"Eeh Gyu Gyu. Tungguin!" Panggil Dokyeom begitu motornya mau keluar dari parkiran.
"Apaan," jawab Mingyu buka kaca helmnya.
"Nebeng," sambil nyengir Dokyeom nyamperin Mingyu.
"Nebeng mulu."
"Hehehe."
"Nyampe fikom aja tapi ya. Gue mau jemput Minkyung," kata Mingyu begitu Dokyeom naik ke belakangnya.
"Ming," panggil Dokyeom sewaktu motor mulai melaju.
"Apa."
"Minkyung dah putus belum sama pacarnya?" tanya Dokyeom.
"Kenapa tanya-tanya?"
"Udah putus apa belom? Jawab aja."
"Belom."
"Kalau udah putus kasih tau gue ya, biar gue pepet, hehe," kata Dokyeom cengengesan. Masih berharap sama Minkyung.
"Gak," jawab Mingyu galak.
"Dih galak amat."
"Gausah ngarep sama Minkyung, standar dia tinggi," lanjut Mingyu dengan nada serius, tapi tentu aja ini candaan.
"Terus anda pikir kualifikasi saya rendah?" sahut Dokyeom dengan nada formal.
"Yagitu."
"Lagian muka gue sebelas duabelas sama pacarnya," kata Dokyeom masih berusaha cari celah buat jadi pacarnya Minkyung.
"Terus hanya karena muka lo gak beda jauh sama pacarnya, Minkyung bakal suka gitu sama lo?"
"Maybe."
"Mimpi aja lo sana."
"Semua hal berawal dari mimpi bung," seru Dokyeom diplomatis.
"Halah berisik."
"Lagian bagus kan kalau Minkyung jadi pacar gue. Kita bertiga bisa jalan bareng. Kalau sama pacarnya kan lo sering dicuekin," jelas Dokyeom mempromosikan diri.
"Iya bagus, jadi gampang gue ngegampar lo nya kalau lo bikin Minkyung nangis. Kalau sama yang sekarang kan susah."
Ya susahlah, orang Wonwoo gak ada salah apa-apa.
"Nah ya udah sama gue aja. Ntar kalau mereka putus lo arahin Minkyung biar move on ke gue."
"Gue emang kembarannya, tapi gue gak boleh ikut campur sama pilihannya. Mau dia pacaran sama siapa juga itu urusannya. Asal Minkyung bahagia, gue sih gak masalah. Intinya kalau lo mau sama Minkyung YA USAHA SENDIRI DONG! JANGAN LEWAT GUE! LO PIKIR GUE GAK PUNYA URUSAN PRIBADI HAH? UDAH SANA TURUN!" kata Mingyu begitu mereka udah nyampe fikom.
Mohon maaf, tidak ada jalur teman buat dapetin Minkyung.