"Bisa nggak, kamu jangan kontakan sama dia kalau kita lagi berdua?" Yuta bersender pada kitchen set disebelah Shirin yang sedang memasak mie instan.
Shirin yang sudah selesai, meletakkannya di meja makan dekat dapur, diikuti Yuta.
"Kamu dengerin aku ngomong nggak, sih?!" Kesal Yuta, Shirin hanya diam, masih berkutik dengan mie instannya.
Masih tak mendapat respon, Yuta menarik tangan Shirin dan mengunci tubuhnya ketembok. "Ka-kamu sakit?" Yuta yang raut wajahnya seperti singa, mulai menunjukkan kekhawatirannya.
Shirin menurunkan tangan Yuta yang menguncinya.
"Telapak kamu panas." Yuta mengecek suhu badan Shirin dengan telapak tangannya, di keningnya.
Shirin menghela napasnya lelah, ia merasakan tubuhnya sangat berat, hingga ia sedikit berjongkok dengan tangannya yang menopang pada lengan Yuta.
"Ke kamar aja, yuk."
Tanpa menjawab, Shirin mengikuti kata-kata Yuta, ia menuntun Shirin sampai ke kamar dan membaringkannya.
Saat Yuta akan pergi, Shirin menahannya. "Mau kemana?" Dengan suara seraknya.
"Beli bubur buat kamu." Jawab Yuta.
Shirin menggeleng, "saya 'kan nggak sukaㅡkamu bisa tolong ambilin mie yang di meja aja, kita makan disini."
Yuta menggeleng kuat, "gak boleh makan mie." Ucapnya membuat Shirin mengehela napas kesal.
"Hujan loh, emang kamu mau keluar?"
"Buat kamu, kenapa enggak? Orang kamu ke Semarang juga aku susul."
Benar juga, waktu liburan sekolah, Shirin dan keluarganya pulang kampung ke Semarang, tempat ibunya dilahirkan dan beberapa jam kemudian, Yutapun sudah sampai didepan rumah nenek Shirin yang membuat semua orang kaget.
Jarak Bandung sampai Semarang itu nggak deket 'kan?
Nekat? Atau... bucin?
.
.
."Minum obat aja, kalau nggak mau buburnya." Ucap Yuta sambil membuka obat penurun panas yang baru ia beli di apotek.
Shirin hanya diam, dia tak tahu lagi bagaimana caranya menghadapi lelaki yang keras kepala didepannya ini. Sudah ia bilang kalau tidak suka bubur, masih saja dibeli. Akhirnya nggak kemakan, mubazir 'kan?
Dan juga ia tak bisa meminum obat jika obatnya tak dihaluskan atau di rendam di air terlebih dahulu, tetapi dengan sabar, Yuta melakukannya. Kurang apalagi lelaki seperti ini?
"Kamu nggak pulang? Nanti dicari mama kamu loh." Ucap Shirin.
Yuta tersenyum tipis, "malah mama suruh aku jagain kamu." Ucapnya, Shirin diam, tampak berfikir.
"Kapan kamu nelfon mama kamu?" Tanyanya.
"Waktu beliin kamu obat." Jawab Yuta.
"Kamu pulang aja, saya bisa minum obatnya sendiri, kok." Shirin ingin mengambil obat dari Yuta, tetapi dengan Yuta menahannya.
"Nggak, aku yang ngerawat kamu." Yuta menyuapkan sendok obat dan segelas air putih hangat ke Shirin yang segera ia minum.
Shirin malah merasa tak enak hati dan memikirkan betapa egoisnya dia. Dimana ada Yuta yang selalu menjaganya dan protektif kepadanya dan disisi lain ada June yang selalu manis dan pengertian, kenapa ia terlibat dengan dua lelaki ini?! Yang satu tidak mau mengalah dan yang satu selalu bikin adem.
Hufh... entahlah, mungkin Shirin akan melepas keduanya?
"Kamu udah makan?" Tanya Shirin.
Yuta hanya diam menatap Shirin dan mengelus-elus tangan gadis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
EGOIS 💢NAKAMOTO YUTA ✔
Ficção Adolescente"Alesan? Nggak ada alasan buat nggak suka sama kamu." [📍] SEASON DUA ADA DISINI JUGA [2019]