2

5.3K 517 57
                                    

"Shirinnya ada, tan?" Tanya Yuta kepada ibu Shirin yang kebetulan membuka pintu pada saat Yuta akan mengetuknya.

"Eh Yuta, ada. Itu lagi masak di dapur. Masuk aja, tante mau belanja dulu." Jawab wanita setengah baya ini, sembari terburu-buru.

"Mau saya anterin, tan?" Tawar Yuta.

"Oh... nggak usah, ngerepotin kamu aja. Sana masuk, tante pergi dulu, udah pesen ojek, kok." Ibu Shirin langsung berjalan keluar dan menemui ojeknya diluar pagar rumahnya.

Yuta langsung masuk menuju ke dapur, melihat Shirin yang sedang berkutat dengan dapur.

Greb!

Langsung saja ia memeluk Shirin dari belakang dan mengendus-ngendus lehernya. Membuat Shirin kaget, "ahh..." ringisnya, kemudian ia meniup jarinya yang tergores oleh pisau akibat kaget karena pelukan Yuta.

Langsung saja Yuta meraih jari Shirin dan menghisap darah yang keluar dengan mulutnya kemudian ia arahkan ke keran air dan mengalirinya.

"Maaf, aku nggak tau kamu lagi motong." Yuta dengan wajah paniknya sambil mengaliri jari Shirin, Shirin hanya diam, memandangi Yuta.

"Kotak P3K ada?" Yuta mengalihkan pandangannya ke Shirin yang langsung membuang muka.

"A-ada, biar saya ambilㅡ"

"Dimana?!" Potong Yuta cepat.

"Di laci sebelah kiri kamu."

Langsung saja Yuta mengambilnya, kemudian meneteskan obat merah dan membalut luka Shirin.

"Makasih." Ucap Shirin.

"Maaf, aku nggak tau kalau kamu lagi potong-potonginㅡ"

"Nggak apa-apa, kok. Kamu ada apa kesini?" Shirin kembali datar.

"Mau ngajak jalan." Jawab Yuta.

"Saya harus bantuin mama buat kue, ada banyak pesanan hari ini. Maaf saya nggak bisa." Tolaknya.

Yuta mengulum senyum, "boleh aku bantuin?" Tanyanya.

"Emang kamu bisa?" Shirin memasang wajahnya tak yakin.

"Just trust me, kamu yang ngajarin pasti cepet nyantol." Yuta mengacak rambut Shirin.

Shirin berdecak. "Emang kamu nggak ada latihan hari ini? Kata Winwin kemaren, anak basket wajib latihan." Tuturnya, sambil menyilangkan tangannya.

"Nggak usah ngatur, aku maunya sama kamu." Sekali lagi, Yuta dengan seenaknya memeluk Shirin. Mengacak perasaan gadis ini.

"Kakak..." suara yang berhasil membuat Shirin langsung mendorong Yuta dan merapikan apronnya. Yuta berdecak kesal.

"Shira?!" Kaget Shirin.

"Hai Shira, baru bangun? Main sama papa, yuk! Mama mau bikin sarapan dulu." Yuta langsung menghampiri Shira dan menggendongnya.

Ya begitulah, setiap Yuta datang ke rumah Shirin. Ia selalu menyuruh adik Shirin yang baru berumur empat tahun ini untuk memanggilnya papa dan mama untuk Shirin.

Ayah dan ibu Shirin malah tertawa mendengar hal tersebut. Asal kalian tahu, Shirin bukan dari keluarga yang kaya. Ayahnya bekerja disebuah perusahaan yang gajinya tidak seberapa, dan ibunya membuka jasa catering kue-kue untuk menambah biaya hidup mereka.

Karena kepintaran dan kerajinan Shirin, ia mendapat beasiswa untuk bersekolah saat ini. Sungguh beruntungnya Shirin.

Berbanding terbalik dengan Yuta, ia sangat kaya. Ayahnya seorang kepala rumah sakit, dan ibunya adalah mempunyai beberapa cabang restoran yang cukup terkenal.

.
.

"Udah selesai, tan?" Tanya Yuta saat sudah mengemas kue terakhirnya.

"Udah, kok, makasih loh, nak. Jadi ngerepotin kamu." Ibu Shirin menepuk-nepuk pundak Yuta.

Sekarang sudah pukul 10.00 WIB.

"Boleh ajak Shirin keluar, tan?" Tanya Yuta.

Ibu Shirin tersenyum, "boleh, tapi pulangnya jangan kemaleman, ya." Jawabnya.

"Maaf nggak bisa, saya harus jaga Shira." Tolak Shirin sembari membereskan alat-alat pembuat kue.

"Rin, mbok yo jangan jutek-jutek gitu to sama nak Yuta. Shira bisa sama ibuk, kok." Lerai ibunya dengan logat khas Jawa.

Yuta menatap Shirin tajam, membuat Shirin mengalihkan pandangannya.

"Shira bisa ikut, kok. Tante bisa istirahat di rumah." Ucap Yuta.

"Nggak usah, ngerepotin kalian nanti. Lagian kalo ikut nanti minta ini-itu, gak usah." Tutur ibu Shirin.

"Nggak apa-apa, tan. Sekali-kali ajak anak perempuan jalan sama papa mamanya." Ucap Yuta sembari melirik Shirin dikata terakhir.


💚💚💚




"Ibun suruh kamu nemenin aku buat acara bisnis rekan kerjanya. Besok malem, jam tujuh aku jemput." Ucap Yuta, sambil menuntun tangan Shirin untuk melingkarkan tangannya di pinggangnya.

Shirin agak mendekatkan wajahnya ke ke wajah Yuta, "saya? Kamu nggak salah?" Tanyanya.

"Nggak. Pegangan." Yuta bersiap menjalankan motornya. Membuat Shirin berdecak dan merapatkan pegangannya ke Yuta.

.
.

"Bajunya bagus, kamu pakai ini." Ucap Yuta final sambil menempelkan sebuah gaun ke badan Shirin.

Shirin mengehela napasnya, "saya nggak pantes, lagian saya nggak mungkin nemenin kamㅡ"

Cup.

"Berisik." Yuta mengecup sekilas bibir Shirin, lalu memberikan gaun tersebut kepada karyawan untuk membungkusnya.

Kalian tahu? Seperti apa rasanya perasaan Shirin? Apalagi dilihat oleh mbak karyawan tadi, yang semakin membuat Shirin semakin menunduk malu dengan wajah merah tomatnya.

Yuta mendekatkan badannya ke Shirin, "Ibun yang milih gaun itu. Aku nggak bisa nolak kalau nyangkut kamu." Ucapnya, kemudian menautkan tangan Shirin ke tangannya dan berjalan ke kasir.

Hati saya semakin ambyar, saya bingung memilih kamu atau dia.

.
.

"Bungkusin apa buat ibuk?" Tanya Yuta yang semakin mengeratkan tautan tangan mereka sembari berjalan-jalan disekitar street food.

"Nggak usah dibungkusin, kita pulang aja, udah hampir jam delapan. Udah lama sejak kita keluarㅡ" ia menghentikan perkataannya dan agak menjauhkan kepalanya dari wajah Yuta yang sudah mendekat juga ke wajahnya, membuatnya menahan napas.

Yuta menarik ponsel Shirin dari saku celana bagian depan, "kamu bawa hp aku, paswordnya tanggal jadian kita." Ucapnya sambil mengantongi ponsel Shirin, kemudian menyerahkan ponslenya kepada Shirin.

Shirin hanya diam mematung setelah mengambil hp Yuta.

Tanggal jadian? Kapan jadiannya? Saya sama kamu?













💚💚💚💚💚










EGOISTIC 💢 NAKAMOTO YUTA

EGOIS 💢NAKAMOTO YUTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang