08.

32.7K 2.1K 103
                                    

Heyoo!!

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, apapun itu aku sangat menghargainya.

-08-

Farrel menunggu Dara di depan kelasnya, ia beberapa kali mengumpat pelan saat menyadari bukan Dara yang keluar dari ruang kelas tersebut.

"Eh, lu temennya Dara kan? Dara nya ada di dalem?" Farrel mencegat seorang  perempuan yang baru saja keluar dari kelas.

"Eh? I-iya" gadis itu terkejut bukan main saat seorang Farrel mencegat dirinya.

Farrel berdecak pelan, entah apa yang dilakukan oleh gadis ah ralat, wanita itu di dalam kelas sampai selama ini, dengan langkah pasti Farrel melangkahkan kakinya ke kelas Dara.

"Ayo pulang" Farrel menarik tangan Dara membuat sang empu terperanjat kaget.

"Farrel lepasin, sakit" Dara meringis atas cengkraman kuat Farrel.

Farrel menatap nyalang Dara, tidak taukah Dara jika dirinya telah menunggu lama sedangkan wanita itu dengan santainya memakan coklat di dalam kelas.

"Ikut gua" paksa Farrel, Dara menatap tak suka ke arah Farrel.

"Enggak mau Farrel! Dara masih mau makan coklat dulu" Dara menghempaskan tangan Farrel lalu kembali ke tempat duduknya.

Untung saja kelas Dara sudah sepi tinggal mereka berdua saja, Nia tadi berniat untuk menunggu Dara namun Dara menolak dengan alasan masih ingin berlama lama di sekolah.

Farrel geram dengan tingkah Dara, sejak kapan wanita itu berani menentangnya?

"Gua bilang ikut gua! Kita harus selesain masalah ini lu ngerti gak sih? Ini masalah serius, nasib baik gua mau tanggung jawab" bentak Farrel membuat Dara menatap nanar dirinya.

"Tapi, tapi Dara cuma mau makan coklat dulu. Dara gak suka di ganggu waktu makan coklat, salah?" Dara menatap Farrel  dengan mata yang sudah berkaca kaca.

"Di saat kayak gini lu masih bisa makan coklat? Lu mikir gak sih kalau ini masalah besar dan lu bisa-bisanya santai kayak gini!" Farrel sangat geram dengan tingkah Dara, ia tak habis pikir bagaimana bisa wanita itu makan coklat di masa seperti ini.

"Takut, takut kalau suatu saat nanti Dara gak bakal bisa rasain manisnya coklat lagi, takut kalau semua bakal jadi pahit. Dara gak suka, Dara gak suka pahit" Farrel terdiam membisu, amarah yang mau ia keluarkan berubah menjadi penyesalan.

Benar kata Vidan jika dirinya sangatlah brengsek, seharusnya Farrel tidak melakukannya terhadap Dara malam itu. Seharusnya ia lebih bisa mengontrol emosi dan hasratnya, itu salah! Ia telah menghancurkan masa depan Dara. Disini dirinyalah yang bersalah.

"Dar" ucap Farrel lembut. Dara mendongakkan wajahnya menatap Farrel, dengan sekali kedipan air matanya tumpah mengenai pipi cubby nya.

"Jangan nangis, lu tenang aja. Gua emang brengsek tapi gua gak pernah lari dari tanggung jawab gua" Farrel mengusap air mata yang jatuh di pipi Dara.

"Gua emang bajingan, tapi sekali gua bilang bakal tanggung jawab gua bakal lakuin, gak peduli kalau nanti gua bakal di bunuh sama bokap lu, sorry atas semuanya. Seharusnya lu gak datang di kehidupan gua yang suram ini,sorry udah hancurin masa depan lu" Farrel memegang bahu Dara erat, rasa bersalah menyelimuti hatinya begitupun penyesalan yang teramat mendalam terukir jelas di wajahnya.

"Dara takut" cicit Dara pelan sambil menundukkan kepalanya, entah apa yang akan terjadi nanti itu benar benar membuat Dara takut.

"Lu gak usah takut, ini salah gua. Gua yang bakal tanggung jawab, gua bakal lawan apapun yang bakal terjadi nanti, siap buat dukung gua?" Dara mengangkat wajahnya, menatap tak percaya ke arah Farrel.

Berandalan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang