«ENAM PULUH»

4.5K 235 3
                                    

Silau, Aqila mengerjapkan matanya perlahan. Sebuah cahaya terus saja memancar ke arahnya. Membuat Aqila harus menutup kedua matanya menggunakan telapak tangan.

"Kenapa silau banget sih?"

Perlahan cahaya itu pun memudar. Setelah Aqila membuka matanya, ia mengendarkan pandangan ke sekeliling yang dipenuhi dengan ruangan serba putih. Tidak ada apa-apa di sana, hanya ada sosok Arga yang datang menghampirinya setelah cahaya itu pergi.

Aqila jelas girang bukan main melihat Arga. Sudah tidak sabar dia untuk berhambur ke pelukannya karena rindu yang terus saja menyelimutinya.

Setelah mendekat, mereka pun berpelukan untuk waktu yang cukup lama. Aqila terharu, lantas ia meneteskan air matanya di pelukan Arga.

"Arga. Kamu kemana aja selama ini?" tanya Aqila setelah melepaskan pelukannya dengan Arga.

Arga tersenyum manis. Sangat manis. Dan mengusap air mata Aqila penuh cinta.

Aqila pun membalas senyumnya, sudah lama ia tidak melihat senyum Arga. Melihat senyumnya yang manis itu, membuat Aqila tersipu dan seolah-olah di perutnya ada kupu-kupu yang beterbangan.

"Aku ada di samping kamu setiap saat."

Aqila mengernyitkan keningnya heran, ia sih Arga memang selalu di sampingnya. Tetapi kan dengan keadaan tidak sadarkan diri seperti tidak bernyawa.

Aqila tidak mempedulikan itu, yang terpenting kerinduannya sudah terbayarkan. Entah kenapa, ia pun kembali meneteskan air matanya.

"Kata aku juga apa hm? Jangan nangis sayang." Arga berusaha menenangkan Aqila dengan menariknya kembali ke dalam pelukannya. "Kamu cantik kalo lagi senyum."

"Perasaan aku gak enak Arga. Aku gak mau kehilangan kamu." Aqila mengutarakan isi hatinya pada Arga seraya menangis sesenggukan.

Arga melepaskan kembali pelukannya dan menatap Aqila erat, dengan tatapan yang sangat teduh.

"Aku gak akan ninggalin kamu. Karena aku akan selalu ada di hati kamu. Dan kamu juga selalu ada di hati aku."

Aqila menggelengkan kepalanya. Perasaannya menjadi semakin tidak enak saja. Melihat Arga saat ini, membuat firasatnya semakin buruk saja. Apalagi dengan tatapannya yang teduh itu, tidak seperti biasanya.

"Aku cuma butuh kamu di samping aku Arga."

"Akan aku usahain. Tapi inget pesan aku ya." Arga menghela napasnya berat. "Kamu harus bahagia Aqila, jangan nangis terus. Kamu berhak bahagia, walaupun bukan aku penyebab kamu bahagia." setelah mengucapkan itu, Arga kembali menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.

Aqila semakin terisak saja mendengar itu dan menundukkan kepalanya. Aqila pun mendongakkan kembali kepalanya menatap Arga, dilihatnya wajah itu yang sangat pucat.

"Aku cinta dan sayang sama kamu Aqila."

Perlahan Arga pun menjauh dari hadapannya dan memudar. Ingin sekali Aqila berlari untuk mencegahya, tetapi rasanya sangatlah sulit. Kakinya seolah susah untuk digerakkan.

"ARGAA... KAMU MAU KEMANA?" teriaknya. Namun, Arga sudah lenyap dari pandangannya. Meninggalkan dirinya seorang diri, di ruangan serba putih itu.

"Selamat tinggal."

Tiba-tiba ada suara itu terdengar di telinga Aqila setelah kepergian Arga.

'Selamat tinggal' kata itu selalu terngiang di telinga Aqila.

Aqila menutup kedua telinganya rapat-rapat. Tetapi kata itu seakan-akan menghantuinya. "ENGGAK! KAMU GAK AKAN PERGI ARGA!"

Runtuh sudah hati Aqila. Ia menangis lebih keras. Kenapa takdirnya bisa sekejam ini?

My Stupid BadBoy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang