Malam ini sangat indah dengan dipenuhi bintang-bintang berkelap-kelip dan bulan yang memiliki cahaya benderang sehingga membuat suasana malam menjadi terang.Shasya berjalan mendekat jendela kaca besar tinggi kamar Zhea. Ia melihat bintang dan bulan lewat dari kaca jendela tersebut.
"Andai, Papa dan Mama bisa akur terus kayak Papa dan Mama Zhea. Pasti hidup aku bakal tentram seperti Zhea sekarang," gumam Shasya dalam hati.
Zhea tau saat ini sahabat nya sedang dalam keadaan tidak baik. Zhea mendekati Shasya.
"Sudahlah Sya, nggak usah terlalu lo pikirin, yang penting Papa dan Mama lo cuma beradu mulut kan? dan lagian Papa lo juga gak main tangan kan dengan Mama lo?" ucap Zhea lembut sambil merangkul bahu Zhea dengan tangan kanan nya, "Ayo tidur, ini sudah malem loh Sya," lanjut Zhea langsung mengajak Shasya tidur.
"Nyokap bokap lo mana, Zhe? Kok gak kelihatan?" tanya Shasya heran.
"Mereka berdua lagi ada di Itali," jawab Zhea singkat.
"Ngapain? Liburan?" tanya Shasya.
"Biasa Sya, masalah sekolah adik gue. Lagian kalau mereka liburan, yang jelas gue bakalan ikutlah," ujar Zhea.
Mereka merencanakan berhenti berbincang. Mereka langsung tidur saja, lagian ini sudah malam.
****
Burung berkicau dengan suara kencang, membuat suasana sangat ramai. Zhea mengerjapkan matanya, ia melihat hari sudah jam setengah enam pagi. Menurut nya ia telat bangun, karena ia tidak sholat subuh. Dia langsung bergegas membangunkan Shasya yang kini sedang tertidur pulas.
"Sya, bangun. Udah pagi," ucap Zhea sambil menggoyangkan tubuh Shasya supaya anak itu sadar dari tidurnya.
"Arhhh.." ucap Shasya sehabis bangun tidur. Matanya langsung mengarahkan ke jam dinding kamar Zhea. Benar saja apa yang dikatakan Zhea, ini sudah pagi.
"Gue dulu ya yang mandi," ucap Zhea.
"Iya," balas Shasya singkat dan mengangguk pelan.
Zhea langsung menuju kamar mandi nya dan langsung mandi. Sedangkan Shasya ia masih menunggu Zhea untuk bergantian mandi. Ia membuka ponsel nya terlebih dahulu.
Ada enam panggilan tak terjawab dari ponsel Shasya!
"Apa perduli mereka terhadap gue?" lirih Shasya dengan nada kesal.
Tak sengaja Zhea mendengar ucapan itu dengan menyimak, ruangan terasa sunyi hingga terdengar ucapan Shasya itu.
Zhea sudah selesai mandi ternyata, ia sedang memegang handuk kecil untuk mengusap-ngusap rambut nya yang masih basah.
"Mereka siapa Sya?" tanya Zhea dengan tiba-tiba. Sontak Shasya sangat kaget mendengar ucapan itu. Dia langsung melirik ke arah Zhea yang lagi berjalan mendekati nya.
"Ada enam panggilan tak terjawab dari ponsel gue. Dan itu dari bokap nyokap gue," ucap Shasya dengan wajah kecewa.
"Berarti mereka ingin lo pulang pas pulang sekolah ini, Sya." ucap Zhea menasihat Shasya, "Mau gimana pun keadaan orang tua lo sekarang. Mereka bakalan tetep khawatir sama anaknya sendiri. Lo jangan egois."
"Gue beneran pusing ngadepin semua ini. Cuma ada satu cara supaya gue bisa bebas dari ujian ini," ucap Shasya putus asa.
"Maksud lo, apa?!" sontak Zhea.
"Mati," ucap nya singkat namun jelas yang dimaksud.
"Lo gila! Lo mau bunuh diri? Tuhan gak bakal ngidzinin lo buat masuk surga walaupun lo gak ada dosa misalnya, dimana akal pikiran lo Sya? lo bukan Shasya yang gue kenal lagi, lo udah berubah sekarang, lo mudah putus asa, lo mudah nyerah, dan lo gak semangat kayak dulu lagi, Sya," jelas Zhea kesal dengan nada menasihat satu sahabat nya ini.
"Tuhan nggak bakal kasih ujian yang melebihi kemampuan umatnya." lanjut Zhea berucap.
"Itu semua karena, Bokap Nyokap gue, Zhe," teriak Shasya spontan, matanya sudah berkaca-kaca, dan cairan bening itu langsung lolos keluar dari mata gadis itu.
"Lo gak bisa salahi diri lo ataupun kedua orang tua lo, karena ujian ini adalah kehendak Allah buat nentuin hambanya. Jadi, lo gak usah putus asa kayak ini, Sya. Gue gak mau liat lo kayak gini!" bentak Zhea sangat kesal dengan keputusan Shasya.
"Gue sangat beruntung punya sahabat kayak lo Zhe, lo ngertiin perasaan sahabat lo sendiri. Dan jangan pernah ninggalin gue ya Zhe," keluh Shasya memohon.
"Gue gak bakal ninggalin sahabat-sahabat gue Sya, mau kalian susah ataupun senang, gue akan tetep jadi sahabat lo," balas Zhea dengan pikiran optimis nya, "Begitu pun juga dengan Viona."
"Pulang sekolah ini, gue bakal coba pulang kerumah," lirih Shasya kemudian.
"Itu namanya Shasya yang gue kenal, dan jangan pernah putus asa ya Sya. Tetep semangat kayak dulu, dulu lo pernah bilang ke gue, 'Zhe, lo jangan pernah putus asa ataupun sedih, karena tuhan selalu ada disamping lo' itu kan yang pernah lo ucapkan ke gue? dan sekarang lo harus buktiin ucapan lo itu ke gue," ucap Zhea.
Mereka langsung berpelukan dengan erat. Lalu Zhea langsung memakai baju seragam sekolahnya. Sedangkan Shasya ia langsung segera masuk kedalam kamar mandi.
Akhirnya mereka sudah siap semua nya untuk menuju sekolah, mereka turun ke bawah, tepat nya keruang makan rumah Zhea, dan sarapan pagi lalu mulai berangkat sekolah bersama.
*****
Halo^^
Maaf, part ini cuma sedikit, karena aku menceritakan masalah yang sedang dihadapin Shasya (Sahabat dekat Zhea).
Love u all!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, 'Athalla' [END]
Jugendliteratur[PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] # 1 - Zhea # 5 - Athalla # 11 - storylove Bercerita tentang kisah seorang gadis yang tiba-tiba ditembak oleh pria tampan, yang dijuluki sang kapten futsal disekolah nya yang dikenal sifat nya cuek dan dingin. Saat gadis...