5

3.2K 371 50
                                    

"Kenapa to, nduk?" Tanya ibunya yang melihat putrinya hanya mengaduk-aduk makanannya.

Shirin menoleh kearahnya, "nggak apa-apa, buk. Shirin kenyang." Ucapnya, kemudian berlalu meninggalkan meja makan, dengan ibunya yang bingung melihatnya.

Ia merebahkan tubuhnya ke kasur. Menenggelamkan wajahnya ke bantal. Entah sejak kapan air matanya mulai membasahi pipinya.

Seperti perasaan Shirin malam ini, langitpun menjatuhkan airnya. Ia bangkit menyeka air matanya dan duduk dijendela. Memandangi hujan, menikmati aroma tanah khas hujan yang mengaur dihidungnya.

Lagi, pipinya telah basah dan bahunya yang bergetar dengan kepalanya yang ia sangga disela kedua kakinya.

Saya nggak mau jauh dari kamu. Tapi saya juga nggak mau jauh dari kak June.






💚💚💚






Shirin berjalan gontai dengan wajahnya yang lesu setelah izin dari kamar mandi.

"Bengong aja!" Tegur Mark yang entah darimana datangnya.

Shirin hanya meliriknya sekilas dengan malas.

"Semalem dia mabok tau, Rin." Ucap Mark yang membuat Shirin kali ini menengok kearahnya.

"Gue nggak ngerti masalah kalian, tapi yang pasti Yuta nggak pernah begini sebelumnya." Ucapnya membuat Shirin semakin bersalah.

Mark menepuk-nepuk pundak Shirin. "Sabar, lo kasih kejelasan aja sama YutaㅡANJIR! pucet banget sih, lo?!" Kaget Mark saat melihat kearah Shirin.

Shirin menghela napas, "berisik, Mark!" Decaknya kesal.

"Lo nggak makan berapa hari anjir!?"

Shirin hanya diam dengan Mark yang memberi nasehat dan motivasi kepadanya tentang makanan.

Berfaedah sekali:")





.
.




Sudah beberapa hari sejak ia bertemu Yuta terakhir kali di markasnya. Shirin tak melihat Yuta sama sekali.

Apa mungkin dia bolos?

Menghindar?

Tapi nggak mungkin kalau dia bolos hampir seminggu ini.

Oh iya lupa! Nggak ada yang nggak mungkin untuk seorang Nakamoto Yuta.

Shirin menghela napasnya lelah karena ia tak menemukan Yuta di tempat yang biasanya ia pakai untuk sekedar bolos atau mungkin merokok.

Bahkan Shirin sekarang meninggalkan jam pelajaran bahasa Inggris. Mapel favoritnya.

Udah pantes disebut bucin?

"Nakamoto Yuta... Koo Junhoe..." suaranya bergetar.

Ia berada di atap gedung sekolahnya. Merentangkan tangannya, menikmati angin yang menerpanya dan air matanya yang sudah membasahi pipinya.

Bingung.

Ia harus memutuskan salah satu dari mereka. Sedangkan ia tak mau menyakiti mereka.

EGOIS 💢NAKAMOTO YUTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang