«ENAM PULUH DUA»

4.4K 230 2
                                    

Hari ini, tepat sudah 6 bulan lamanya, Arga terbaring di rumah sakit. Tanpa menunjukkan tanda-tanda akan membuka matanya.

Dan tepat saat itu juga, Arga berulang tahun yang ke 19 tahun.

Aqila berniat untuk ke rumah sakit memberi ucapan selamat ulang tahun dengan membawa kue black forest dan lilin berbentuk angka 19 yang tertancap di atasnya, tak lupa juga dengan bertuliskan 'Happy Birthday Arga'.

Awalnya Aqila akan merayakan itu bersama teman-teman SMA-nya, tetapi you know lah, mereka sibuk dengan urusan masing-masing karena jadwal kuliah yang padat, begitu pun Naya.

Hal itu sangat disayangkan sekali, alhasil Aqila akan pergi ke rumah sakit seorang diri saja seperti biasanya setelah ia juga dirawat di rumah sakit, 3 hari lamanya pada bulan lalu.

Dan hari ini, Aqila sengaja tidak masuk kuliah karena sekarang adalah 'Arga Day'. Gakpapa lah bolos sekali, asal jangan sering sip. Pikir Aqila yang sedang menyisir rambut hitamnya seraya menatap cermin.

Setelah selesai bersiap-siap, Aqila pun segera meraih tas selempang pink-nya dan mengambil kue black forest itu dari dalam kulkas di dapur.

Langsung saja Aqila menutup pintu utama, lalu menguncinya dari luar berhubung mama dan papanya sedang tidak ada di rumah karena keduanya yang sudah berangkat kerja tadi pagi. Tanpa mengetahui bahwa Aqila bolos kuliah.

Drtt..drrrtt..

Baru saja Aqila akan beranjak dari teras rumahnya, handphone yang tersimpan di tas selempangnya terus saja bergetar menandakan ada panggilan masuk.

"Loh, Erza? Tumben nelepon?" Aqila mengerutkan keningnya, ternyata Erza yang menghubunginya.

Dengan segera, ia memencet tombol hijau untuk mengangkat panggilan itu.

"Halo, Er."

"Eh halo Qil. Gimana kabar lo?"

"Gue baik. Lo kemana aja sih? Kenapa baru sekarang nelfon gue?!"

Aqila cemberut sambil menutup gerbang rumahnya yang menjulang tinggi itu, ah masa baru kali ini Erza menghubungi dirinya. Padahal sesibuk apapun urusan kuliah, masa tidak bisa menyempatkan waktu untuk menghubunginya meski hanya lewat handphone.

Begitupun Fara, tetapi Fara pernah menghubunginya sekali. Namun sekali telfonan dengan Fara, wah bisa menghabiskan waktu satu jam lamanya, tidak peduli jika pulsa ataupun kuota diantara mereka berdua habis.

Terdengar di balik handphone, Erza yang terkekeh.

"Heh lo kangen ya? Gue tau kok, gue emang ngangenin."

PD sekali ternyata Erza ini, saking terlalu PD-nya, membuat Aqila merotasikan kedua matanya sekaligus ingin tertawa mendengarnya. Sudah biasa sih, Erza si PD tingkat dewa.

"Kangen? Sorry aja ya. Unfaedah banget ngangenin lo."

"Ga usah ngeles lah sayang," ujar Erza.

Hah? Barusan apa kata Erza? Sayang? Whatt the...

Sontak Aqila membulatkan kedua matanya. Apa-apaan sih bocah ini, orang dia udah punya pacar juga. Malah nyebut sayang sama Aqila.

"APAAN LO HAH?!"

"Ngegasnya kumat." Erza malah tertawa mendengar Aqila yang ngegas plus nyolot. "Canda aja kali. Ga usah diambil hati, lo nya aja yang baperan."

"SERAH LO AJA! BODO AMAT!"

"Hah apa? Sereh? Lo mau ngeliwet?"

Geram sudah Aqila mendengar Erza yang bercandanya, sungguh sangat jauh dari kata LUCU.

Kalau orangnya ada di depan-nya sih, pasti sudah Aqila timpuk. Timpuk online aja kali ya? Emang bisa? Entahlah.

Aqila hanya diam, tidak mau meladeni sahabatnya yang satu ini. Saat ini ia berjalan di kompleknya seraya menunggu taksi di depan komplek. Ah dia sudah tidak sabar ingin segera ke rumah sakit, dan Erza malah membuat moodnya sedikit memburuk. Iya, hanya sedikit, tidak banyak. Bisa dibilang masih dalam level standar.

"Lo lagi ngapain? Gak kuliah lo ya?"

Bagaimana Erza bisa tahu bahwa hari ini Aqila tidak berangkat kuliah? Apa jangan-jangan dia itu cenayang? Pikiran Aqila malah menjauh kemana-mana jadinya.

"Kepo!"

"Kenapa gak kuliah? Lo bolos?"

Kenapa ni orang banyak tanya ya? Kepo banget jadi orang. Aqila membatin karena Erza yang dari tadi menghujaninya dengan berbagai pertanyaan.

"Terserah gue lah, mau bolos kek, mau nggak kek. Bukan urusan lo."

"Nah, tebakan gue ternyata bener. Sejak kapan lo bolos?" Erza malah menginterogasinya. "Perasaan waktu SMA, lo anti bolos."

"Sejak lagi pengen aja. Bay!"

Saking kesalnya, Aqila langsung mematikan panggilan itu secara sepihak. Bisa-bisa mood-nya memburuk jika terlalu berlama-lama bicara dengan Erza. Memang sih, ia merindukan Erza, tetapi sekarang bukan waktu yang tepat. Lain kali saja.

......

Pip..

Sambungan panggilan itu terputus begitu saja, padahal dia masih merindukan sahabatnya itu.

Erza hanya menggelengkan kepalanya dan terkekeh pelan. Dia rindu mengganggu gadis berambut hitam itu yang sekarang berada jauh darinya.

"Duh, Aqila.. Aqila.. Kok bisa samaan sih?"

Samaan bagaimana?

Sebenarnya, hari ini Erza pun sedang malas untuk berangkat kuliah. Alhasil dia juga bolos seperti halnya Aqila saat ini. Dia juga manusia, dimana ada rasa lelah mengerjakan tugas kuliah yang begitu menumpuk, padahal waktu SMA dia begitu rajin, anti bolos, dan selalu mendapat ranking 1. Baik itu di kelas, maupun pada 1 angkatan. Meski ia juga pernah terkalahkan oleh seorang gadis bernama Aqila, yang notabenya itu sebagai sahabat. Iya sahabat, tidak lebih. Walau dulu Erza pernah berharap lebih padanya, namun semesta tidak mengizinkan.

Erza tak tahu akan bagaimana reaksi Fara, tidak mendapatinya di kampus. Ia sungguh tidak peduli. Dan saat ini ia hanya butuh merefresh otaknya, meski hanya dengan tiduran di kasur.

"Lo pasti bingung, kenapa gue baru sekarang nelfon lo." Erza bergumam seraya menatap potret wajah Aqila yang sedang memamerkan senyumnya yang manis itu di galery handphone Erza.

"Karena setiap kali gue denger suara lo, gue jadi bener-bener gak bisa lupain perasaan gue ke lo, qil." terlihat Erza yang menghela napasnya. "Gue sayang sama lo. Meski cuma sebatas sahabat."

Entah kenapa, rasanya sangatlah sulit untuk melupakan perasaan lebih dari sahabat pada Aqila. Bagaimana tidak, ia sudah menyukainya sejak kali pertama mereka bertemu dan memutuskan untuk bersahabat satu sama lain. Lebih tepatnya ketika kelas 7 SMP.

Padahal saat ini, Erza sudah memiliki Fara. Tetapi rasa itu masih sedikit terselip di rongga hatinya. Bukan berarti Fara menjadi pelariannya, tentu bukan. Erza memang jatuh cinta pada Fara, hanya saja dia masih belum menerima sepenuhnya.

Ah sudahlah, yang lalu biarlah berlalu.

Erza pun kembali mengalihkan perhatiannya pada layar televisi yang berada di kamar apartemennya, sedangkan benda pipih itu ia simpan kembali ke atas nakas.

Lo jangan berharap lagi Er. Lo bukan takdirnya.

......

To be continue..

Makasih banyak buat yang mau nunggu cerita ini update 😭

Sorry banget udah lama gak update. Karena tiap kalo mau ngetik, bawaannya males mulu:'(
maapkan dakuu

Thanks for reading💕

Cianjur, 04 Juni 2019

My Stupid BadBoy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang