Minkyung demam. Penyebabnya karena kehujanan. Padahal waktu kecil sengaja hujan-hujanan, tapi badan sehat-sehat aja tuh. Sekarang udah gede, kehujanan dikit aja badan langsung meriang.
“Obat segede upil, minumnya satu botol. Apa tidak kembung, mba?” komen Mingyu yang duduk gak jauh dari Minkyung, ngeliatin Minkyung yang lagi ancang-ancang minum obat.
Minkyung tuh emang gak pinter minum obat. Dari kecil kalau sakit obatnya pasti minta yang cair. Sekarang aja udah gede jadi kepaksa minum tablet.
Karena Minkyung gak ada tenaga buat berantem sama Mingyu, maka yang dilakukan Minkyung adalah laporan ke ibu.
“Ibuuu, Mingyunya, bu,” lapor Minkyung. Ibu yang lagi di dapur beresin bekas makan siang langsung dateng dan marahin Mingyu.
“Apasih bu Mingyu gak ngapai-ngapain jugaaaa.”
“Bohong bu, Mingyunya tuh gangguin terus.”
“Ganggu apa sihhh.”
“Ledekin aku terus tuh buuu.”
“Udah-udah. Minkyung cepet minum obatnya terus tidur,” suruh Ibu melerai pertikaian yang mungkin akan terjadi antara Mingyu sama Minkyung.
“Pfffttt, pait banget obatnya,” komen Minkyung begitu minum obat yang ukurannya kecil tapi paitnya pake banget.
“Harusnya minum obatnya sambil liat Mingyu,” kata Ibu berkomentar sementara Minkyung masih minum biar rasa paitnya ilang. Kembung-kembung deh.
“Aku manis ya bu? Ih makasih loh,” seru Mingyu udah kesenengan.
“Idih!” komen Minkyung udah selesai minum, untung gak keselek.
“Engga, kamu gak manis. Justru kamu pait. Jadi biar ada perbandingan sama obat kalau muka kamu ternyata lebih pait,” kata Ibu menjelaskan, Mingyu auto manyun.
“Akutuh salah apasih sampe dibulli gini?” runtuk Mingyu sebel. Sementara Minkyung malah ketawa kesenengan.
“Ketawa lo,” kata Mingyu sebel natap sinis ke arah Minkyung.
🐾
Minkyung akhirnya tidur setelah minum obat. Biar gampang dipantaunya, jadi Minkyung tiduran di sofa depan tv.
Mingyu duduk gak jauh dari Minkyung, soalnya diamanatin sama ibu buat jagain Minkyung. Ada kali satu jam Mingyu nungguin Minkyung sambil gantiin kompresan Minkyung.
Ngeliat Minkyung yang sakit begini tuh Mingyu suka sedih. Meskipun sakit demam sekalipun, tetep aja Mingyu gak tega liat kembarannya terbaring gak berdaya begini.
Dengan hati-hati Mingyu nempelin punggung tangannya di kening Minkyung. Ternyata demamnya udah agak turun, gak sepanas tadi pagi.
“Ini kening apa landasan pesawat yaa? Lebar bener,” komen Mingyu masih nempelin punggung tangannya di kening Minkyung.
“Ish,” umpat Minkyung sebel sembari nepis tangan Mingyu. Ternyata sedari tadi Minkyung udah bangun, Cuma males aja buka mata. Laah.
“LAH KIRAIN TIDUR?!” tanya Mingyu kaget.
“Udah bangun dari tadi, habis lo berisik,” omel Minkyung jadi bangun dari tidurnya dan duduk nyenderan ke sofa. Bosen tiduran mulu dari pagi.
