3

4.2K 425 28
                                    

Shirin sudah bersiap sejak pukul 18.00 tadi. Sekarang ia sedang merapikan make up nya, beruntung ibunya mempunyai bakat merias.

"Papa udah didepan, kak." Ucap Shira dengan suara cemprengnya.

Shirin beranjak dari duduknya, kemudian berjalan kearah Shira, "panggilnya kakak aja, dek." Ucapnya.

Shira menggeleng. "Papa!" Keukeuhnya, kemudian berlari menuju Yuta yang sedang berjalan ke arahnya.

Yuta menggendong Shira, "halo anak papa." Sapanya dengan mengecupi kepala Shira.

"Mama jahat!" Adunya dengan wajah cemberut membuat Yuta gemas dan mencubit pipinya.

"Eh, nak Yuta." Ayah Shirin menyambutnya, kemudian Yuta mencium tangan lelaki setengah baya ini.

"Izin mau ngajak Shirin, om." Ucap Yuta sekali lagi, karena ia telah izin kemarin.

"Udah siap, kok. Itu di sana." Ucap ayahnya sambil menunjuk putrinya yang sedang berjalan dengan langkah ragu mendekati ayahnya dan Yuta.

"Mama cantik banget ya, pa." Bisik Shira, membuat Yuta tersenyum kearah gadis cilik ini.

"Ayah, ibuk, Shirin berangkat dulu." Pamitnya ke orang tuanya sambil mencium tangan mereka.

"Iya, hati-hati, nak. Jangan pulang terlalu malam, ya." Ucap ayahnya dan ibunya yang tersenyum.

💚💚💚

"Kenapa sih!?" Tanya Shirin yang risih, karena Yuta terus-menerus memandanginya, bahkan tidak fokus menyetir.

"Kamu cantiknya kelewatan, aku mau mundurin kamu aja, rasanya."

Blush.

Kalimat yang Yuta lontarkan berhasil membungkam Shirin, dengan wajah merahnya, ia menundukkan kepalanya, meremas-remas gaunnya. Iya! Shirin salah tingkah.

Beberapa menit kemudian Yuta memarkirkan mobilnya. Ia melihat Shirin yang sedang mengedip-ngedipkan mata dan membasahi bibirnya beberapa kali, oh! Jangan lupakan ia yang masih terus meremas-remas gaunnya.

"Kenapa, sayang?" Tanya Yuta, Shirin menoleh kearahnya dengan wajah cengonya. Yuta tersenyum gemas, ia mencubit pipi gadisnya ini. "Nggak anak, nggak mama, sama-sama gemesin, ya!" Tuturnya.

Shirin meremas kedua tangannya, "saya nggak usah masuk aja." Ucapnya sambil sesekali melirik sebuah gedung yang ia yakini dipakai untuk acara tersebut.

Yuta mengangkat alisnya, "ibun mau ketemu kamu, loh."

Shirin menelan air ludahnya, "saya nggak pantes..." ucapnya melemah.

Yuta tersenyum, menangkup kedua pipi Shirin. "Kata siapa? Kamu 'kan pacar aku. Nggak ada kata nggak pantes buat princess Nakamoto." Ucapnya berusaha meyakinkan Shirin.

Shirin hanya menatap Yuta sendu.

"Sekarang?" Yuta melirik gedung tersebut, Shirin mengangguk dan mereka keluar dari mobil menuju kedalam.

.
.

Mewah.

Itulah kata yang terlintas dibenak Shirin saat ini. Pesta seperti ini terlalu mewah untuknya, padahal hanya acara ulang tahun anak dari rekan kerja bisnis ibunya Yuta.

Bahkan Shirinpun tak pernah membayangkan akan datang ke acara mewah seperti ini.

Ia terus menggenggam tangan Yuta dan menelan ludahnya gugup. Ia gugup bertemu dengan orang tua Yuta untuk pertama kali, bahkan jantungnya bekerja lebih cepat.

Yuta merasakan tangan Shirin yang sangat dingin, lalu ia menariknya ke tempat yang agak sepi.

"Nggak usah gugup. Ibun sama papa nggak bakal gigit kamu." Ucap Yuta sambil membenarkan anak rambut Shirin.

Shirin menghela napasnya dengan pandangan sangat gelisah, "ta-tapi saya? Saya emang pantes kamu kenalkan ke orang tua kamu?"

Cup!

"Kamu itu paket lengkap. Nggak mungkin ada kata nggak pantes." Ucap Yuta serius, setelah mengecup bibir Shirin yang membuatnya membatu. Entah sudah berapa kali Yuta melakukan hal random seperti ini, tetapi selalu berhasil membuat Shirin bungkam.

Hebat!

.
.

"Cantik sekali. Yuta pinter banget cari pacar." Puji ibu Yuta sambil mengelus-elus kepala Shirin.

Shirin hanya tersenyum canggung.

"Kenapa nggak dari dulu bawanya? Kenapa baru sekarang, kak?" Omel ibunya ke Yuta.

"Dianya malu, bun. Katanya sih takut omelan ibun." Ledek Yuta sambil mengusap-usap rambut Shirin.

Shirin melotot tak terima ke arah Yuta, "enggak kok, tan! Saya nggak ngomong gitu!" Elaknya cepat dengan semburat merah dipipinya, entah sudah berapa kali ia mengulum malu hari ini. Membuat Ibu Yuta terkikik.

"Kapan-kapan main, ibun mau dimasakin kamu." Ucap ibunya.

Shirin melirik Yuta sekilas, kemudian kembali melihat ibunya. "Saya nggak begitu bisa masak, tan. Masih belajar." Jawabnya.

"Yuta pernah bawa kwetiau, enaaakk bangeett, katanya masakan Shirin..." tutur ibunya, membuat Shirin melotot ke Yuta.

Saya kasih ke kamu, kenapa malah dikasih ke ibu kamu, sih?!

Yuta memelototi ibunya dan terselip kalimat 'ibun, jangan diomongin!'

"...spesial katanya, jadi Shirin yang mana, kak?" Goda ibunya membuat Shirin lagi-lagi memerah dan hampir saja ingin melempar piring. G.

Yuta menghela napas, "Shirin cuma ada satu, bun." Yuta melingkarkan tangannya ke pinggang Shirin dan menariknya kedekapannya, membuat Shirin tersentak dan menahan dada Yuta dengan tangannya.

"Aduh, ibun kesana dulu, ya. Mau begitu juga sama papa." Ibunya mengedipkan matanya nakal sebelum meninggalkan mereka berdua.

Shirin lagi-lagi meneguk ludahnya, jaraknya sangat dekat dengan Yuta, satu senti saja bergerak, bibir mereka bertemu. 🌚

.
.

"Saya mau pulang." Ucap Shirin.

Yuta menoleh dan menggenggam tangan gadisnya ini. "Ngantuk?"

Dijawab anggukan oleh Shirin.

"Yaudah ayo pulang. Di mobil nanti tidur aja, pundak aku nyaman, kok." Ucap Yuta, kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Shirin.

Shirin agak menjauh, membuat Yuta gagal melingkarkannya. Yuta berdecak sebal.

Yuta menarik tangan Shirin meninggalkan gedung tersebut, menuju parkiran.

Sebelum masuk ke mobil, Yuta mempepet Shirin ke pintu mobil dan mendekatkan wajahnya, "i love you so bad."

Seluruh tubuh Shirin bergetar, ia tak bisa menyeimbangkan tubuhnya dengan sigap Yuta menangkapnya.

Sumpah! Ini bukan kemauan saya! Kenapa hubungan kita serumit ini?!







💚💚💚💚💚
















EGOISTIC 💢 NAKAMOTO YUTA

EGOIS 💢NAKAMOTO YUTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang