Chapter 15

2.9K 166 7
                                    

"Arka, cepet kesini. Keadaan mamah kamu drop."

Arka terpaku lama dengan jantung yang berdetak sangat cepat. Tiba-tiba seluruh tubuhnya kaku untuk digerakan. Matanya lurus menerawang kedepan dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Kenapa bisa nek?" tanya Arka masih menempelkan ponsel ke telinganya, ia berjalan mengambil jaket dan membuka pintu depan.

"Nenek nggak tau. Nenek tadi mau jenguk mamah kamu terus tiba-tiba dia——"

"Arka kesana sekarang." Arka mematikan sambungan telfonnya begitu saja. Ia berlari cepat kearah motornya.

"Arka!" teriak Ana yang tadinya sedang duduk di teras rumah. Gadis itu berlari kecil menghampiri Arka.

"Lo mau kemana? Kok buru-buru amat?"

Arka tak menggubrisnya, ia memundurkan motornya beberapa meter setelah itu memajukannya agar bisa berputar balik.

Ia membelah jalan raya dengan kecepatan motor yang tinggi. Persetan dengan pengendara lain yang memarahinya karna ia yang berkendara ugal-ugalan. Yang ia fikirkan sekarang hanyalah kondisi mamanya.

Tak lama ia pun sampai pada rumah sakit tempat Nita dirawat. Ia segera berlari masuk ke kamar rawat mamanya yang berada di lantai dua.

Dari arah jauh, sudah terlihat sanga nenek yang sedang duduk di kursi panjang sebelah pintu ruangan Nita. Ia berlari menghampirinya dengan nafas yang tersegal.

"Mamah mana, nek?"

"Di dalam. Sedang ditangani dokter."

Arka terdiam masih dengan nafas yang menggebu. Arka mendekat kearah pintu dan melihat ke dalam lewat celah yang terdapat di pintu tersebut. Tanpa sadar hampir saja dirinya membuka pintu kamar ruangan tersebut jika saja kesadarannya tidak segera muncul. Ia kemudian memilih duduk di kursi tunggu sambil menundukan kepalanya dalam. Mengucapkan doa agar mamanya bisa terus selalu bersama dirinya.

Tiba-tiba suara pintu terbuka membuatnya mendongak. Buru-buru ia menghampiri dokter tersebut. "Bagaimana keadaan pasien dok?"

"Untuk saat ini, belum bisa dipastikan kondisi ibu Nita bisa sampai drop seperti itu." ucap dokter itu memberi tau. "panggil saya jika ada sesuatu. Saya permisi dulu."

"Terimakasih dok." bukan Arka yang mejawab, tapi sang nenek. Setelah kepergian dokter Arka pun masuk ke ruangan Nita. Ia menghampiri wanita yang sedang terbaring lemah tersebut. Tangannya terulur menyentuh rambut Nita dan memebelainya. "Mamah yang kuat, ya?" ia kemudian menggenggam jemari Nita. "mamah pasti bisa lewatin ini semua."

"Ar..."

Arka menghapus air matanya yang hampir jatuh. Ia menarik napasnya dalam kemudian menoleh kearah neneknya. "Mamah kamu pasti baik-baik aja." ucap nenek Arka lalu mengusap rambut cucunya.

Arka tersenyum kecil kemudian mengangguk. Tiba-tiba ponsel di saku cowok itu berbunyi.

"Halo. Kenapa?"

"Lo dimana, Ar? Gue ke rumah lo tapi sepi banget ini."

"Gue di rumah sakit." Arka melirik wajah Nita. "mamah gue drop."

"Hah? Tante Nita drop? Kenapa Ar?"

"Gue gatau. Dokter masih nyari penyebabnya apa."

"Gue kesana ya, Ar."

"Hm. Terserah." setelah mengucapkan itu Arka memutuskan sambungan telfon. Ia menggenggam tangan Nita dengan kedua lengannya.

***

"Lo udah tanya di lantai berapa?"

"Kaga."

Ana menggeplak lengan Adrian kuat membuat sang empu yang tak terima pun melotot tajam. "Jan main geplak-geplak bae dong!"

[AHS#1] Arka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang