Ana berjalan menuju parkiran dengan Sarah di sebelahnya. Sejak tadi dia hanya melamun, bahkan saat Sarah mengoceh panjang lebar, Ana tetap saja tak kunjung sadar dari lamunanya. Ada banyak pertanyaan dibenak Ana. Mengenai apa sebenarnya yang salah dari hubungannya dan Revan. Kenapa bisa mereka berpisah. Bahkan Ana sama sekali tak pernah terfikir akan seperti ini endingnya. Apa yang menyebabkan perpisahan itu ada. Apa yang..
"Ana awas!"
Ana tersentak kaget. Ia menoleh kearah samping. Betapa terkejutnya dia melihat motor yang akan menabraknya. Ia pun refleks mundur kebelakang.
Sarah menghampiri gadis itu setelah motor tersebut pergi.
"Lo gapapa, Na?" tanya Sarah cemas. Ia tadi sedang asik bercerita hingga tak sadar jika Ana sudah berjalan meninggalkan dirinya ke arah jalan raya dan hampir tertabrak oleh sepeda motor tersebut.
Ana yang masih shock dan baru mendapat kesadarannya hanya menanggapi pertanyaan Sarah dengan anggukan kecil. Ia tak bisa membayangkan jika motor itu mengenai dirinya. Juga jika Sarah tak tepat waktu memperingatkan dia.
"Lo ngapain si ngelamun mulu?" tanya Sarah marah. "kalo tadi lo kenapa-napa gimana?!"
Ana menghela nafas. "Tapikan gue gapapa, Sar."
"Ya tetep aja, Na. Celaka itu nggak ada yang tau."
Ana tersenyum. "Iya, gue minta maaf ya? Gue nggak ngelamun lagi deh." ujar Ana. Sarah mendengus kemudian memalingkan wajahnya dengan tangan yang terlipat di dada.
Ana terkekeh kemudian mengusap dagu gadis itu untuk menggodanya. "Jangan marah dong. Ntar cepet tua Nathannya nggak mau lagi."
Sarah melototi Ana tajam. "Ana!" peringatnya kemudian mencubit perut Ana. Ana sendiri terbahak keras.
"Becanda, Sar yaampun." Sarah pun melepaskan cubitanya kemudian kembali melipat tangannya di dada. Ia mendengus dan membuang mukanya. Ana sendiri terkekeh karna itu. Tiba-tiba matanya menangkap seseorang yang dia kenal. Itu, Arka. Ana tersenyum kecil, saat baru saja Ana hendak menghampirinya, seorang wanita lebih dulu menghampiri Arka yang sedang memarkirkan motornya tersebut.
Ana menyerit melihat wanita itu. Sepertinya, ia sudah mengenal cukup lama dengan Arka. Biss dilihat dari bagaimana dia berbicara pada Arka. Tak ada rasa gugup atau takut seperti wanita yang baru mengenalnya. Bukan, gadis itu bukan Cindy. Rambutnya sebahu dengan pipi yang tirus. Kulit putih, body yang ah Ana sampai minder melihatnya. Tapi, siapa gadis itu? Dan apa hubungannya dengan Arka? Tiba-tiba saja pertanyaan itu terbesit difikiran Ana.
Ana mengurungkan niatnya untuk menghampiri keduanya saat melihat gadis itu naik ke motor Arka. Kerutan di kening gadis itu semakin bertambah. Bahkan saat keluar gerbang dan berada di sebelahnya pun Arka masih belum menyadari kehadiran Ana. Atau memang cowok itu sengaja menghindarinya?
"Hai, Ar!" Sarah menyepa. Ana pun langsung melototi cewek itu. Kenapa dia tidak bisa melihat bagaimana kondisinya sekarang.
Cowok yang dipanggil pun membuka kaca helmnya.
"Hai, Sar." sapa Arka. Ia beralih menatap Ana yang sejak tadi seperti sedang mencoba menyembunyikan wajahnya di sebelah Sarah. "Na?"
Segala umpatan Ana keluarkan didalam hatinya. Ia kemudian menunjukan wajahnya dengan cengengesan tak jelas. "I-iya."
"Lo ngapain?" tanya Arka.
Ana sedikit membenarkan rambutnya yang berantakan. "Oh itu tadi si Sarah ada kutunya." ucapnya bohong.
"Lo kutuan, Sar?" bukan Arka yang bertanya tapi gadis yang duduk dimotor Arka.
"Hah? Ng—" balum sempat Sarah melanjutkan perkataannya. Ana lebih dulu menginjak kaki gadis itu. Ia kemudian melirik Sarah dan mengisyaratkan dirinya untuk diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AHS#1] Arka
Teen FictionArka Revano Abraham, cowok tampan yang tak mempunyai sifat prikemanusiaan. Cowok dengan sifat sedingin es, dan sekeras batu. Kecelakaan yang terjadi kepada kedua orang tuanya membuat sebagian hidup Arka hancur. Satu-satunya alasan Arka bertahan hidu...