04

40.9K 2.5K 2
                                    

Heyoo!!

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, apapun itu aku sangat menghargainya.

-04-

Dara mengayuh sepedanya dengan senang hati, senyum indah terukir di wajah manisnya. Ia melirik bayangan seseorang yang berada di belakangnya. Dara mengulas senyumnya tak henti hentinya ia bersyukur karena bisa sedekat ini dengan Farrel.

Farrel menatap lurus punggung Dara yang terhalangi tas gadis itu, tak ada pembicaraan diantara mereka hanya ada keheningan. Farrel menatap sekitarnya was-wa jika mereka ada disini, ini sangat berbahaya untuknya, dan mungkin Dara?.

"Bisa lebih cepat gak sih?" Farrel mendengus kasar, mengapa gadis ini mengayuh sepedanya dengan sangat lambat.

"Ini udah cepet, tapi Farrel nya aja yang keberatan"  keluh Dara.

"Lu aja yang terlalu lemah" tepis Farrel.

Dara menghela napasnya, tak mau melawan Farrel. Rasanya akan sia-sia saja mengingat watak Farrel yang tak mau kalah.

"Ternyata si Farrel sekarang ngumpetnya di belakang cewe cuy!"

Dara menghentikan sepedanya karena beberapa orang mencegat jalannya, Dara memandang takut. Sedangkan Farrel mengeram marah, mereka lagi!.

Farrel turun dari sepeda Dara, Dara pun mengikuti Farrel ia turun dari sepedanya dan menatap mereka khawatir.
Farrel menatap Dara, melihat wajah takut gadis ini membuat ia memutarkan bola matanya malas.

Farrel menggenggam tangan Dara erat, meyakinkan bahwa semuanya akan baik baik saja. Farrel memandang sengit orang yang ada di depannya.

"Mau lu apa hah? Urusan kita udah selesai, jangan ganggu gua. Minggir dari jalan gua sekarang!" Farrel mengatakannya dengan tegas, menatap muak mereka semua.

Dara mendongak menatap Farrel dengan takut-takut.

"Gak semudah itu bro, urusan kita belum selesai!"

Farrel menatap jengah mereka, Farrel merasa darah nya mendidih saat salah satu di antara mereka memandang Dara intens.

Bughhh!!

Satu pukulan mendarat mulus di rahang lelaki yang menatap Dara tadi.

"Jaga mata lu!" Farrel menyembunyikan Dara di balik tubuhnya.

"Cih, cewe lu? Boleh juga" ucap orang itu sambil mengelus rahangnya yang terkena pukulan Farrel.

"Jangan macem macem, jangan libatin dia, urusan lu sama gua! Bukan dia" Ucap Farrel tegas sambil memandang sengit.

Farrel harus membawa Dara pergi sekarang juga.

"Kayaknya cewe lu boleh gua cobain" bisik Vidan.

Farrel mengepalkan tangan, Vidan benar benar memancing emosinya.

Farrel berbalik menatap Dara, bisa ia lihat raut gelisah dan takut Dara. Farrel menghembuskan napasnya kasar, seharusnya Dara tak tau tentang ini.

"Sekarang lu pergi ke sekolah oke? Thanks buat tumpangannya." Farrel menuntun Dara agar menaiki sepedanya, Dara menatap Farrel ragu, lalu bagaimana dengan Farrel? Tidak mungkin ia meninggalkan Farrel dengan orang-orang ini.

"Tapi mereka gimana? Farrel gak bakal-"

"Gua gak suka di bantah! Pergi sekarang" tekan Farrel.

Dara menganggukkan kepalanya, lalu ia mengayuh sepedanya.
Vidan menghalangi jalan Dara, menatap Dara intens, membuat Dara menjadi risih di tatapnya.

"Anjing! biarin dia pergi" Farrel mendorong kuat bahu Vidan agar laki laki itu menjauh dari Dara.

Dara cepat cepat mengayuh sepedanya, namun ia sempat menoleh ke belakang melihat Farrel.

Farrel menatap satu persatu orang yang ada di depannya. Orang yang dulu menjadi temannya.
Teman? Farrel rasa kata itu tidak pantas untuk mereka.

"Gak usah banyak bacot! Mau lu apa? Kita udah selesain kemarin" Farrel menatap sengit Vidan.

"Lu balik sama kita dan masalah kita selesai"

"Balik sama orang yang najis kayak kalian? Mimpi! Gua gak bisa berkumpul sama yang namanya penghianat."

"Well, berarti lu milih perang di antara kita. Gua tunggu lu di tempat biasa, bawa juga temen goblok lu itu biar mereka tau betapa lemah nya elu"
Vidan dan teman temannya meninggalkan Farrel sendiri.

Farrel menatap mereka sinis, mereka belum tau siapa yang mereka pancing, Farrel si "Rimba".

Bersambung.....

Salam sayang,

Auto pencinta rebahan💙

Berandalan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang