«ENAM PULUH LIMA»

7.8K 327 32
                                    

Ada benarnya juga Arga menyuruh Aqila untuk memakai jaket. Bagaimana tidak, udara malam saat ini bisa dikatakan sangatlah dingin. Ditambah lagi mereka berdua yang pergi menggunakan motor, bahaya kalau tidak pake jaket, bisa-bisa masuk angin.

Aqila jelas senang memiliki pasangan seperti Arga yang sepengertian itu padanya. Saat ini pun gadis itu sedang memeluk erat tubuh Arga dari belakang seraya menikmati suasana malam ini. Entah kemana Arga akan membawanya, Aqila sih hanya diam saja enggan untuk melepas pelukan itu saking nyamannya.

Begitupun Arga, dari pelukan itu ia juga merasakan kenyamanan.

"Arga."

Tiba-tiba Aqila memanggilnya memecah keheningan. Lantas Arga pun menoleh.

"Hm."

"Gak jadi."

Aqila memalingkan wajahnya malu, ah ia rasa nanti saja ia membicarakannya. Lagipula saat ini Arga sedang menyetir, bisa-bisa perhatiannya tidak akan tertuju padanya.

"Lah? Apaan? Kan jadi kepo," kata Arga penasaran seraya mengerutkan keningnya dibalik helm full face yang ia kenakan. Mau bicara apa sebenarnya Aqila ini sih? Bikin anak orang kepo aja.

Dilirik lewat kaca spion, Aqila menggelengkan kepalanya pelan. "Gak jadi. Nanti aja."

Ya sudahlah, jika dipaksa pun sepertinya Aqila tetap akan menjawab seperti itu lagi dan lagi. Arga pun memfokuskan kembali pandangannya ke depan mengendarai motornya di jalanan malam hari.

......

"Arga, kamu bawa aku kemana sih?"

Sesampainya ditempat tujuan Arga, Aqila keheranan. Kenapa Arga membawanya ke sebuah gedung bertingkat tinggi, yang sama sekali Aqila tak tahu itu tempat apa dan untuk apa Arga membawanya kesitu?

Selepas memarkirkan motor dan melepas helmnya, Arga malah menggenggam erat tangan Aqila.

"Udah, kamu diem aja." Arga tersenyum pada Aqila. "nanti juga kamu tau kok."

"Ih kasih tau sekarang deh. Jangan bikin anak orang kepo," ujar Aqila sambil memukul tangan Arga.

"Lagian kamu juga tadi bikin anak orang kepo." Arga mengangkat bahunya tidak peduli.

Aqila mendengus kecil, "Hilih dasar! Ceritanya balas dendam nih?!"

Gemas sudah Arga melihat pacarnya yang sedang merajuk itu, sontak dirinya malah beralih mencubit hidung Aqila. Kebiasaan emang. "Jangan bikin aku gemes. Nanti takut khilaf hehe." 

"Khilaf apaan hah?!"

"Nggak jadi. Nanti aja kalo udah sah."

Arga terkekeh melihat Aqila yang sedang memukulinya kesal sekaligus wajahnya yang terlihat bersemu merah.

"Nyebelin!"

Daripada menunggu Aqila berhenti merajuk, langsung saja Arga merangkul pundaknya mesra seraya memasuki gedung itu, dengan Aqila yang masih mengoceh tidak jelas dan Arga tidak menghiraukannya sama sekali. 

......

Setelah kedua pasangan itu keluar dari lift yang berhenti tepat di lantai 27, Arga segera memencet kode kunci yang berada di samping pintu sebuah ruangan di hadapannya.

Sedangkan Aqila hanya diam memangku kedua tangannya di atas dada seraya menunggu Arga membuka kode kuncinya.

Aqila tahu, saat ini ia dan Arga sedang disebuah apartemen. Tapi tujuan Arga membawanya kesitu masih tanda tanya bagi Aqila. Awalnya sih Aqila bernegatif thinking, tetapi ia berusaha bodo amat dan menghilangkan pikiran negatif itu.

My Stupid BadBoy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang