13

2.2K 248 7
                                    

Shirin yang nggak sadar langsung dibawa Yuta ke dalam kamarnya.

Lelaki ini menatap gadis didepannya dengan tatapan sendu.

Jujur, dia rindu dengan gadis ini.

Ia duduk disamping gadisnya, mengelus kepalanya. Dan menatap nanar bekas sayatan di lengan gadis ini.

Sungguh, ini membuat rasa bersalah Yuta semakin besar.

"Aku tau kamu nggak akan mau ketemu aku lagi. Tapi diri ini rindu. Kalo kata Fiersa Besari 'rindu nggak bisa diatur'. Kamu harus tau, Rin... sampai kapanpun aku nggak akan ngelepasin kamu. Kamu yang udah ngebuat aku jadi makin tau tujuan hidup aku kedepannya."

"Shirin... kalau kita nggak bisa sama-sama nanti, boleh 'kan kita jadi sahabat? Dan kalau suatu saat pasangan kamu nyakitin kamu... bilang aja ama aku, aku langsung dateng ngehajar dia." Kemudian lelaki ini mengecup tangan Shirin.

Shirin nggak benar-benar kehilangan kesadaran, dia masih bisa denger dan ngerti arti ucapan Yuta. Meskipun matanya tertutup, tapi air matanya mengalir.

Yuta yang melihatnya segera mengelap dan mengecup kening Shirin dengan kelembutan dan kasih sayang.

Membuat Shirin semakin berlinang air mata dan rasa bersalahnya yang semakin besar.

Antara June dan Yuta.

"Kalau kamu denger aku... tolong buka mata kamu. Tatap aku sekali ini aja. Plis." Mohonnya, membuat Shirin memiringkan badannya membelakangi Yuta.

Yuta tersenyum kecut. "Sekecewa itu ya, sama aku?"

Shirin tak menjawab, bahunya bergetar menandakan tangisannya semakin kencang.

Kemudian gadis ini duduk menatap Yuta dalam. "Saya nggak bisa ngelanjutin hubungan ini. Tolong, kamu ngertiin saya." Ia mengelap air matanya sambil terisak.

"Kamu tau keadaannya gimana 'kan? Nggak mungkin saya punya dua orang lelaki dihidup saya." Ucapnya masih terisak.

"Maaf... buat kemarin udah ngebentak dan kasar sama kamu. Saya nggak bermaksㅡ"

Yuta langsung menyambar bibir Shirin.



💚💚💚



Malam harinya setelah kejadian tadi, Yerim menemani Shirin di rumahnya.

Jaemin yang nyuruh sih. Katanya biar ngga macem-macem lagi.

Shirin bisa aja nginep di rumah Jaemin yang cuma berjarak tiga rumah dari rumahnya.

Tapi dia nggak mau kalau sampai budheㅡibu Jaemin tau bekas sayatan ditangannya. Bisa ngadu ke orang tuanya nanti.

"Terus kedepannya mau gimana?" Tanya Yerim.

"Gue... ngelepas mereka berdua." Jawab Shirin dengan senyum kecut diakhir.

Yerim menghela napas. "Kok gitu? Kak June belum tau lo pacaran sama Yuta?"

"Rim, gue nggak pacaran sama Yuta!" Tegasnya.

"Oke-oke... tapi apa hubungan lo sama Yuta ini bisa disebut temen? Sahabat? Temen rasa pacar gitu?"

"Gini deh, Rin. Ibarat lo mau beli dua tupperware, satu buat tempat minum satu lagi buat tempat makan. Lo butuh banget dua-duanya. Nggak mungkin 'kan pake buat tempat makan atau minum semua?"

"Yerimm... lo jangan ngibaratin sama tupperware dong!" Sahut Shirin. "Bodolah! Gue binguuuungg!!!" Gadis ini meninju-ninju bantal dipangkuannya.

"Udah, nih makan aja." Yerim mengambil sebungkus coklat dari kantong plastik depan mereka. Dari Jaemin, katanya biar Shirin ngga stres lagi.

'Kan... Jaemin tuh biarpun cuek tapi masih tetep care sama adiknya satu ini. Dibeliin es krim sama coklat satu kresek. Siapa yang ngga seneng, sih?!

"Besok sekolah ya, Rin! Gue ngga ada temen ngobrol tauuu." Ucap Yerim sambil mempoutkan bibirnya.

Shirin berdecak, "palingan juga lu duduk sama Mark, sih."

"Hehe... biar ada temen ngobs-ngobs."

"Pepet terus pokoknya, ya." Sindir Shirin.

"Iyalah. Tapi kalau Mark udah punya pacar gue ajak selingkuh aja." Jawab gadia ini sambil membayangkan.

Shirin memukul pelan kepala sahabatnya dengan bantal, "gue benerin otak lo."

"Yeuuu anjir!" Umpatnya. "Eh tapi, Rin. Gue masih penasaran siapa yang upload foto lo, deh. Beneran Yuta?" Tanya Yerim penasaran.

Shirin mengehla napasnya. "Chaeyoung." Jawabnya. "Dia ambil handphone Yuta dan yaaa... diunggah foto gue sama Yuta lagi pegangan tangan." Jelasnya.

"Anjir... bener-bener tuh perempuan, ye! Minta dijambak. Besok gue beri deh. Tenang aja my sista."

Shirin  memutar bola matanya, "lo lupa siapa Yuta?"

Yerim terdiam dan berpikir.

"Ck! Mana mungkin seorang Nakamoto Yuta ngebiarin cewek yang dia sayang diganggu orang, sih?" Lanjut Shirin.

"Bener juga, sih." Yerim setuju. "Tapi... emang Yuta sayang sama lo?"

"Anjing, lo." Umpat Shirin membuat Yerim tertawa.

💚💚💚








Kali ini Yerim memutuskan untuk menemani Shirin dan minta diantarkan seragam dan tasnya oleh kakaknya, Hanbin. Abang yang baik.

Sekarang mereka sudah berada diatas kasur dan bersiap untuk tidur, setelah tadi Shirin memvideo call orang tuanya.

Shirin membelakangi Yerim. Walaupun tadi Shirin ketawa-ketawa waktu ngobrol sama Yerim, tetapi ia kembali memikirkan masalah-masalahnya. Dia menangis, menutup mulutnya dengan tangannya agar isakannya tak terdengar.

"Rin...?" Panggil Yerim sambil memegang bahu Shirin. Segera ia mengelap air matanya dan berbalik ke Yerim.

"Napa, Rim?" Tanyanya.

Yerim mengerutkan keningnya. "Lo nangis?" Bingungnya.

Shirin menggeleng.

Yerim tersenyum, "gue yakin lo bisa ngomong baik-baik sama mereka. Pesen gue sih... jangan tiba-tiba ninggalin aja, Rin. Sakit digituin." Ia mengusap-usap bahu sahabatnya tersebut.

Shirin meneteskan air matanya lagi. "Rim... gue sayang sama lo."

"Sorry, Rin. Tapi gue masih normal."

"Bego."





























💚💚💚💚💚








EGOIS 💢 NAKAMOTO YUTA

EGOIS 💢NAKAMOTO YUTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang