Chapter 14

8.3K 328 10
                                    

Aku harap rasa ini tak benar adanya.
—Ana

Happy reading!

Hari ini adalah hari terakhir Ana menjalani ujian. Sepulang sekolah dirinya langsung pergi ke kafe yang seminggu lalu dicap sebagai kafe favorit olehnya.

Semenjak kejadian itu Ana jadi jarang bertemu dengan Arka. Oh tidak. Ralat. dirinya yang menjauhi Arka.

Dia tau disini dirinya yang salah. Seharusnya dia tak terlalu dekat dengan laki-laki lain terutama Arka. Walau dia dan Arka hanya berteman, tapi entahlah ada perasaan berbeda yang dia rasakan saat didekat Arka.

Tapi Ana selalu menepis dan menganggap itu hanya hanya karna mereka bersahabat.

Walau seminggu ini dirinya jarang menemui Arka, tapi Ana tak pernah sekalipun menghindar saat Adel mengajaknya bicara. Dia tetap bersikap seperti biasa. Hanya, dia mengurangi untuk bertemu dengan Arka.

Dia takut rasa itu datang, tumbuh, dan bertambah besar. Dia takut akan banyak hati yang terluka nantinya.

Ana melirik kearah jam ditangannya. Sudah hampir larut. Ana kemudian memutuskan pulang.

Hampir 10 menit dirinya berdiri di halte dekat sekolahnya tapi belum ada satu pun angkutan yang melintas. Dia mulai menggerutu karna hari yang sudah mulai gelap. Tiba-tiba sebuah motor berhenti tepat didepannya membuat Ana yang melihat itu menyerit bingung.

Cowok itu turun dan membuka helm yang dikenakannya. Nampak raut wajah terkejut dari perempuan di depannya.

"Ayo pulang," ucap nya lalu menarik tangan Ana menuju motor milik nya.

Ana sendiri hanya diam tak bersuara sampai cowok itu memberikan helm kepadanya pun dia masih tetap diam.

Setelah memakai helmnya Ana segera naik kemotor tersebut. Tak ada satupun yang memulai pembicaraan hanya ada suara kendaraan yang beradu di jalan raya.

Saat sampai dirumah pun Ana masih saja diam. Hingga saat dirinya hendak masuk barulah cowok itu memanggilnya.

"Na." Ana berbalik, "gue minta maaf, " ujarnya lirih. Dia juga tak yakin dengan yang dia katakan. Sebelumnya, dia tak pernah meminta maaf kepada siapapun. Bahkan jika dirinya sudah jelas-jelas salah. Tapi kali ini? Entahlah. Seolah hatinya terketuk saat melihat Ana melamun sendiri di kafe, dia seolah ingin mengampirinya. Tapi sesuatu menahannya, entah apa. Mungkin ego. Dan saat melihat Ana yang sudah menggerutu karna tak kunjung menemukan angkutan walau tak yakin, dia akhirnya menghampiri gadis itu.

Dia tak tau apa yang terjadi, melihat Ana sendiri, merasa bahwa seminggu ini Ana menjauhinya. Ada yang Aneh menurutnya.

"Lo nggak salah kok.. Gue yang salah, harusnya gue nggak terlalu deket sama lo. Gue minta maaf karna lo jadi harus kebawa masalah gue." Ana menghembuskan nafasnya. "mungkin emang harusnya kita gak sedeket itu."

"Gue paham. Tapi gue harap lo juga ngga ngejauh dari Adel, dia sayang sama lo."

Ana mengangguk. "Thanks," lirihnya  sebelum benar-benar pergi masuk kerumahnya.

***

Ana membaringkan tubuhnya di kasur dan memejamkan matanya. Ingatannya terus berputar pada kejadian sore tadi. Apa dia berlebihan karna meminta Arka untuk menjauhinya? Kenapa hatinya tak rela?

[AHS#1] Arka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang