Setelah makan dikantin selesai, keduanya memutuskan untuk balik kekelas masing-masing. Melewati koridor yang cukup ramai karena semua murid sedang duduk didepan kelas mereka masing-masing."Pulang ini aku tunggu digerbang yah. Terus, nanti aku main kerumah kamu aja. Atau? mau pergi kemana gitu?" ucap Athalla kepada Zhea.
"Iya." jawab Zhea seadanya sambil tersenyum manis, kemudian senyuman Zhea menjadi kecut untuk beberapa detik, "Kalo gak jadi awas aja. Aku gamau tegur kamu."
Athalla terkekeh melihat tingkah Zhea saat ini, "Yakin gamau tegur aku? beneran nih?" rayunya.
"Iyalah. Kamu harus tepatin janji kamu dong buat kerumah aku. Ohya, bye the way, tentang pertandingan kemarin, sekolah kita menang?"
Athalla mengangguk semangat, "Iyalah, siapa dulu kaptennya."
"Sombong," desis Zhea, "Eh terus? semifinal kapan diadain? gak sabar sekolah kita bawa piala lagi. Dan kamu harus menangin dong dipertandingan semifinal nanti."
"Ngomong-ngomong tentang pertandingan. Aku kan menang? kamu masih inget taruhan kita?" tanya Athalla mengalih topik.
"Ha?" Zhea dibuat kaget dengan pertanyaan Athalla, Zhea hampir lupa kalau ia ada janji taruhan dengan pacarnya sendiri, "Ohya,"
"Aku menang. Jadi, kalo aku menang, kamu mau turutin apa aja kemauan aku. Iya kan? berarti aku boleh dong minta apa aja dari kamu?" ucap Athalla dengan merayu.
Zhea memicingkan matanya curiga, "Emang kamu mau minta apa?"
"Minta ditraktir makan? oke aku bisa traktir kamu yang hobi makan." lanjut Zhea berucap.
Athalla menggeleng, "Nggak. Aku gak mau minta traktir makan. Aku bisa beli sendiri," ucapnya sambil menjulurkan lidah.
"Terus?" kesal Zhea bertambah curiga, "Oh aku tau kamu mau minta apa," katanya kemudian tersenyum sumringah seperti orang yang baru saja mendapatkan ide cemerlang, "Pasti kamu mau minta hadiah dari aku? iya kan iya kan?"
Athalla menggeleng lagi, "Salah lagi."
"Athalla, terus apa dong!" Zhea bertambah kesal gegara tidak tertebak permintaan Athalla. Sejujurnya, Zhea sudah memikirkan omongan kedua sahabatnya kemarin, cuma Zhea tidak mau ngomong itu didepan Athalla. Takutnya Athalla beneran meminta itu ketika ia ngomong seperti itu, lebih baik Zhea tidak ngomong apa-apa tentang itu.
"Ya kamu taulah aku maunya apa." balas Athalla dengan bersiul seraya memberi kode kepada pacarnya ini—Zhea.
Zhea memicingkan matanya lagi, "Tha, jangan aneh dan jangan ngaco yah."
"Dih, apasih. Aku aneh apaan coba? ngaco apaan coba? gak ada."
"Terus?"
"Jangan disekolahlah. Tunggu kita keluar aja yah, kan mau kerumah kamu juga."
"Tau ah males, kamu ngaco terus."
"Apasih, orang juga nggak. Sensian banget."
"Ya makanya, bilang mau apa?"
"Bilangnya nanti, tunggu kita keluar pergi aja. Udah dibilang berapa kali juga masih ngeyel."
"Yaudah deh terserah kamu, aku mau masuk kelas duluan. Awas aja kalo gak dateng nanti malem."
***
Malam ini Zhea sudah bersiap menunggu Athalla untuk datang kerumahnya. Sayangnya, kedua orang tuanya tidak ada dirumah, hanya ada adiknya saja—Kayla.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, 'Athalla' [END]
Ficção Adolescente[PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] # 1 - Zhea # 5 - Athalla # 11 - storylove Bercerita tentang kisah seorang gadis yang tiba-tiba ditembak oleh pria tampan, yang dijuluki sang kapten futsal disekolah nya yang dikenal sifat nya cuek dan dingin. Saat gadis...