03.

45.5K 3K 45
                                    

Heyoo!!

Jangan lupa untuk meninggalkan jejaknya, apapun itu aku sangat menghargainya.

-03-

Farrel mengerjapkan matanya, melihat baik baik sekitarnya. Ia baru menyadari ini bukan kamarnya, lalu ia dimana?
Apa dia sudah tertangkap oleh mereka? Sialan!

"Farrel udah bangun?"

Suara gadis mengejutkan Farrel, membuat laki-laki itu menoleh. Farrel mengernyitkan keningnya, untuk apa gadis ini disini? Apa gadis ini berkerja sama dengan mereka?. Farrel mengeram marah, berani sekali gadis ini.

"Farrel udah ngerasa baikan kan? Atau Dara perlu bawa ke rumah sakit?" Dara memandang Farrel khawatir, gadis itu benar benar takut jika Farrel merasa tidak baik-baik saja.

"Halah gak usah pura pura baik sama gua! Gua udah tau niat busuk lu itu, sampah!"
Farrel berdecih, ia tak menyangka bahwa gadis ini sangat licik.

"Maksud Farrel apa? Dara gak ngerti. Farrel baik-baik aja kan?"

Dara mencoba menyentuh kening Farrel, siapa tau karena kejadian kemarin membuat Farrel menjadi aneh seperti ini.

Tapi Farrel menepis kasar tangan Dara, dia memandang Dara sinis.

"Gak usah sok baik anjing!"
Farrel bangkit dari tidurnya mendekati Dara.

"Maksud Farrel apa?" Dara mengernyit bingung, ada apa dengan laki laki ini? Bangun dan tiba tiba menuduhnya yang tidak tidak, aneh sekali!.

"Halah sampah tau gak! Lu pasti komplotan dari mereka kan? Ngaku lu, kalau engga mana mungkin gua ada disini?" Farrel membentak marah Dara, membuat nyali gadis itu menciut.

Dara bingung maksud Farrel, komplotan? Mereka? Mereka siapa maksud Farrel? Dara benar benar tidak mengerti.

"Bukan, Dara gak tau siapa maksud Farrel. Kemarin Dara bantuin Farrel, Farrel ngetuk pintu rumah Dara terus tubuh Farrel juga banyak luka, Dara cuma bantu Farrel aja kok" Dara menjelaskannya agar Farrel tidak salah sangka kepada dirinya.

"Dan kebetulan kedua orang tua Dara gak ada di rumah, jadi gak bisa minta tolong buat anterin Farrel ke rumah sakit. Jadi Dara mutusin buat biarin Farrel nginep aja, Farrel tenang aja Dara gak macem-macem kok, serius"

Dara menjelaskannya panjang lebar, ia hanya tidak ingin Farrel memikirkan yang tidak-tidak tentang dirinya. Sesekali menggigit bibirnya karena diamnya Farrel.

Farrel mencoba mengingat kejadian kemarin, dia baru ingat sekarang. Farrel menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti.

Farrel menatap Dara intens, gadis ini sudah rapi memakai seragam sekolah.

"Thanks buat kemarin" Farrel mengatakannya sambil duduk di tepi ranjang milik Dara, Farrel meneliti baik baik kamar milik Dara, cukup rapi dan nyaman.

"Lu udah mau sekolah?"

Dara hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Farrel.

"Terus gua gimana? Lu mau ninggalin gua disini sendirian?" Farrel menatap Dara tidak percaya, yang benar saja!.

"Engga lah, Farrel harus pulang"

"Lu ngusir gua?"
Farrel mendesis tak suka.

"Dara mau sekolah, kalau Farrel masih disini nanti kalau ayah tau bisa bahaya" terang Dara agar Farrel tak salah paham.

"Oke, gua pergi dari sini"

Farrel memakai seragamnya yang terkena noda darahnya, jika ia tidak memakai ini lalu dia harus memakai apa? Tidak mungkin kan dia keluar dengan bertelanjang dada. Apalagi dengan tubuhnya yang banyak luka.

Dara menyerahkan satu kemeja hitam untuk Farrel, Dara sengaja mengambil kemeja ayahnya tadi.

"Punya siapa?" Tanya Farrel sambil mengernyitkan keningnya.

"Ayah, Dara rasa ini gak terlalu kebesaran buat Farrel. Farrel mau sarapan dulu?" Dara mengambil tas nya dan bersiap siap untuk turun.

Farrel menggeleng, dia harus cepat cepat pergi dari sini.

Dara menganggukkan kepalanya, lalu keluar dari kamarnya di susul oleh Farrel.
Dara menuju garasi rumahnya mengeluarkan sepeda gayungnya.

"Lu sekolah naik ini?" Farrel sedikit aneh melihat Dara sekolah dengan sepeda gayung, ayolah! Dara anak orang kaya, dia bisa saja sekolah naik mobil.

"Iya, Farrel pulang naik apa? Mau ikut sama Dara?"

Farrel menimang tawaran Dara, jika dia berjalan ke depan komplek pasti sangat melelahkan, apalagi ini masih wilayah kekuasaan musuhnya bisa bahaya. Lagi pula disini tidak ada kendaraan yang bisa ia tumpangi secara gratis, ia lupa jika dompetnya ia tinggalkan di rumah Bendi.

"Oke gua ikut, tapi lu yang bawa sepedanya" pasrah Farrel saat tak menemukan pilihan lain.

Dara sangat senang, jarang sekali Farrel mau berdekatan dengan dirinya, apalagi Farrel sudah mau mengajaknya bicara. Dara menyunggingkan senyum manisnya. Dara seperti sedang dalam fase PDKT padahal ia dan Farrel memang sudah menjadi kekasih bukan? Ini konyol sekali.

"Gak usah senyum-senyum, cepat jalan!

Bersambung....

Salam sayang,

Auto pencinta rebahan💙

Berandalan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang