11

2.3K 267 51
                                    

"Ke dokter, ya?" Tawar June dengan gurat khawatir diwajahnya.

Shirin menggeleng. Sungguh! Dia tak suka bau obat!

June masih setia ngelonin Shirin, dan Shirin yang juga tak mau melepaskan dekapan hangat June.

"Kakak nggak kuliah?" Tanya Shirin dengan suara seraknya.

June menggeleng, "masuk siang, cantik. Sama jam dua nanti ada rapat persiapan penyambutan buat mahasiswa baru." Ia mencolek hidung Shirin.

Dengan tatapan penuh harap, June bertanya. "Kamu jadi kuliah sama kakak, 'kan?" Pertanyaan yang June lontarkan membuat Shirin mencelos. Pasalnya, setelah lulus nanti ia harus menyusul keluarganya yang baru tadi pagi pergi ke Yogyakarta, karena ayahnya dipindah tugaskan kesana. Oh! Ayolah! Biarkan kisah cinta Shirin-June semulus pasangan-pasangan lainnya!

Shirin tersenyum kecut, "kalau misalnya aku pindah... gimana? Kakak mau LDR?"

June agak terkejut, "kok ngomongnya gitu?" Keningnya agak berkerut, tak suka dengan pernyataan gadisnya.

"Enggaaakk, 'kan ini misalnya doang kaakaakkku sayaaang... misaaall." Elak Shirin.

"Jangan ngomong gitu, ah. Aku nggak suka. Lagian emang kamu mau LDR-an sama aku? Yakin???" Tanya June membuat pertahanan Shirin lagi-lagi runtuh.

Tak bisa ia bayangkan jika benar mereka melakukan hubungan jarak jauh. Kalau salah satunya ada yang nggak betah dan cari yang lain gimana? Dan banyak lagi resiko orang berhubungan jarak jauh.

"Huhfhh.." gadis ini menarik napasnya, menahan air matanya turun.

June yang melihat gadisnya, langsung menciumi kedua mata gadis itu. Sungguh... rasa bersalah dan cinta Shirin semakin besar ke June sekarang.

"Jadi bener? Kamu mau pergi?" Tanya June pada akhirnya.

Shirin terdiam.

"Perlu kamu tau, aku sayang, aku cinta, akuㅡkamu itu lebih dari apapun, sayang. Kalau kamu mau pindah, aku janji bakal terusin S2 aku sama kamu, dimanapun itu." Ucap June dengan sorot matanya yang tulus.

Tuhkan... ngebuat Shirin semakin bersalah. Lelaki ini tulus banget sama dia.

Shirin semakin terisak.

"Lagian kuliah aku nggak lama lagi, tinggal nyiapin skripsi nantinya." Lanjut lelaki jangkung itu, kemudian mencium kening gadis ini. Menyalurkan kembali rasa hangat dan sesuatu yang menggelitik di perut Shirin.

"Janji nggak nyembunyiin apapun lagi, ya?" Pertanyaan yang menampar bagi Shirin. Setelah kejadian Yuta kemaren, sekarang gimana Shirin bisa bilang kalau ia mau pindah ke luar kota?

Shirin tersenyum, membenamkan wajahnya ke lelaki yang ia sayangi setelah ayahnya.

June merasakan hawa yang berbeda, seperti ada sesuatu yang disembunyikan gadisnya.

"Love you so much..." ucap Shirin tersenyum dan mengecup singkat bibir June. Membuat pipinya memerah.

June menahan senyumnya, mengecup juga bibir gadisnya, "love you too more than anything."

Mereka masih nyaman satu sama lain, dan kasih sayang yang besar antara keduanya membuat mereka semakin larut dalam cinta masing-masing.

June yang tulus diimbangi kesetiaan dari Shirin.

Kesetiaan?

How about oknum bernama Nakamoto Yuta?



💚💚💚




Malamnya, setelah kejadian pertengkaran mereka.

"ASTAGA!!! Kontrol kali Yuuuutt!" Entah berapa kali Winwin berseru kali ini, tapi yang pasti ia sudah frustasi dan hampir menyerah menghadapi kelakuan sohibnya ini.

"Bang? Emang dia kenapa sih?" Kali ini Mark.

"Tau nih, tiba-tiba aja nelpon ngajak ke sini." Jawab Winwin asal.

Mereka sedang berada di sebuah bar sekarang, dan pastinya dengan kondisi Yuta yang tak bisa dikatakan baik-baik aja. Rambut acak-acakan, rokok di sela-sela jari telunjuk dan tengah, serta dua botol minuman beralkohol di depannya. Miris!

"Hoi!" Seru seseorang yang baru datang dari arah mereka.

"Parah! Telat lu, bang." Sahut Mark sembari melirik Yuta dikata terakhirnya, memperlihatkan betapa mirisnya lelaki itu.

"Waduh, kenapa lagi deh ni bocah?" Tanya Taeyong.

Mark mengendikkan bahunya.

"Biasalah, Yong. Palingan cewek." Jawab Winwin.

"Perasaan kemaren baik-baik aja." Kali ini Doyoung yang baru datang bersama Taeyong tadi. Kali ini Lucas nggak ikut karena ada acara.

"Taulah Young, bikin pusing nih bocah." Winwin menghela napasnya.

"Coba telpon Shirin, deh." Saran Taeyong.

"Udah beberatus-ratus kali gue telponin, tapi ngga diangkat sama dia." Jawab Mark.

"Tanya Jaemin coba." Saran Doyoung.

"Tumben pinter." Taeyong menepuk-nepuk pundak Doyoung bangga, yang ditepuk memasang wajah garangnya, membuat Taeyoung haha-hehe doang.

"Oh iya!" Kemudian Mark mengeluarkan ponselnya dan meminta info dari Jaemin.

Sementara Mark bertukar pesan dengan Jaemin, Taeyong dan yang lainnya menenangkan Yuta yang kacau.

"Aku tuh... kurang... apasihhh..." Yuta tersenyum kecut dengan nada suaranya yang tak jelas.

Ya... karena mabuk, dan membuat teman-temannya kebingungan.

"Lebihnya dia tuh apaa!!" Yuta menarik-narik ujung baju Doyoung.

"Duh... gini nih... nggak suka gue kalo ni bocah mabuk!" Gerutu Doyoung.

"Bang..." ucap Mark mengalihkan perhatian mereka.

"Gimana?" Tanya Winwin.

"Kata Jaemin, Shirin lagi istitahat. Jaemin nanya ibunya Shirin." Ucap Mark.

"Istirahat gimana?" Taeyong menanggapi.

Mark membaca ponselnya, "katanya... tadi Shirin di kamar mandi lama banget. Terus... dia kaya bengkak gitu matanya." Jelas Mark.

"Serius masalahnya berarti." Winwin nampak berpikir.

"Aku nggak mau... nggak mau... lepasin kamu..."

"Ngaco." Decak Taeyong.

"NAKAMOTO SHIRINA!!!" Teriak Yuta yang membuat kaget teman-temannya.















💚💚💚💚💚















EGOIS 💢 NAKAMOTO YUTA

EGOIS 💢NAKAMOTO YUTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang