06

36.1K 2.4K 112
                                    


Heyoo!!

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, apapun itu aku sangat menghargainya.

-06-

Dara mengerutkan keningnya, ia gusar menatap kelas di depannya. Sudah 3 hari ia selalu pergi ke ke kelas ini hanya untuk menemui Farrel, namun 3 hari pula Farrel tidak sekolah.

"Dara? Lu mau cari si Farrel lagi?" Tanya Sindi teman sekelas Farrel.

Dara menganggukkan kepalanya, ia harap Farrel ada untuk hari ini.

"Masuk gih, dia sekolah kok"

Senyum Dara merekah saat mendengar pernyataan Sindi, dengan langkah senang Dara memasuki kelas Farrel.

"Farrel" panggil Dara sambil tersenyum manis menatap laki-laki itu.

"Ciee babang Farrel di cariin ama bininya" celetuk Dika.

"Ekheem! Pengen deh jadi babang Farrel di perhatiin terus ama bininya, apalah daya gua yang terus di tolak ama yayang Fani" ucap Reza dramatis.

"Mampus lu jones! Makanya kalau mau nembak cewe tuh modal dikit dong! Masa lu nembak Fani pake coklat bekas lu makan, ya jelas di tolak lah" Adit memukul kepala Reza.

"Bacot lu semua" sentak Farrel.

"Apaan?" Farrel menghadap ke arah Dara.

"Farrel kemana aja selama tiga hari? Dara terus kesini nyariin Farrel. Farrel gak papa kan?"

"Males sekolah" ucap Farrel acuh.

"Kok gitu? Kita kan mau ujian Farrel." Peringat Dara.

"Peduli amat sih lu ama kehidupan gua, dari pada lu ngurusin hidup gua mending sekarang lu keluar dari kelas gua" Farrel mengibaskan tangannya mengisyaratkan untuk Dara segera pergi.

"Eh? Ini Dara buat makanan buat Farrel untung aja Farrel masuk sekarang. Dimakan ya" Dara menunjukan kotak makan kepada Farrel.

Farrel menatapnya remeh, lalu berdecih pelan.

"Lu yakin mau kasih gua makanan sampah kayak gitu?" Farrel tertawa pelan, tertawa mengejek Dara.

"Jangan bercanda, gua gak mungkin mau makanan sampah kayak gitu. Mending lu buang aja ke tong sampah."

Dara mengeratkan pegangannya ke kotak makanan itu, kata-kata Farrel sangat menyakiti hatinya. Dara tersenyum miris.

Dara melangkahkan kakinya mundur, menatap Farrel dengan tatapan sakit hatinya.

Menatap teman-teman Farrel yang memandangnya kasian, tidak bisakah Farrel lebih menghargai dirinya?.

"Tunggu" ucap Farrel menahan langkah Dara, membuat gadis itu terdiam di tempatnya.

"Lu gua putusin, sekarang lu gak perlu buat bawain gua makanan atau segala macamnya. Kita gak ada hubungan lagi"

"Btw, thanks buat beberapa minggu ini lu udah mau jadi mainan gua" ucap Farrel sambil tertawa puas.

"Berkat lu gua bisa dapetin mobil keluaran terbaru" Dara mengepalkan tangannya, menahan rasa sakit hatinya.

Farrel memandang Dara tanpa rasa bersalah, ia tersenyum remeh memandang Dara.

Seisi kelas Farrel menatap Dara dengan berbagai tatapan, ada yang menatapnya iba ada juga yang menatapnya mengejek.
Dara menundukkan kepalanya, lalu meninggalkan kelas Farrel tanpa mengeluarkan suara apapun.

"Rel! Parah lu" ucap Adit tak menyangka.

"Anjing! Jadi mobil baru lo itu hasil taruhan?" Bendi mendekati Farrel ingin tau.

"Kepo lu pada" Farrel memainkan hp nya dengan santai. Terlihat tanpa beban apapun. Namun di sudut hatinya, ada lubang yang menganga secara perlahan.

______

Dara menuju perpustakaan, untung saja sekarang di kelasnya ada jam kosong.
Dara duduk di pojok, lalu menenggelamkan wajahnya di buku besar yang ia ambil tadi.

Bahunya bergetar menandakan gadis itu tengah menangis, Dara mengepalkan tangannya untuk menahan isakkannya.
Dara merutukki dirinya sendiri.

Seharusnya ia sadar! Siapa yang ia ajak menjalin hubungan. Farrel! Dia bukan laki-laki yang baik. Seharusnya Dara juga menyadari, laki-laki itu tidak akan menjadikannya kekasih jika tak ada maksud terselubung.

Bodoh! Dara menahan tangisannya agar tidak terdengar. Rasanya sakit sekali, apalagi melihat tatapan mengejek teman sekelas Farrel.

Baru saja Farrel bersikap baik kepada dirinya, baru saja Farrel membuat dirinya terbang sekarang laki-laki itu menjatuhkannya hingga tak berbentuk.
Relung hati Dara semakin sakit dan perih saat mengingat berapa hari lalu Farrel memperlakukannya dengan sangat amat manis.

Laki-laki itu berubah dengan cepatnya, berubah menyakiti dirinya.
Dara memukul dadanya berkali kali agar rasa sakit di hatinya sedikit lebih mengilang. Namun nihil, sakitnya masih terasa.

Dara memang menyukai Farrel dari ia masuk ke sekolah ini. Mengingat dulu Farrel pernah membantunya sekali.
Dara kira Farrel adalah orang yang baik, tapi dugaannya salah.

"Lu nangis?"

Dara mendongak menatap orang yang berbicara padanya tadi.
Lalu dengan segera ia menghapus air matanya.

"Kelilipan" jawab Dara.

Orang di depan Dara tersenyum geli, gadis ini tak handal dalam berbohong.

"Kelilipan sampe keluar ingus? Ampe kedua mata lu bengkak? Lu kelilipan cabe?" Ucapnya terkekeh pelan.

Dara memukul lengan orang itu, kalau begini dia kan jadi tidak bisa menangis.
Orang ini menyebalkan sekali.

"Udah napa sih? Lu gak cocok nangis, lu jadi keliatan jelek" ejeknya.

"Lu cocoknya kayak gini" ucapnya sambil membentuk senyum dibibir Dara.

"Lu selalu cantik kalau senyum"

Dara tersenyum kecil, lalu memukul lagi tangan orang di depannya. Kan ia jadi malu.

"Ish Kevin, jangan!" Dara menepis tangan Kevin yang memencet hidungnya.

"Tuhkan! Ingusnya keluar" Kevin tertawa saat melihat raut kesal Dara.

Dara mengelap ingusnya dengan dasi yang di pakai Kevin, lalu tertawa puas.

"Dih, jorok lu" ucap Kevin sambil memasang wajah sok jijik nya.

"Biarin, kan semua ini gara-gara Kevin! Rasain tuh" Dara memeletkan lidahnya mengejek Kevin.

"Awas lu ya" Dara langsung berlari keluar dari perpustakaan saat menyadari jika Kevin akan menggelitikkinya.

Kevin tersenyum melihat tawa Dara, jangan sampai tawa gadis itu hilang lagi. Apalagi karena lelaki keparat itu. Kevin mengeraskan rahangnya saat mengingat bagaimana Farrel mempermalukan Dara tadi.

Kevin menyusul Dara yang sudah tidak terlihat, ia akan membuat gadis itu tertawa sampai ia lupa cara untuk menangis.

"Cih, cewek murahan"

Bersambung....

Salam sayang,

Auto pencinta rebahan💙

Berandalan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang