"Halo tetangga," sapa Mingyu ke Eunha yang lagi mau menikmati sarapan paginya. Gamau panggil anak kecil lagi karena udah janji gak bilang begitu lagi sama Eunha.
"Pa, bubur satu, naskun satu ya," kata Mingyu kemudian ke bapak penjual bubur dan naskun langganan warna komplek Griya Taman Lestari.
"Makan sini," lanjut Mingyu begitu bapaknya nanya dibungkus apa makan di tempat.
"Bukan buat gue, buat Minkyung," kata Mingyu noleh ke Eunha yang liatin Mingyu. Padahal Eunha gak peduli juga Mingyu mau makan apa aja.
"Sekedar informasi aja. Kali aja lo kepo," kata Mingyu jadi duduk di samping Eunha yang masih sibuk ngaduk buburnya setelah sebelumnya ditambahin sambel.
"Ga kepo," kata Eunha pendek.
"Dih? Kok diaduk gitu sih?" kata Mingyu panik ngeliat bubur Eunha.
"Kenapa? Ahhh, lo tim bubur gak diaduk ya? Pantesan rasanya gue gak bisa akur sama lo, ini kali ya alasannya?" kata Eunha mandang Mingyu sebel.
Gak lama, bubur sama naskun yang dipesen Mingyu datang. Bubur buat Mingyu, naskun buat Minkyung, anaknya sendiri masih otw, dipesenin dulu soalnya takut kehabisan.
"Coba lo pikir ya Ha, bapaknya tuh udah rapih-rapih naro kacang, bawang, ayam suir, dan printilan lainnya. Masa lo aduk-aduk gitu? Apa gak kasian sama bapaknya?"
"Ha apaan deh. Kasian apanya coba? Nonsense. Lagian, kalau makan bubur gak diaduk, kurang nikmat."
Untuk lima menit kedepan, keduanya sibuk debat bubur enakan diaduk apa engga. Bikin bapak penjual buburnya pengen ngeguyur keduanya pake bubur panas. Padahal mau diaduk apa engga, rasanya begitu-begitu juga.
"Udah ah capek," kata Mingyu mengakhiri debat tidak pentingnya.
Eunha mau gak mau juga jadi diem. Tapi diemnya gak lama karena Eunha tiba-tiba kepikiran sesuatu. "Eh Gyu, gue mau nanya."
"Nanya apa? Kalau nanya kenapa gue bisa lahir dengan wajah tampan, jangan tanya gue tanya orangtu--"
"Gak, gak jadi nanya. Males," cetus Eunha keburu bete duluan.
"Ihhh kok gitu?" Mingyu manyun. "Tanyain dong tanyain. Gue seneng kalau ditanya-tanya. Kesannya kaya orang penting gitu."
"Dih."
"Cepet Ha tanya Ha cepet. Gue butuh dikasih pertanyaan. Gue haus akan pertanyaan. Ayo Eunhaaaa." Mingyu ngomong kaya orang kesurupan.
"Minggu waktu lo ajak gue ke kondangan. Itu tuh nikahan mantan lo kan ya?"
"Iya."
"Kok bisa sih lo dengan berbesar hati datang? Kalau gue jadi lo sih, ogah banget."
"Iya ya, ngapain juga gue datang?"
Mingyu yang awalnya ceria kaya kelebihan gula, sekarang jadi mendadak lesu. Sedih lah diungkit tentang mantan.