15

2.1K 232 3
                                    

Hari ini adalah hari terakhir ujian, dan bulan depan adalah upacara perpisahan bagi kelas duabelas nanti.

Shirin sudah menyiapkan sesuatu untuk diberikan ke Yuta dan kak June. Sebuah kenangan untuk mereka berdua sebelum ia benar-benar meninggalkannya.

"Lo beneran mau ngelepas dua-duanya, Rin?" Tanya Yerim yang setia nemenin Shirin beli kenang-kenangan buat Yuta sama kak June.

Shirin mengehela napasnya berat dan melihat sedih ke bawah, "sebenernya nggak mau, Rim. Tapi daripada nyakitin salah satunya, gue mending ngelepas mereka semua aja. Mereka berhak dapetin yang lebih baik dari gue."

"Kak June nggak bakal ngelepasin lo sumpah." Yerim melihat Shirin serius.

Shirin berhenti melangkah, begitupun Yerim. "Masalahnya itu... gue nggak bisa bohongin dia kalau gue mau pindah, Riiimm..." rengeknya.

"Emang lo udah cerita ke kak June?" Tanya gadis itu lagi.

Shirin mengeleng. "Sumpah gue nggak tega ngelepas diaaaa...."

Yerim mengehela napasnya dan melipat tangannya di depan dadanya, "ini nih..." decaknya.

"Ya masa lo tega mutusin orang yang paling lo sayang padahal nggak ada masalah apa-apa sih, Rim?" Timpal Shirin.

Yerim memutarkan bola matanya, "nih gue kasih tahu masalah lo tuh apa. Dengerin!" Ia menyenggol bahu Shirin dan Shirin mulai mendengarkannya. "Masalahnya ada di kalian bertiga. Lo, kak June, sama si triplek Atuy. Nah... lo pacarnya yang mana nih? Gue bingung, nih..."

"Kak Junelah!" Sahut Shirin cepat.

"...kak June? Sure?" Shirin mengangguk yakin. "Kalau gitu coba diomongin baik-baik. Dia mau lo ajak LDR apa nggak? Kalau mau ya oke-oke aja, tapi resiko, ya..." lanjut gadis ini.

"Kalau nggak mau gimana?" Tanya Shirin lalu menyedot bobanya.

"Ya udahan dong, Dipsy. Gitu aja masih ditanyain." Geram Yerim sambil mempoles kepala Shirin, yang dipoles hanya mengangguk-angguk like puppy.

"LAH ANJIR?" Seru Shirin yang membuat Yerim kaget sampai menutup telinganya.

"Apaan sih, Lala?" Decak Yerim.

"Look at that, Dora." Shirin memegang kepala Yerim sambil mengarahkannya ke sesuatu yang dilihatnya.

Yerim membulatkan matanya. "Mark?" Kagetnya. "Sama siapa?" Gadis ini memicingkan matanya.

"Oh... itu si Lia." Jawab Shirin sambil menyedot bobanya lagi.

Yerim menghela napasnya kasar. "Lo mau makan nggak?" Tanyanya dengan nada kesal.

"Anjay. Ada yang panas but not matahari." Gumam Shirin sambil melirik ngeri sahabatnya ini.

"Ayok, ah!!!" Yerim menarik tangan Shirin yang sedang memegang boba dan hampir menjatuhkannya. Untung Shirin bisa nyeimbangin.

.

"Mbak! Geprek, nasinya yang banyak pedes level maksimal, ya!" Yerim memesan. "Oh iya! Sama minumnya soda gembira."

"Lo gila?!" Sahut Shirin. "Minumnya jus alpukat aja dua mbak, ayam gepreknya pedesnya biasa aja dua." Ralat Shirin ke mbak pelayan.

"Nggak!" Bantah Yerim. "Saya tetep geprek level maksimal sama soda gembira, mbak!" Ucapnya, Shirin hanya mendesah.

"Udah mbak, itu aja. Saya jus alpukatnya dua, ya." Pasrah Shirin.

Beberapa saat kemudian makanan datang dan Yerim langsung memakannya dengan brutal.

EGOIS 💢NAKAMOTO YUTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang