Saat ini Arka sedang duduk disebelah Adrian sembari menunggu Ana yang sedang bersiap. Ana sekarang tinggal dirumahnya karna Adel takut jika Ana akan kesulitan mengerjakan sesuatu sendiri karna masih banyak luka ditubuhnya. Ya, Adel. Atau mungkin Arka juga sama.
Adrian menggelengkan kepalanya sambil menatap Arka. "Mimpi apa seorang Arka bisa sampe kaya gini."
"Kaya gini gimana?" Arka menoleh pada Adrian.
"Ya, peduli sampe gini sama orang."
"Biasa aja." Arka berucap datar.
"Suka kan lo sama tu cewek?!"
Adrian terkekeh melihat Arka yang hanya diam. Biasanya cowok itu akan terang-terangan mengucapkan tidak jika dia menanyakan hal seperti ini padanya.
"Eh, dengerin ya, lo inget nggak waktu gue jatuh dari motor didepan lo? Lo bukannya ngebantuin malah nyuruh orang buat bantuin gue." Adrian mencibir.
"Kalo gue bantuin lo, yang ada lo kepedean."
"Halah si bangsat ngeles mulu! Lo inget nggak waktu bu Ningsih rumahnya kebakaran? Yang lain udah lari kesana-kesini nyari air, lo malah diem aja ngeliatin."
"Trus lo inget nggak waktu Ana ilang? Sepanik apa lo nyari dia? Sepeduli apa lo sama urusan dia?"
Arka terpaku sambil menatap Adrian. Dia menutup matanya. Menyakinkan kembali bagaimana perasaannya sekarang.
Adrian hanya menggelengkan kepalanya heran melihat sahabatnya. Dia cukup takjub melihat perubahan seorang Arka. Meski jarang memiliki pacar, tak dipungkiri banyak wanita yang mengejar-ngejar Arka namun, tak ada satupun yang bisa menyentuh hatinya.
"Si Ana kemana dah? Lama banget perasaan siap-siap." tanya Adrian.
"Baru juga tadi."
"Ini udah hampir setengah jam kampret!"
Arka menoleh pada cowok itu. "Emang iya?"
"Samperin gih, Ar! Gue takut tu cewek kabur lagi."
Arka terdiam sebentar kemudian segera berlari kemar kekamar Adel. Tanpa ijin Arka membuka pintu dan langsung lah muncul pekikan dari dalam.
"AAAA!"
Arka terkejut saat melihat Ana hanya mengenakan tenk top sambil menyilangkan kedua lengan nya didada. Cowok itu refleks berbalik.
"Ngapain aja si lo lama banget!"
"Lah? Kok jadi lo yang nyewot! Lagian ngapain nggak ngetuk dulu!"
"Salah sendirinya lama."
Ana mendengus. Cowok itu selalu saja tidak mau disalahkan.
"Gue lagi ngobatin memar gue. Susah ngobatin sendiri, biasanya kan dibantu Adel."
Arka menoleh sedikit kebelakang. "Gitu doang masa nggak bisa."
"Tangan gue cuma dua, Ar.." Ana memperhatikan kedua lengan nya. "Luka dipunggung juga belum diobatin."
Arka menghembuskan nafasnya. Kali ini dia kalah lagi dari gadis itu. dia berjalan kearah kursi. "Yaudah sini obatnya!"
Ana menggulum senyum. Sebenarnya penampilan dirinya tak terlalu buruk karna dia sudah mengenakan celana panjang. Dia mengambil obat dikasur kemudian berlari kecil duduk disebelah Arka.
"Nih." Ana memberikan salep itu pada Arka. Setelahnya, dia memunggungi cowok itu.
Arka dengan perlahan menyibak rambut Ana yang menutupi punggu gadis itu. Dengan telanten dan hati-hati dia mengolesi satu persatu luka lebam milik Ana dengan salep. Sampai pada saat luka yang terakhir, dia menurunkan tali tank top milik Ana karna menutupi lebam nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AHS#1] Arka
Teen FictionArka Revano Abraham, cowok tampan yang tak mempunyai sifat prikemanusiaan. Cowok dengan sifat sedingin es, dan sekeras batu. Kecelakaan yang terjadi kepada kedua orang tuanya membuat sebagian hidup Arka hancur. Satu-satunya alasan Arka bertahan hidu...