11

28.6K 1.9K 32
                                    

Heyoo!!

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, apapun itu sangat menghargainya.

-11-

"Dara, kamu gugurin kandungan itu dan kita pergi ke Belanda." Ucap Rana mutlak menatap tegas ke arah Dara.

Farrel menatap tak percaya ke arah Rana.

"Ayah!" Tegur Derina, Rana menatap nyalang ke arah istrinya.

"Inget dosa yah! Ayah mau Dara membuat dosa besar itu? Ayah mau bunuh cucu kita?" Derina menatap tak percaya ke arah suaminya.

"Dia udah mau tanggung jawab atas apa yang telah dia perbuat yah" Derina menunjuk Farrel yang masih terdiam.

"Farrel kamu pulang aja, kami akan membicarakan gimana kelanjutannya" ucap Derina, Farrel ingin menolak tapi saat melihat Dara yang sudah sangat ketakutan membuat Farrel mengalah.

"Tante, om saya permisi" ucap Farrel yang di anggukki oleh Derina.

"Yah" Derina mendekati suaminya yang masih berdiri tegak di sampingnya, sedangkan Dara sudah beringsut di pojok karena takut melihat ayahnya.

"Aku gagal" ucapan Rana mampu membuat dada Dara sesak.

"Dulu, ketika Dara lahir aku sudah menyusun masa depan yang indah untuk putri kecil ku." Rana tersenyum pedih menatap ke arah depan dengan tatapan kosong, mengenang kembali kelahiran putri kesayangannya, Dara.

"Ketika ia mengatakan ingin menjadi seorang dosen, disitu aku benar-benar merasa sangat bangga. Putri ku tau jalan hidupnya, apa yang ia senangi"

"Aku bekerja keras agar mimpi putri ku tercapai, aku kehilangan banyak waktu untuk melihat perkembangan putri ku sendiri. Aku kira aku telah melakukan yang terbaik untuk putri ku, tapi nyatanya aku gagal" ucap Rana sambil sempoyongan dan terduduk di sofa.

Dara merasakan sesak yang teramat di lubuk hatinya, ayah nya begitu kecewa. Bundanya begitu tersakiti.

"Ayah, bukan ayah aja yang gagal. Tapi disini bunda juga gagal. Aku ibu nya, tapi tak bisa mendidiknya dengan baik hingga putri kita terjun ke jurang yang begitu dalam" tangisan Derina kembali pecah, rasanya ingin mati saja.

"Ayah, bunda" ucap Dara dengan lirih.

Rana dan Derina menatap putri semata wayangnya.

"Dara minta maaf ayah, bunda"

Derina menatap iba putrinya, entah apa yang akan terjadi ia bahkan sangat takut untuk membayangkannya.

"Kamu, masuk kamar" perintah Rana.

Dara bahkan tak berani menatap mata ayahnya, ia begitu malu.

***

Baju sekolah yang di keluarkan, dengan bandana hitam yang terikat di kepalanya. Farrel melangkahkan kakinya dengan pasti menuju basecamp milik Vidan.

"Vidan, keluar lu pengecut!"

Dengan tongkat baseball di tangannya, Farrel menunjuk salah satu antek antek Vidan.

Berandalan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang