Arka memasuki rumah milik sang ayah dengan langkah lesu. Langkahnya terhenti tiba-tiba saat melihat Ana yang tertidur di sofa. Ia melirik kearah jarum jam. Sudah pukul sebelas. Ia kemudian menghampiri Ana untuk membopongnya ke kamar. Baru saja dia menyentuh lengan Ana, gadis itu perlahan membuka matanya.
"Lo udah pulang?" tanyanya sambil mengucek matanya pelan.
"Lo ngapain disini?"
"Nungguin lo pulang. Lo dari mana si?"
Bukannya menjawab, Arka malah memberikan sebuah buku pada Ana.
"Ini buku diary punya siapa?"
"Almarhumah mamah."
Ana terdiam sebentar. "Ikut gue!" Ana menarik tangan Arka paksa dan memintanya untuk mengikutinya.
"Mau ngapain kesini?" tanya Arka saat Ana membawanya ke roftoop rumah. "
Ana menoleh kemudian tersenyum. "Gue tadi lagi jalan-jalan di rumah lo, terus gak sengaja kesinu. Liat deh pemandangannya bagus, ya?"
Arka diam tak menjawab pertanyaan yang Ana lontarkan. Kini mereka berdiri menatap seluruh isi kota dengan fikirannya masing-masing.
"Lo udah baca buku diary itu?" tanya Ana sontak membuat Arka menoleh kemudian mengangguk kecil.
Arka lalu menatap kosong kedepannya. Dia tentunya ingat betul isi dari buku tersebut.
"Nenek bilang, gue dan Adel emang anak kandung pria itu." ucapnya sontak membuat Ana membulatkan matanya terkejut.
"Saat umur gue tiga tahun. Pria brengsek itu pergi ninggalin gue, nyokap, dan Adel yang saat itu belum ada satu bulan. Dulu keluarga nyokap nggak pernah sekalipun ngerestuin hubungan nyokap gue sama pria itu. Keluarga nyokap gue juga bukan dari keluarga berada. Karna itu saat laki-laki itu pergi kabur dengan selingkuhannya, nyokap banting tulang buat hidupin gue sama Adel. "
Ana diam. Nafasnya tercekat. Susah payah dia menelan salivanya. Tak menyangka jika cowok didepannya ini mempunyai kisah serumit itu.
"Dan saat gue berumur 5 tahun, nyokap ketemu bokap gue. Mereka deket dan mutusin buat nikah. Semenjak itu, seluruh keluarga gue sepakat buat nyembunyiin identitas asli tentang ayah kandung gue. Karna menurut mereka gue nggak perlu kenal pria seperti apa ayah kandung gue sebenernya. Bokap nggak pernah terganggu, dia sayang sama gue dan Adel persis sama Anaknya sendiri. "
Arka menutup wajahnya dengan kedua tangan. "awal nya gue ngga percaya tentang semua ini. Tapi, buku itu. Nyokap gue nulis kesakitan dia dibuku itu. Dia juga nulis tentang bagaimana laki-laki itu ninggalin mama," Arka mengatur nafasnya. "gue cuma gapercaya kalo mama pernah punya luka sedalem itu. Bahkan belum ada sepekan kepergian mamah dan sekarang, kenyataan lain harus kembali gue terima."
KAMU SEDANG MEMBACA
[AHS#1] Arka
Ficção AdolescenteArka Revano Abraham, cowok tampan yang tak mempunyai sifat prikemanusiaan. Cowok dengan sifat sedingin es, dan sekeras batu. Kecelakaan yang terjadi kepada kedua orang tuanya membuat sebagian hidup Arka hancur. Satu-satunya alasan Arka bertahan hidu...