Double A | BAB 57.

6.9K 151 3
                                    

Baginya, melihat Azmi diam dan dingin lebih baik daripada harus melihat Azmi menangis. Itu membuat goresan-goresan besar di hatinya.

(Double A~)

Azmi melangkahkan kakinya menuju pintu keluar Rumah sakit dengan langkah penuh kewibawaan, mengingat bahwa dirinya adalah salah satu dari sekian banyak pengusaha yang terkenal akibat keuletannya bersaing di dunia usaha. Azmi berdecak sinis saat melihat pandangan orang yang tak berkedip melihat dirinya. Seharusnya ia bangga menjadi sorotan setiap orang, namun tidak untuk Azmi.
Azmi benci para Kamera yang selalu memotret dirinya, meliput kabar, mewawancarai dan lain sebagainya. Ia hanya ingin kehidupan yang tenang bersama para orang yang ia cintai. Untung sewaktu Annia hamil besar para Awak media tidak terlalu memperhatikan karena pada saat itu sedang ada Aktris baru yang sedang naik daun, jadi Annia dapat tenang--tidak terganggu dengan adanya berita dan lain sebagainya.

Langkah kaki Azmi akhirnya berhenti kala ia telah sampai di mobil miliknya. Diliriknya jam tangan kulit yang melekat pas di tangannya itu, pukul 17.00 Wib.
Dengan kecepatan normal ia menjalankan mobilnya untuk pulang ke rumah yang penuh kebahagiaan.

****

"Aku pulang!," pekik Azmi kala kakinya telah menginjak lantai rumahnya. Keadaan rumah sangat sepi sekali, kemana para penghuninya?

Azmi melangkahkan kakinya menuju kamar Arusha dan Shashi dan ia melihat orang sedang berkumpul disana, kecuali pak Mawan.
Bahkan ada Chika dan Sean juga.

Annia melihat Azmi yang muncul dari balik pintu dengan mengukir senyum, melangkahkan kakinya menemui Azmi, membukakan jaket yang masih melekat di tubuh Azmi.

"Udah pulang ya,"

"Hm," jawab Azmi singkat karena ia mengecup puncak kepala Annia.

Setelah meletakkan jaket Azmi pada tempatnya, Annia kembali bergabung pada yang lainnya. Dilihatnya Shashi yang tengah berada dalam gendongan Chika, dengan penuh senyuman Chika menimang-nimang anak dari adiknya yang kini tengah duduk agak berjauhan dari mereka dan mengamati mereka dengan mata cokelat terangnya itu.

"Mom, Sean ingin punya adik juga," ucap Sean saat melihat Shashi yang berada dalam gendongan Chika. Chika terkekeh geli mendengar permintaan anaknya itu.

"Kalau mau punya adik, jangan nakal, Sean harus mandiri."

Sean menyerngitkan dahinya, "Apa itu mandiri mom?"

"MANDI SENDIRI!" samber Azmi dengan duduk santai, masih pada tempatnya. Sean menoleh ke Arah Azmi sebentar dan kembali lagi pada Chika.

"Mandi sendiri? Hm... Sean sudah mandi sendiri kok,"

Chika menatap nyalang kepada Azmi yang kini tengah menatap balik padanya.

"Jangan dengarkan om Azmi, dia sudah agak geser." ucap Chika pada Sean yang masih saja melihat Shashi dengan wajah sumringah.

"Agak geser itu apa mom?"

Chika tergagap mendengar pertanyaan Anak pertamanya, "Sean gak harus tau," jawabnya cepat. Sean pun mengangkat bahunya tak peduli.

Lama mereka berbincang-bincang, mulai dari obrolan biasa, hingga Annia diajarkan cara mengurus bayi yang baik dan benar oleh Chika.

"Non, saya kebelakang dulu ya." pamit Mbak Wati dengan sopan, Annia tersenyum dan mengangguk pelan.

Sepeninggal Mbak Wati, Annia hanya memandangi Shashi yang tengah ada dalam dekapan kakak iparnya yang sangat cantik itu, sesekali Annia melirik wajah Chika. Chika sangat cantik, dengan pahatan wajah yang sangat sempurna, ditambah dengan aura kewibawaan yang menebar kemana-mana itu mampu memikat siapa saja.

D o u b l e A | TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang