Part 21: Panas

740 37 0
                                    

Hola halo pren
divote yaa
thank uu cintah

selamat membacaaaaa

••

"Agar silahturahmi tidak terputus, adakah seratus? Hehe." ujar Budi dengan cengirnya itu.

Mereka bertiga menatap Budi dengan perasaan iba, hitung-hitung untuk berbuat kepada sesama umat-Nya Tio mentraktir apa yang Budi makan tadi dikantin.

"Wih, thanks ya bro!" ujar Budi.

"Nanti siang, bisa kali traktir gue mie ayam," bisik nya sedikit ngelunjak.

"Ngelunjak nih bocah ya!" tukas Tio.

"Udah, ayo kita ke lapangan?" tanya dan ajak Fani menghampiri mereka berdua.

Budi dengan Tio manggut-manggut kompak, akhirnya mereka berempat berjalan menuju lapangan yang suasana sudah begitu ramai oleh para penggemar dari tim Basma.

"Aduh nggak sabar deh liat abang Zeno."

"Gila sih, pasti si Putra ganteng banget deh!"

"Fiks ya, Zeno calon suami gue, gamau tau!"

"Omaygat, buruan dong mulai, mau liat ketampanan Justin nih!"

"Mana sih yang namanya Vino, nggak keliatan kan jadi nggak sabar mau liat."

Seperti itulah celotehan yang didengar dari para siswi-siswi rempong yang sangat menggemari dari pemain tim basket di SMA Permata.

Fani yang mendengar ocehan dari teman seangkatannya itu rasanya ia ingin meluapkan emosi nya saat mendengar nama Vino.

"Enak aja, pokoknya Vino itu punya gue," ujar nya menatap Keira.

"Iya tenang aja, nanti gue jodohin kalian berdua." jawab Keira santai yang dibalas senyuman oleh Fani.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya pertandingan pun dimulai, para tim berkumpul ditengah lapangan sebelum permainan dimulai.

Begitu banyak suara sorakan dari pendukung yang tentunya para cewe-cewe yang paling spesial suaranya, jeritan maut itu terdengar ditelinga hampir menusuk gendang telinga.

Mereka bermain dengan waktu yang cukup lama, skor masih bertahan diambil oleh tim Basma, semenjak adanya anggota dari angkatan Zeno tim basket itu menjadi kebanggan dan tidak pernah mengecewakan.

Suara peluit terdengar yang artinya permainan selesai namun akan ada nanti lagi, mereka melakukan jeda untuk membuang rasa letihnya itu.

Seluruh tim menepi di pinggiran lapangan untuk beristirahat, meletakkan tubuhnya diatas aspal yang dingin tertutup pepohonan yang rindang, tak lupa juga mereka meneguk air sebanyak-banyaknya.

Dari kejauhan para suporter melihat betapa indahnya pemandangan di depannya, melihat pertandingan sekaligus cuci mata itu sudah menjadi kewajiban bagi wanita yang sudah lama menjomblo.

"Omaygat, ganteng banget, iya kan?" pekik Fani kemudian menatap Keira.

"Hm," deham Keira malas.

AYO MOVE ON!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang