Jiwon's Side
Jiwon dan Hansung berjalan menusuri jalanan kota Seoul yang mulai gelap. Keduanya diam untuk waktu cukup lama. Tepatnya setelah kejadian tadi, yaitu dimana beberapa kelompok penjahat yang mencoba memperkosa Hansung ditangkap oleh polisi.
"Maaf, aku tidak bermaksud melakukannya. Polisi-polisi itu datang sangat lama, jadi aku tidak punya pilihan selain menuruti mereka" ucap Jiwon yang sepertinya akan memulai percakapan.
Hansung menoleh kearah laki-laki jangkung yang saat ini menatapnya teduh dengan kedua mata mengartikan penyesalan. Dia mengkulum bibirnya kedalam lalu mengangguk.
"Tidak apa-apa. Justru aku berterimakasih karena kau sudah menolongku" ucapnya sambil tersenyum manis.
Jiwon melihatnya seketika mengumpati diri sendiri yang kembali mengingat sentuhannya kepada Hansung beberapa saat lalu. Sungguh ia tidak bisa memungkiri bahwa laki-laki munggil itu benar-benar manis melebihi kekasihnya. Eh, tidak! mungkin Wonnie lebih manis lagi. Pikir Jiwon yang mulai ragu.
Bicara tentang Wonnie, mendadak Jiwon ingat bahwa ia memiliki janji dengan kekasihnya itu. Yah, meskipun ia sudah sangat terlambat karena menolong Hansung terlebih dulu.
"Kalau begitu aku akan pergi. Kau bisa pulang sendiri kan?" tanya Jiwon yang hanya diangguki oleh Hansung.
Jiwon pun tersenyum lalu dengan reflek mengusak-usak rambut Hansung dengan gemas "Jangan tertipu orang lagi, mengerti?" ucapnya yang seketika tersadar akan tindakannya. Dengan segera Jiwon pun menarik tangannya dari kepala Hansung.
Hansung terdiam seperti patung begitu ia menyadari. Jujur mendadak jantungnya berdetak sangat kencang karena perlakuan kecil dari Jiwon itu.
Hilangkan perasaan aneh itu Hansung sebelum dia menyakitimu. Kau tahu pasti bahwa cinta itu menyakitkan. Bukankah kau bilang bahwa didunia ini tidak ada yang mencintaimu sekalipun itu kedua orang tuamu.
"Ya, aku bisa pulang sendiri. Sekali lagi terimakasih" jawab Hansung.
Jiwon tersenyum "Baiklah, kalau begitu aku pergi. Kau cepatlah pulang. Sepertinya malam ini akan turun hujan. Selamat tinggal" ucapnya lalu menaiki sepeda yang sedari tadi dituntunnya. Jiwon melambaikan tangan kepada Hansung sebelum ia pergi semakin jauh.
.
.
Jiwon berteduh di sebuah halte karena hujan benar-benar turun sangat deras.
"Ah, baterai ponselku habis. Aku tidak bisa menghubungi Wonnie kalau begini caranya" monolog Jiwon yang kemudian memasukkan ponselnya kembali kedalam tas.
Pandangan Jiwon meneliti kesana-kemari melihat jalanan yang tidak begitu ramai. Dia berpikir mungkin karena hujan deras ini membuat beberapa kendaraan menepi karena jalanan tidak terlihat begitu jelas.
Jiwon kini melihat sebuah layar iklan yang sepertinya memberitakan berita terbaru. Dia seketika mengercit setelah melihat foto Wonnie diperlihatkan disana.
'Anak seorang politikus terkenal Korea dikabarkan barusaja meninggal dunia dirumah sakit Hallym University Sacred Heart Hospital karena serangan jantung'
Jiwon merasa linglung setelah membaca berita itu. Dia duduk dihalte ketika merasa kakinya seakan menjadi lemas. Otaknya masih mencerna apa yang sudah terjadi.
"Ti...tidak! Wo...wonnie...tidak mungkin meninggalkanku" kata Jiwon yang sontak pergi meninggalkan halte itu dengan sepedanya. Dia tidak perduli lagi dengan hujan deras yang mengguyur seluruh tubuhnya sangat sakit.
"Ini semua tidak benar! Wonnie....tidak mungkin!" kata Jiwon berulang kali. Dia mengayuh sepedanya sangat kencang agar cepat sampai di rumah sakit.
Butuh waktu lima belas menit untuk Jiwon sampai. Disana sudah ada banyak orang yang sebagian besar adalah wartawan. Dia mencoba untuk menelusup masuk kedalam rumah sakit. Namun, tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Love | CHANBAEK #COMPLETED
Fiksi PenggemarChanyeol tidak menyukai Baekhyun. Melihat pria itu tersenyum membuat dirinya marah. Dia iri. Sementara Baekhyun-seorang pria tuna wicara yang juga memiliki gangguan pendengaran harus menerima setiap kekerasan fisik maupun batin dari Chanyeol meskipu...