Part 56

1.8K 63 0
                                    


SELAMAT MEMBACA YAH!

**

Hari ini Zhea sudah bersiap, bersiap untuk pergi ke Universitas Pelita Harapan. Perihal kemarin, tentang Viona yang menyuruhnya untuk meminta idzin kepada orang tuanya untuk berkuliah di London bersama dengan Athalla ia urungkan. Zhea sudah pasti tau jawaban dari Mamanya itu, pasti tidak. Karena keinginan Mamanya adalah ia harus berkuliah di Itali, atau tetap di Indonesia. Zhea hanya tinggal memilih saja, mau dimana. Dan Zhea utuskan untuk tetap di negara kelahirannya saja. Lagian toh, dia juga tidak tau betul bahasa Itali.

"Ma, Zhea berangkat. Doa'in semoga Zhea lulus masuk di Universitas itu, pas hasilnya udah keluar yah." pamit Zhea.

"Iya sayang. Inget yah, kamu jangan bengong, jangan banyak pikiran. Pikiran kamu harus jadi satu, fokus dalam tes nanti. Jangan pikirin siapa-siapa, termasuk pacar kamu, Athalla. Jangan pikirin dia dulu, dia pasti udah makan kok, jangan diperhatiin mulu. Oke?" kekeh Vinda kepada anak sulungnya ini.

Zhea ikut terkekeh, walau berat. Zhea harus terlihat senang didepan Vinda, walau Vinda tidak tau masalah apa yang menimpahnya sekarang, "Iya.. Ma."

"Kamu beneran gapapa kan sama Athalla?" tanya Vinda sedikit curiga, ia memegang lembut rambut anaknya ini, "Kalo ada apa-apa, kamu cerita dong sama Mama. Mama bakal kasih solusi apapun itu, Mama nggak akan nyuruh kamu buat pisah sama Athalla. Mama tau kamu sayang dia. Dan dia juga sayang sama kamu. Mama juga pernah ngerasain cinta seperti kamu saat muda dulu sama Papa."

"Ohya? Shasya udah bangun? kenapa gak sarapan pagi tadi bareng kamu?" lanjut Vinda bertanya.

"Gak tega bangunin dia Ma. Dia cerita semalem, nggak tidur dua malem. Zhea kasian, nanti suruh Bibik aja antar makanan kekamar Zhea untuk Shasya." jawab Zhea seadanya.

"Astagfirullah, kamu beneran dia gak tidur dua malem? matanya sekuat itu?"

"Jangan kan mata, Ma. Perasaan dan hatinya lebih kuat malah. Zhea pengen kayak Shasya. Maksudnya itu, Zhea pengen kayak Shasya kalo ada masalah apapun dia tetep senyum, seberat apapun masalah yang ia hadapi, ia tak pernah ngeluh lho, Ma. Zhea heran. Terbuat dari apa sih hatinya Shasya? batu karang?"

"Zhea kamu jangan ngaco ah. Iya nanti Mama suruh Bibik anterin makanan keatas."

Zhea menghembuskan nafasnya pelan, "Zhea berangkat ya, Ma. Assalamualaikum." Zhea tidak mau membahas Athalla dulu dalam situasi seperti ini, dia harus fokus dalam tes nanti, dia tidak boleh kepikiran apapun, memikirkan cowok itu, malah membuatnya menghabiskan waktu saja dalam tes.

"Waalaikumsalam. Hati-hati dijalan Zhea."

Sial. Pagi ini Zhea sudah mendapat hal sial, ketika ingin menaikki mobilnya Zhea tidak sengaja melihat ban nya dengan kondisi kempes, pecah. Zhea tidak tau apa yang terjadi dengan ban nya, perasaannya ban nya oke-oke aja semalam.

Ah, tidak ada waktu untuk memikirkan mengapa ban nya bocor. Yang Zhea lakukan sekarang, menunggu. Menunggu ojek online yang sudah ia pesan tiga menit yang lalu. Tak lama dari itu, kelang beberapa menit, ojek online yang Zhea pesan pun datang.

Zhea menaikki motor itu, "Ke Universitas Pelita Harapan ya mas, cari jalan tikus aja biar cepet sampe. Takutnya macet mas, jadi telat." ucapnya pelan.

Dia, 'Athalla' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang