Part 14: Ekspektasi

873 49 2
                                    

welcome
sebelum membaca divote yuk
thank u
makasiiii
khamsamida

happy reading~~~

••

Bruakkk...

Suara tabrakan pintu dengan dinding terdengar kencang hingga menusuk telinga, malam itu Keira membuka pintu kamar abangnya dengan perasaan penuh dendam.

Melihat situasi kamar Kalvin yang sunyi, Keira pun masuk melihat meja belajar di sudut dinding, disana Kalvin tengah sibuk di depan komputernya dengan mengenakan headset di telinganya.

Pantas saja Kalvin tak mendengar suara dentuman pintu hingga rumah hampir bergetar, Keira mendekati langsung melepas benda yang ada di telinga Kalvin itu.

"Eh, apa-apaan ini!" kaget Kalvin menatap ke belakang.

"Kenapa, muka lo kusut begitu?" tanya nya polos.

"ABANGGG!!" teriak Keira, Kalvin terkejut hingga ia menutup kedua telinganya.

"Kenapa sih?" tanya nya heran.

"Abang kenapa nggak jemput Keira tadi di sekolah?!" teriak Keira merengek.

"Kan gue udah bilang, gue ada urusan mendadak tadi," jawab nya santai.

"Gue ditelpon sama temen gue, Dicky kecelakaan tadi." timpa nya menjelaskan.

"Ihh, kenapa nggak dari awal bilangnya sih!" gerutu Keira memajukan bibirnya 5 senti.

"Ya mana gue tau kalau dia mau kena musibah, kenapa sih kok lo tiba-tiba marah kayak gini?!" heran Kalvin yang melihat wajah adiknya penuh kekesalan.

"Gara-gara abang ya, aku jadi pulang bareng sama Arga, tau nggak?!" jawab Keira kesal.

"Arga? Mantan lo itu?" kaget Kalvin, Keira membalas dengan anggukannya.

"Dia disini, kok bisa?" tanya nya.

"Ah, itu nggak penting, pokoknya aku marah sama abang!" dengus Keira.

"Kenapa lagi, adikku?" rayu Kalvin.

"Bang, abang tau sendiri kan aku itu susah banget move on dari dia, disaat situasi kayak gini eh dia malah dateng ganggu hidup aku!" jelas Keira sembari duduk di sebelah Kalvin.

Kalvin menarik napasnya panjang berusaha memberikan ketenangan untuk adik tercintanya.

"Iya, gue tau lo habis putus sama dia jadi susah buat move on, mulai sekarang lo jangan mau lagi ya kalau dia ganggu lo lagi," jawab Kalvin dengan solusinya.

"Tadinya juga aku nggak mau pulang sama dia, tapi karena bingung, kuota juga habis yaudah aku terpaksa, bang." lirih Keira.

Kalvin mengelus kepala adiknya berusaha untuk meyakinkan Keira yang tengah bermasalah dengan kehadiran mantannya.

"Nggak, lo harus yakin pokoknya buat lupain dia, nggak perlu naruh harapan lagi, ya?" ucap Kalvin.

"Iya!" ketus Keira.

Ia hanya mengiyakan dan hanya bisa yakin dengan ucapan orang disekitar Keira walaupun sebenarnya berat bagi yang merasakan.

"Lo, udah makan?" tanya Kalvin kembali menatap komputernya.

Melihat Keira yang menggelengkan kepalanya, Kalvin berinisiatif untuk membalas kesalahannya dan menggantikan dengan sesuatu untuk Keira.

"Yaudah, sebagai permintaan maaf gue, lo mau makan apa sekarang?" tawar Kalvin.

AYO MOVE ON!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang