Aqila.
Farel menjawab pertanyaan Tari dengan wajah lesu. "Arga masih di ruang ICU tante, belum ada kabar,"
Tari dan Hendra pun ikut duduk dengan mereka bertiga sambil merapalkan do'a untuk putranya yang sedang berjuang untuk tetap hidup.
Terlihat mata Aqila yang sudah sembap. Tari melirik ke arah Aqila.
"Kamu gak papa?"
Aqila hanya menggeleng pelan tanda tidak apa-apa tetapi melihat keadaannya yang menangis sedari tadi apa masih bisa dikatakan tidak apa-apa?
Tari pun beralih memeluk Aqila. Ingin sekali Tari punya anak perempuan, apalah dayanya yang mendapat izin dari tuhan hanya mendapat dua anak laki-laki. Tari ingin memeluknya ketika anak perempuannya rapuh. Dan sekarang Tari merasa nyaman ketika memeluk Aqila. Begitupun Aqila yang juga merasa nyaman seperti di pelukan ibunya sendiri.
Setelah menangani Arga yang kurang lebih 2 jam lamanya, dokter akhirnya keluar dari ruang ICU membuat mereka semua beranjat dari duduknya.
"Gimana keadaan anak saya dok," Hendra bertanya dengan cemas pada dokter.
"Dia tidak apa-apa, hanya saja banyak tulangnya yang patah karena pukulan yang keras. Memungkinkan dia akan lumpuh untuk sementara dan tidak sadarkan diri. Tenang saja kami sudah menanganinya. Permisi."
Setelah mengatakan itu, dokter pun pergi meninggalkan mereka semua yang terkejut mendengar perkataan dokter. Lumpuh? Bagaimana perasaan Arga saat mengetahui itu. Meskipun hanya sementara tapi kan pemulihannya juga pasti lama.
Tak lama kemudian, mereka melihat Arga keluar dari ruang ICU dengan alat bantu bernapas menempel di wajahnya dan suster membawanya ke ruang inap.
Mereka pun memasuki ruangan inap Arga yang berada di ruang VIP. Tari menangis sedari tadi melihat anaknya yang masih terpejam belum sadarkan diri.
Alhamdulilah ya allah kau masih memberikan nyawa pada Arga. Batin Aqila bersyukur.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Tari menyuruh mereka bertiga pulang saja ke rumahnya. Biarkan Tari dan Hendra saja yang menunggu Arga. Ah mereka sampai tidak ingat anak satunya lagi yang sendirian di rumah.
"Kalian pulang aja ke rumah, udah malem juga. Besok kalian kesini lagi aja."
"Aku mau disini aja tante. Mau nungguin Arga sampai sadar," ujar Aqila memohon.
"Kamu pulang aja ya sayang, besok kan sekolah, nanti pulang sekolah aja kamu kesini. Tante gak bakal larang kok," jawab Tari lembut pada Aqila. Yang langsung diangguki oleh Aqila.
"Kami pulang dulu tante, om," kata Farel dan mereka meninggalkan ruangan itu untuk segera pulang mengantarkan Aqila terlebih dahulu.
......
"Makasih rel, ris.."
Aqila berterimakasih pada Farel dan Daris karena sudah mengantarnya pulang ke rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/185555946-288-k44484.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid BadBoy [Completed]
Ficção AdolescenteUdahlah Badboy, suka bikin onar, sering bolos pelajaran, stupid pula. Sungguh perpaduan yang hqq. Anehnya yang seperti itu malah jadi most wanted? What?? Dia adalah Arga Pradipta. Cuma modal muka doang udah jadi most wanted? "Gapapa stupid, yang pen...