Extra Part : Chayra Nadhifa Dhiafakhri

2K 169 16
                                    

Sore itu Chayra kecil yang kini berumur satu setengah tahun sedang menunggu Iqbaal pulang dari kantor di ruang keluarga. Sudah menjadi kebiasaannya setiap sore menunggu kedatangan Ayah-nya itu di ruang keluarga.

Ketika gemercik air hujan terdengar. Dia beranjak dari duduknya menuju jendela kaca melihat hujan turun. Gadis kecil itu mengerecutkan bibirnya dan sudah siap menangis.

Sementara Namakamu hanya memperhatikan Chayra saja. Ia tau putrinya akan menangis ketika hujan disore hari karena Iqbaal pasti akan pulang telat. Karena Namakamu tidak mengijinkan Iqbaal pulang sore hari saat hujan tiba.

Ibu satu anak yang juga kini sedang mengandung delapan bulan itu lebih protektif kepada Iqbaal dalam segala hal yang menyangkut keselamatan suaminya.

Chayra berlari terengah-engah menghampiri Bundanya. Dia langsung memeluk Namakamu sambil menangis. Namakamu yang mengerti anaknya itu menangis karena Iqbaal belum pulang dia langsung mengusap air mata Chayra dengan kedua ibu jarinya sambil berkata "Ifa jangan nangis ya. Sebentar lagi Ayah pulang kok" Ucap Namakamu berusaha menenangkan.

"Atuu nda tuka ujan ndaa" Ucap Chayra dengan isak tangisnya

"Nggak boleh gitu, nanti ayah juga pulang kok" Ucap Namakamu sembari mengelus surai putrinya.

Namakamu mencubit pipi anaknya gemas dan Chayra tertawa melihat Namakamu yang mencubit pipinya.

Tiba-tiba Iqbaal menghampiri istri dan anaknya itu "Pantas saja gak ada sahutan saat ayah mengucapkan salam ternyata anak ayah dan bunda sedang di sini. Kenapa menangis sayang?" Tanya Iqbaal diakhir kalimat saat melihat pipi putrinya yang basah.

"Yaa..yaaah" ucap Chayra girang. Iqbaal pun langsung membawa Chayra kegendongan nya dipeluk dan diciuminya pipi putrinya itu.

Namakamu pun menyalami punggung tangan Iqbaal kemudian Iqbaal mencium kening Namakamu.

Mereka berlalu dari sana menuju kamar, Namakamu membiarkan Iqbaal membersihkan badanya terlebih dulu.

Malam harinya Namakamu menyiapkan makan malam dibantu oleh Bi atih untuk suami dan anaknya. Sementara Iqbaal dan Chayra sedang berada di ruang keluarga. Iqbaal sedang mengajari Chayra bacaan doa makan dan doa-doa yang lainnya.

Namakamu sangat bersyukur karena Iqbaal selalu mengajari Chayra dengan sabar. Iqbaal tidak hanya mengajari Chayra membaca doa saja, namun ia juga mengajari ilmu pendidikan seperti menghitung dan membaca.

Walau sebenarnya anak seusia ifa belum terlalu bisa dalam hal membaca dan menghitung, tapi Iqbaal yakin lambat laun anaknya pasti akan bisa dengan sendirinya.

Namakamu langsung menghampiri mereka di ruang keluarga "Teteh Ifa, Ayah! Udahan dulu ya belajarnya nanti lagi, sekarang saatnya kita makan!" seru Namakamu.

"Yeeaay ... Bunda masakin ayam goreng buat kita kan?" tanya Iqbaal meniru gaya bicara anak kecil.

Namakamu mengangguk dan tersenyum ke mereka, kemudian Chayra berlari kecil ke ruang makan. Iqbaal tersenyum ke arahnya. Kemudian dia menggengam tangan Namakamu menghampiri Charya ke ruang makan.

Setibanya di ruang makan, Namakamu menyiapkan nasi dan lauk pauk untuk dirinya dan Iqbaal. Saat Namakamu hendak menyuapi Chayra. Chayra tidak mau makan di suapin olehnya.

"Ifa, kenapa gak mau disuapin sama Bunda makannya?" tanya Namakamu, biasanya ia suka nangis kalau tidak disuapin oleh Namakamu.

"Anti kacihann dede nya uga au akan" jawabnya membuat Namakamu dan Iqbaal tersenyum senang.

"Yasudah Ifa makannya disuapin sama Ayah ya." kata Iqbaal. Chayra pun menatap Iqbaal yang sedang memangkunya dan mengangguk mau disuapin oleh Iqbaal.

Usai makan malam, mereka pun berlalu ke kamar karena sudah jam 21.00 WIB. Tadi mereka sempat bermain tebak-tebakan terlebih dulu, Chayra sudah tidur dibox bayinya.

Iqbaal memeluk Namakamu yang tidur menyamping, dan beberapa kali mengecup keningnya. Diusapnya rambut istrinya dengan lembut agar Namakamu segera tertidur.

🌹🌹🌹

Pagi harinya selesai sarapan Iqbaal memilih bermain dengan putrinya. Duduk di atas karpet dengan berbagai macam mainan yang berserakan di mana-mana.

"Semut berjalan lalu kembali, serangga berjalan lalu kembali, gajah melompat lalu kembali" Iqbaal memainkan jarinya dari telapak tangan Chayra sampai ke bahu. Sesekali gadis kecil itu tertawa saat Iqbaal dengan jailnya menggelitiki lengannya.

"Main apa sih? kayaknya seru banget" tanya Namakamu yang baru saja datang dari dapur. sehabis sarapan tadi ia membantu Bi Atih mencuci piring.

"Oh, main semut melompat ya?" Namakamu duduk di sebelah Iqbaal.

Iqbaal tertawa. "Mana ada semut melompat."

"Itu kamu tadi bilang semut melompat, kan?"

"Semut merayap, sayang" Iqbaal menangkup gemas pipi Namakamu.

"Aku gak bisa nafas nih" Namakamu melepaskan tangan Iqbaal yang menangkupnya.

"Gak bisa nafas ya?"

Namakamu mengangguk sambil membenarkan helain rambutnya yang sedikit berantakan.

Iqbaal menangkup pipi Namakamu lagi, lalu menatap serius ke arah istrinya itu.

"Sini aku kasih nafas buatan" Iqbaal dengan segera mengecup bibir Namakamu.

Namakamu langsung melepaskan tangan Iqbaal yang berada di pipinya. "Apa sih kamu, di liatin Ifa tuh." bisik Namakamu.

Iqbaal menolah ke arah Chayra yang sedang asik bermain dengan mainan yang ada di sekitarnya.

"Ifa gak liatin tuh" Iqbaal menaik turunkan alisnya.

"Udah bisa nafas kok" Namakamu menjulurkan lidahnya ke arah Iqbaal lalu bergegas kearah Ifa yang sedang memainkan bonekanya.

Iqbaal tersenyum lalu menghampiri keduanya.

"Sayang kalo adik ifa udah lahir, aku mau nambah lagi boleh?" Ucap Iqbaal dengan senyum jailnya.

"Aku ngga denger"

"Yaudah kalo gitu berarti boleh" Kata Iqbaal

"Ngga"

"Iyaaa"

"Yaudah kamu yang lahiriin sana" Ketus Namakamu

"Loh kok marah si?"

"Ya kamu nyebelin!"

"Udah mau jadi ibu dua anak kok masih gemeshin ya" Gumam Iqbaal

Namakamu tidak menanggapi ucapan Iqbaal

"Sayaanggg"

"Apah"

"Jangan marah dong, tadi aku cuma bercanada"

"Ngga lucu"

"Dimaafin ngga?"

"Hmm"

"Gemes banget si aku gigit nih"

Iqbaal mencium pipi Namakamu dan digigitnya.

"Mas Iqbaal sakit tau!" Pekik Namakamu

"Loh kok nangis si, sini sini" Iqbaal membawa Namakamu ke pelukkannya.

"Kamu gigit-gigit aja dikira ngga sakit apa?!"

"Iyaaa sayaanggg akuu minta maaf"

"Jangan gitu lagi" Namakamu memukul dada Iqbaal

Iqbaal mengangguk dan mengeratkan pelukkannya, diusapnya kepala Namakamu dengan lembut.

Tadi Ifa sudah dibawa oleh bi atih agar segera tidur. Karena waktu sudah mulai siang.

Untuk Epilog akan segera dibuat ya, Tapi untuk sequel aku tidak akan bikin karena kendala waktu. Minggu depan aku bakal publish cerita baru yang bertema Iqnam, bersamaan dengan publish Epilog cerita ini.

Terimakasih untuk semuanya yang sudah membaca dan memberikan dukungan. Aku pribadi minta maaf kalau dalam pembuatan cerita ini ada bahasa atau kata yang tidak enak didengar, sekali lagi terimakasih untuk semuanya tunggu cerita baruku minggu depan ya💙💙💙

With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang