«EMPAT PULUH TUJUH»

4.7K 246 6
                                    

4 bulan kemudian..

Penantian panjang selama 3 tahun, akhirnya sudah tiba. Ujian Nasional pun juga akhirnya sudah selesai.

Sekarang para siswa kelas 12 SMA Kartika hanya tinggal menunggu surat kelulusan saja.

Dan hari ini mereka semua sedang berkumpul di kelas masing-masing untuk menerima surat kelulusan mereka.

Aqila sudah tak sabar menerima surat kelulusan itu, tak lupa juga di dalam hatinya ia berdo'a agar ia dan semua temannya lulus.

"Qil gue gak nyangka waktu cepet banget ya, kaya baru kemaren aja kelas 10, eh sekarang udah mau masuk dunia perkuliahan aja," kata Naya. Berhubung Bu Lisya belum memasuki kelasnya, jadinya saat ini Naya duduk di kursi samping Aqila yaitu kursinya Arga. Arga ia suruh duduk dulu dengan Farel.

Aqila mengangguk mengiyakan perkataan Naya, dia sepertinya akan merindukan semua moment di masa SMA nya itu bersama kelas 12 MIPA 3, dimana kelas itu dijuluki kelas antimainstream.

"Bener banget Nay, dan kayaknya gue gak tau lagi bakal sekampus sama lo atau enggak."

Aqila dan Naya saling menghela napasnya berat. Sudah lama sekali mereka bersahabat, dan mereka tak tahu jika dunia kuliah akan memisahkan mereka atau tidak, karena kemungkinan Aqila akan menerima beasiswa yang dijanjikan oleh Bu Lisya, entah itu di luar negeri atau di dalam negeri saja, Aqila belum memutuskan.

"Kok gue jadi sedih sih qil. Surat kelulusannya aja belum dibagiin," ujar Naya sambil mengusap setetes air matanya yang baru saja jatuh.

"Jangan nangis dong, sini peluk."

Aqila dan Naya pun berpelukan untuk beberapa saat.

Semua orang pasti benci dengan kata 'pisah' tapi harus bagaimana lagi, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Dan kali ini semuanya berpisah untuk mengejar cita-cita, tak ada yang bisa mencegatnya satu orang pun.

Melihat Aqila dan Naya berpelukan tanpa dirinya, Fara berceletuk. "Gue gak dipeluk juga nih?"

Mendengar Fara berceletuk, Aqila dan Naya secara bersamaan merentangkan tangan mereka untuk memberi pelukan pada Fara. Fara pun menghampiri mereka dan berpelukan bertiga seperti teletubbis saja, tapi bedanya teletubbis ada 4 orang, ini cuma 3 orang. Wkwk.

Fara menghela napasnya berat, padahal baru beberapa bulan ia bersama mereka dan merasakan kehangatan, tetapi takdir harus memisahkan. Apalagi Fara sepertinya akan tinggal bersama kedua orang tuanya di Singapura setelah semalam mamanya menelfon dirinya untuk tinggal bersama mereka, yang otomatis dirinya akan kuliah disana.

Gue gak mau ninggalin kalian, tapi mau gimana lagi, gue gak mau ngerepotin tante Karin sama om Andra mulu.

Gue bakal kangen sama kalian.

Sebenarnya Fara belum memberi tahu kabar itu pada siapapun, termasuk Erza, pacarnya sendiri. Dia belum siap jika harus ldr dengan Erza, atau mungkin tidak akan siap.

"Assalamu'alaikum.. Selamat pagi," ucap Bu Lisya memasuki kelas 12 MIPA 3, membuat semua siswa kembali duduk di tempat duduknya masing-masing.

Dengan serempak, semua menjawab salam dari Bu Lisya. "Waalaikumsalam.. Selamat pagi juga bu."

"Kali ini ibu akan membagikan surat kelulusan kalian. Serasa baru kemarin saja ibu jadi wali kelas kalian, sekarang udah mau pisah aja ya. Awas aja kalau nanti kalian sukses malah melupakan ibu." Bu Lisya terkekeh setelah mengucapkan kata-kata itu.

"Gak bakal dong bu, kan biasanya guru yang galak, sering ngasih hukuman kaya ibu mah paling banyak dikenang bu," celetuk Arga membuat seisi kelas tertawa mendengarnya. Jujur sekali Arga ini, ngomongnya kok tidak disaring dulu ya?

My Stupid BadBoy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang