DIA ATHALLA - BAGIAN SEMBILAN BELAS

3.5K 116 0
                                    


Zhea berlari kecil untuk berteduh ditempat halte dekat sekolah, ia urungkan untuk berteduh di ruangan depan satpam, karena sudah terlalu ramai.

Ia sangat bingung kenapa dihalte begitu sepi? Hanya ia berada disana. Kini Zhea sedang sendiri disini, Athalla tidak masuk sekolah karena tidak enak badan. Sedangkan Shasya? Ia sedang ada urusan sama sepupunya, dan Viona? Dia ada janji sama Nyokapnya.

Ia terus menerus menelpon Pak Harun untuk menjemputnya. Tapi hasilnya mustahil. Handphone Pak Harun tidak aktif saat dihubungi.

Vinda dan Decky alias Mama dan Papa Zhea sedang ada bisnis diluar negeri.

Hanya ada Kayla dirumah. Ia menyesal tidak membawa kendaraannya sendiri. Kalo ia minta tolong Kayla menjemputnya disini pakai mobil? Ia kan belum bisa nyetir mobil.

"Ya ampun, batre gue tinggal lima persen lagi. Bentar lagi bakalan mati!" omel Zhea.

Terus? Sekarang ia harus meminta tolong dengan siapa kalau handphonenya mati?

"Yaa matii!!" kesal Zhea saat melihat handphonenya telah mati total.

Zhea duduk dihalte dekat sekolah. Yang ia lakukan hanya melirik kanan kiri kendaraan yang sedang berlalu lalang. Zhea tidak bisa menelfon siapapun sekarang. Ponselnya sudah mati total. Bahkan jika ingin meminjam ponsel orang lain pun, disini tidak ada orang. Merasa sedikit aneh karena disini hanya Zhea sendirian.

Tiba saja lirikan mata Zhea terhenti disatu titik, dimana disitu sebuah mobil yang sangat familiar baru saja berhenti didepan halte ini.

Zhea masih fokus menatap seseorang yang barusaja keluar dari mobil dengan mengenakan payung berwarna putih bening. Zhea sangat fokus menatap postur tubuh seseorang itu. Zhea kenal. Bahkan sangat kenal dan tidak asing sehingga seseorang itu menampakkan wajahnya dengan jelas yang sedari tadi telah tertutup oleh payung.

Athalla?

Zhea tidak percaya ini. Sungguh. Awalnya Zhea pikir cowok ini bukan Athalla. Atau mungkin kebetulan sama, mulai dari mobil sampai postur tubuh. Namun, dugaan Zhea benar.

Zhea langsung berdiri dari tempat duduknya, "Athalla?" kaget Zhea.

"Zhea," suara lirih memanggilnya ditengah-tengah gaduhan suara hujan.

"Athalla? ngapain kesini? kamu tau dari mana aku disini? seharusnya kamu itu dirumah aja, karena keadaan kamu lagi nggak enak." panik Zhea panjang lebar.

Athalla sedikit terkekeh mendengar omelan panik dari gadis ini, "Jangan panikan gitulah Zhe. Aku kesini ya jemput kamulah. Terus kenapa nggak ngabarin aku? telfon aku kalo disini sendirian? anak cewek, apalagi secantik kamu, gak boleh disini sendirian. Nanti kalo diapa-apain orang, gimana?"

"Nggak penting Tha. Kepentingannya sekarang itu kesehatan kamu. Seharusnya gak perlu kesini." Zhea masih membantah.

"Zhe," ucap Athalla sambil menatap Zhea dengan lekat, "Kamu lebih penting dari apapun."

Zhea melotot mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Athalla barusan. Tidak percaya.

Zhea tidak bisa menahan senyumnya untuk tidak mengembang sekarang, ia tersenyum manis, "Tha.." lirih Zhea sedikit terharu.

Namun Athalla langsung saja menarik lengan Zhea untuk ikut dengannya. Athalla melingkarkan tangan kanannya kepinggang Zhea agar sedikit dekat dengannya dibawah payung yang sedang Athalla pegang.

"Makasih banyak yah," ucap Zhea tulus.

Athalla melirik Zhea dengan tatapan hangat, "Iya sayang."

Dia, 'Athalla' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang