Bocah bernama Park Chanyeol itu dengan malas memasuki salah satu mall terbesar di Seoul. Dibelakangnya ada seorang pria paruh baya yang senantiasa berada didekatnya untuk mengawal. Sungguh Chanyeol merasa muak berada di mall ini-terlebih hanya sekedar bertemu dengan orang tuanya yang sudah 1 tahun ini meninggalkannya untuk urusan bisnis. Dan lebih muaknya lagi mereka tidak langsung pulang ke rumah melainkan ke mall mereka untuk membicarakan bisnis juga. Ia mendengar dari bodyguardnya kalau orang tuanya hanya 1 bulan di Korea, selanjutnya akan kembali mengurus bisnis ke Newyork. Dan ia kemari karena permintaan sang ibu, ah tidak. Pemaksaan lebih tepatnya.
"Tuan, maaf...bolehkah saya pergi ke kamar mandi sebentar?" Tanya si bodyguard kepada Chanyeol. Bocah berumur 7 tahun itu memutar bola matanya dengan malas.
"Ck, pergilah" kata Chanyeol dengan kesal. Dan si bodyguard pun lekas beranjak pergi.
Chanyeol berdiri diam sambil memperhatikan orang-orang yang lalu lalang dihadapannya. Sungguh ia bosan, muak, dan marah melihat senyum-senyum orang itu sementara dirinya tidak bisa seperti itu. Katakanlah Chanyeol iri. Yah, benar ia memang iri. Melihat sebuah keluarga yang berkumpul bersama dengan senyum ceria mereka yang terukir diwajah, membuat Chanyeol sangat iri. Ck, bahkan dia sudah lupa kapan terakhir kali jalan-jalan bersama orang tuanya.
Pandangan Chanyeol seketika teralih pada seorang bocah yang sedang duduk di sebuah bangku agak dekat dengannya yang sedang memainkan robot dengan ceria. Chanyeol benci itu. Dia benci melihat orang lain tersenyum sementara ia tidak sedang baik-baik saja. Orang lain tidak mengerti perasaannya!
Grepp braakkk
Chanyeol seketika merebut robot dalam genggaman bocah itu lantas membantingnya. Sementara bocah laki-laki itu tersentak kaget melihat perlakuannya. Chanyeol menatap nyalang dan marah kepada bocah itu.
Chanyeol melihat bocah itu menggerakkan tangan-tangan seperti memperagakan sesuatu dan menatap dirinya dengan intens-seolah-olah berkomunikasi. Tetapi ia tidak mengerti maksudnya. Dan Chanyeol pun menjadi semakin marah.
"JANGAN TERTAWA DI DEPANKU!" Teriak Chanyeol sambil mendorong tubuh kecil bocah itu sampai membentur pot didekatnya.
Bocah itu meringis kesakitan. Dia kembali mencoba memperagakan tangannya kembali, namun seketika ditepis oleh Chanyeol.
"KAU BICARA APA, HUH?!! KAU BERANI PADAKU?!" Teriak Chanyeol lalu kembali ingin menyakiti bocah laki-laki itu kalau seorang pria paruh baya tidak menahannya-si bodyguard.
"Tuan Park Chanyeol, sudah hentikan. Kita harus segera bertemu ibumu" kata si bodyguard lalu menggandeng lengan Chanyeol. Dan dia pun menurut. Sejenak ia kembali melihat bocah itu yang kini memungut robot yang telah ia hancurkan tadi sambil mengusap air mata. Melihat itu, Chanyeol hanya tersenyum miring. Dia puas.
.
.
Pintu masuk ruangan ibu Chanyeol terbuka, ia pun masuk bersama bodyguardnya dan melihat sang ibu sedang duduk di sofa sambil menyesap secangkir kopi. Chanyeol melihatnya tanpa berniat menghampiri. Alhasil sang ibu yang menghampiri begitu sadar putra sematawayangnya sudah hadir.
"Oh anakku, Park Chanyeol...bagaimana kabarmu sayang? Ibu sangat merindukanmu" ucap sang ibu sambil memeluk tubub Chanyeol.
"Seperti yang kau lihat. Sudahlah, katakan saja kenapa kau memaksaku kemari" kata Chanyeol dengan dingin. Sang ibu tersenyum tipis. Ia mengeri perasaan anaknya saat ini. Dan dia sadar semua ini karena kesalahannya.
"Jangan bicara begitu sayang...apa salah ibu ingin bertemu dengan anaknya sediri? Ucap sang ibu sambil mengelus rambut Chanyoel dan menuntun bocah itu duduk di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Love | CHANBAEK #COMPLETED
FanfictionChanyeol tidak menyukai Baekhyun. Melihat pria itu tersenyum membuat dirinya marah. Dia iri. Sementara Baekhyun-seorang pria tuna wicara yang juga memiliki gangguan pendengaran harus menerima setiap kekerasan fisik maupun batin dari Chanyeol meskipu...