Prolog

37.4K 2.2K 80
                                    

Byun Baekhyun. Itu namaku. Indah sekali kan? tentu saja ibuku yang memberikannya. Aku menyukai nama itu, terlebih ketika orang-orang memanggilku dengan 'Baekie' itu terdengar lebih lucu. Seperti diriku. Ehehe

Aku tinggal bersama ibu. Sementara ayah...sudah meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan. Aku sangat sedih saat itu. Meskipun ayah seperti membenciku, tapi aku menyayanginya. Kata ibu, walaupun ayah sering memukulku itu artinya dia sayang. Dia tidak ingin aku menjadi anak yang nakal. Ayah ingin aku jadi anak yang penurut.

Beberapa hari lalu aku ulang tahun. Sekarang umurku sudah Enam. Sebagai hadiah...aku ingin bersekolah. Tapi, ibu masih melarangnya. Mungkin ibu masih takut aku tidak bisa menjaga diri karena aku tidak normal.

"Baekie...kau sudah siap sayang?"

Suara Ibu dari dapur membuatku cepat-cepat bersiap diri. Hari ini ibu akan mengajakku bekerja. Memang biasanya tidak pernah. Tapi, karena orang yang biasa mengasuhku sedang sakit akhirnya ibu memutuskan untuk mengajakku bekerja. Ibuku bekerja sebagai tukang bersih-bersih di salah satu mall terbesar di Korea. Aku tahu mall itu. Memang sangat besar dan bagus sekali.

Ibu menghampiriku lalu menyisir rambutku yang berantakan "Baekie tidak boleh nakal ya? Selalu didekat ibu. Ok?"

Aku mengangguk dan tersenyum. Kami berangkat dengan naik sepeda karena jaraknya sangat dekat. Di sepanjang jalan kami bernyanyi bersama. Lagu yang sering diajarkan ibuku sudah kuingat dengan baik.

Akhirnya kamipun sampai. Setelah ibu memarkirkan sepedanya, dia menggandengku dan kami lantas masuk ke dalam mall. Kulihat banyak sekali orang, padalhal ini masih pagi...tapi sudah mulai ramai. Aku juga melihat banyak sekali mainan bagus yang tersusun rapi di rak-rak.

Aku sangat kagum dengan tempat ini karena sebelumnya aku belum pernah masuk kedalam. Ini pertama kalinya. Dan aku sangat senang.

"Baekie, ibu ganti baju dulu di dalam. Kau duduk di sini dulu ya? Jangan kemana-mana"

Aku hanya mengangguk dan setelah itu ibu pergi entah kemana. Aku sendiri masih menikmati pemandangan yang indah ini. Sungguh luar biasa. Ternyata orang-orang kaya menghabiskan waktu mereka di sini ya? Berbeda denganku yang hanya pergi ke taman bersama ibu kalau hari minggu. Tapi... meskipun begitu aku tidak ingin menjadi orang kaya. Kata ayah, mereka itu sombong. Mereka bisa berbuat semaunya, bahkan membunuh tanpa dihukum pun mereka bisa lakukannya. Menurutku orang kaya itu mengerikan. Tapi...mungkin menyenangkan juga. Hehe

Orang kaya bisa membeli mainan yang bagus-bagus tanpa harus susah payah seperti ibuku. Ibu saja berjanji ingin membelikanku mainan dari dua bulan yang lalu masih belum ditepati.

Ibu bilang uangnya masih belum cukup. Dan aku memang tidak masalah, karena aku masih bisa main dengan mainan yang lain.

Ayah mengajarkanku untuk tidak manja dan meminta sesuatu dengan mutlak. Ayah mendidikku dengan keras. Bahkan dulu ketika umurku tiga tahun, ayah pernah mengunciku di lemari selama dua jam karena aku merebut mainan tetanggaku. Saat itu ayah marah besar, dia memukuli dan mengurungku di lemari. Ayah bilang kita tidak boleh merebut sesuatu yang bukan milik kita.

"Baekie, ayo ikut ibu"

Suara ibu tiba-tiba membuatku tersadar. Aku menggenggam uluran tangannya yang tidak memegang ember. Sepertinya ibu akan mengepel.

"Baekie duduk disini saja ya sayang. Ibu ingin mengepel di sebelah sana. Jangan pergi kemana-mana ya? Baekie anak baik kan?"

Lagi-lagi aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Ibu mengusap rambutku lalu pergi ke seberang sana. Tidak jauh. Mungkin dua puluh langkah kecilku saja dari sini.

Aku duduk dengan manis di sebuah kursi panjang dan hanya melihat orang yang berjalan kesana-kemari dengan pakaian yang terlihat mewah. Agak jauh dari tempatku ada area bermain untuk anak-anak sepertiku. Kulihat banyak teman seusiaku sedang asik bermain disana. Aku ingin ikut bermain. Tapi...ibu menyuruhku tetap disini. Aku tidak boleh pergi!

Baekie harus menuruti perkataan ibu karena Baekie kan anak baik. Iya kan?

Kulihat seorang anak laki-laki sebaya berlari ke arahku dari area bermain itu "Hei, kau sendirian saja disini. Ayo ikut main bersamaku"

Aku menatapnya dengan bingung. Kami barusaja bertemu, tapi kenapa dia mengajakku ikut bermain? Tunggu! Kata ayah aku tidak boleh percaya begitu saja dengan orang asing.

Aku hanya menggeleng.

"Ayolah, aku tidak ada lawan untuk bermain tembak-tembakan. Orang tuaku menyuruhku mengajakmu bermain bersama"

Dia begitu saja menggandeng tanganku dan membawaku ke area bermain. Dia melepaskannya setelah kami sampai di hadapan dua orang dewasa, pria dan wanita yang kuyakin adalah orang tuanya-seperti yang dia bilang tadi.

"Mereka orang tuaku"

Aku mendongak melihat lalu tersenyum kikuk dan menunduk untuk memberi hormat.

"Halo...siapa namamu?"

Wanita itu berlutut mensejajarkan tinggiku. Aku mengambil kertas dan bulpoin yang selalu kubawa disaku dan menuliskan namaku seperti yang sudah diajarkan ibu.

Kulihat mereka semua memandangku dengan iba. Yah, aku bisu dan tidak bisa mendengar tanpa alat bantu.

Without Love | CHANBAEK #COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang