Part 50: Kembali lagi

409 21 0
                                    

hai
selamat datang
udh part 50 aja nich
mau tamat ehe

selamat membacaa yaaa

(⌒o⌒)

••

Di lain hari tepatnya malam yang tenang ditambah setelah datangnya hujan membuat suasana menjadi semakin dingin dibandingkan sebelumnya. Vino sedang berjanji menemui seseorang yaitu Fani bertujuan untuk berbicara agar permasalahan mereka cepat terselesaikan.

Vino menunggu kedatangan Fani di sebuah cafe yang ramai dengan nuansa klasik ditambah dengan musik yang beriringan menjadi suasana lebih tenang, Vino meneguk minuman dingin rasa kopi favoritnya sembari menunggu kehadiran Fani.

Akhirnya setelah sekian lama menunggu hingga minuman Vino pun habis, Fani datang memasuki cafe itu dengan tergesa-gesa karena sudah terlambat.

"Sorry ya, gue telat, lo jadi lama nunggu." ujar Fani seraya duduk di samping Vino.

"Ah gapapa, baru se-jam kok gue nunggu." jawab Vino sedikit tertawa.

Fani menunjukkan deretan giginya tertawa kecil merasa bersalah karena telah membuat Vino menunggu lama, namun Vino tak masalah meskipun harus menunggu berapa lama.

Dua minuman yang mereka pesa mendarat ke mejanya, karena minuman yang Vino punya sudah habis ia mengikuti Fani untuk memesannya juga.

"Fan, lo masih marah ya sama Keira?" ujar Vino membuka suara untuk memulai perbincangan.

Fani meneguk minuman di hadapannya itu tanpa mengeluarkan suara, dipikirannya ia ada rasa bersalahnya setelah ribut besar dengan Keira, ia juga menyadari bahwa sesuatu yang tak mau tidak bisa dipaksakan.

"Plis Fan, lo maafin dia ya, kalian berdua akur aja kayak dulu," pinta Vino memohon.

"Gini, gue udah jujur ke Keira kalo gue ada perasaan sama dia tapi dia nggak mau nyakitin perasaan lo, gue mau minta maaf sama lo soal barang dari lo yang nggak sengaja hilang, gue juga nggak maksa dia buat mau jadi pacar gue, yang terpenting bagi dia itu asalkan dia bahagia sama siapapun deh," jelas nya.

"Dan soal perasaan lo ke gue, gue bisa ngerti itu, gue bisa ngehargain perasaan lo kok, cuman ya perasaan nggak bisa dipaksa jadi gue harap lo bisa ngerti gue juga, Fan." timpanya.

Fani mendengarkan ucapan Vino itu memang ada benarnya baginya, ia mulai menyesali dengan apa yang sudah perbuat, mungkin saat itu ia terpancing oleh suasana karena perasaannya tidak bisa dibalaskan oleh Vino, tapi sekarang ia mengerti perasaan memang tidak bisa dipaksa.

Fani tersenyum melihat Vino, ia akan mencoba untuk berdamai dengan keadaan dan memungkinkan untuk bisa kembali lagi dengan sahabatnya. "Vin, maafin gue ya kalo gue ada salah sama lo, gue ngerti kok dan gue bakalan coba buat ngomong sama mereka," lirihnya.

"Gue juga nggak butuh perasaan yang sama dari lo karena bener juga kata lo soal hati emang nggak bisa dipaksakan," ujar Fani.

"Tapi, kasih gue waktu dulu ya buat damai sama temen-temen gue, gue masih harus berusaha buat nerima kenyataan ini," pinta Fani dengan mata yang berkaca-kaca.

"Iya Fan, gue paham kok tapi secepatnya lo bisa baikan lagi ya sama temen lo." jawab Vino tersenyum.

Fani tersenyum lega setelah berbincang dengan Vino karena baginya hal yang membuatnya bahagia ialah temannya itu yang selama ini sudah saling bersama, waktu juga tersisa sedikit lagi untuk bisa bersama-sama.

AYO MOVE ON!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang