Pulang sekolah kali ini sengaja dia tak meminta Arka atau Adrian mengantarkan nya karna dia berniat mampir ke kedai es krim yang tak jauh dari sekolah.
Gadis itu tersenyum antusias sembari memilih rasa eskrim untuk nya sore ini. "Emm.. Coklat aja deh," putusnya.
Palayan itu mengangguk dan langsung menyiapkan pesanan milik Ana.
Ana menerima es krim itu dengan tersenyum senang sambil memberikan uang pada pelayan tadi.
Ia lalu berjalan keluar kedai sambil terus menjilat eskrim ditangan nya dan bersenandung kecil. Langkahnya terhenti begitu saja saat melihat seseorang yang tak asing baginya.
"Gimana tadi penampilan gue? Keren kan?" cowok itu menaik-turunkan alisnya.
"Gr banget lo sapi!" Kanaya mencibir sementara cowok itu sudah terbahak keras.
Revan mencopot gitar dari tubuhnya namun karena kesulitan diapun meminta bantuan pada Kanaya didepan nya. "Nay bantuin dong! Lo mah diem aja liat temen nya lagi kesusahan."
Kanaya terkekeh kemudian mendekat dan membantu Revan mengeluarkan gitar itu dari tubuhnya.
Ana masih berdiri disana, membiarkan matanya menatap dua anak manusia yang sedang tertawa tersebut. Hatinya menceleos begitu saja.
Dia mundur beberapa langkah sebelum tiba-tiba suara cewek dibelakang nya menghentikan pergerakan nya.
Kanaya mendekati cewek itu. "Lo disini, Na?" Kanaya bertanya. Sebenarnya dia masih sangat terkejut melihat kedatangan Ana.
"Lo bantuin Revan manggung, Nay? Lo bohong juga dong sama gue?"
Kanaya terdiam. Bingung apa yang akan dikatakan nya pada Ana. Tiba-tiba seseorang merangkul bahunya tanpa permisi. "Iya." cowok itu menjawab.
"Kenapa? Kenapa harus Kanaya? Kenapa harus lo, Nay?!" Ana menaikan satu oktaf suaranya.
"Karna Kanaya sahabat aku! Nggak mungkin dia nggak bakal bantuin aku." ucap Revan lagi. Sementara Kanaya sudah memukul pelan lengan cowok itu agar lepas darinya.
"Nggak, Na. Ini nggak kayak apa yang lo fikirin." Kanaya mencoba menjelaskan.
"Aku fikir setelah kejadian kemarin kamu bakal bisa berubah, Van."
Revan tertawa mengejek. "Kalo kemarin kamu bisa sama Arka, kenapa aku nggak bisa sama Kanaya?!"
Ana mengepalkan tanganya dan tanpa aba-aba langsung memukul Revan sehingga membuatnya hampir terjatuh.
"Kalo kamu udah nggak bisa percaya lagi sama aku! Fine. Kita putus!" Ana menekan kata 'putus'. Menatap cowok itu penuh amarah.
"Na, plis omongin baik-baik." Kanaya mencegah tangan Ana ketika melihat cewek itu akan pergi namun Ana malah menepis nya kasar.
Bugh!
Kanaya memukul pipi Revan keras untuk kedua kalinya sehingga membuat cowok itu menoleh kesamping untuk kedua kalinya juga.
"Lo!" Kanaya menunjuk wajah Revan, "Jangan harap gue bakalan mau temenan sama lo sebelum Ana mau maafin gue!" tegas Kanaya setelah itu pergi meninggalkan Revan.
"Nay? Lo mau ninggalin gue juga?!" Revan berteriak namun Kanaya tetap pergi dan tak memperdulikan itu.
***
Arka duduk disova kamar dengan sepuntung rokok ditangan nya. Tiba-tiba terdengar suara handphone berbunyi, diapun langsung mengambil hp disaku celana nya.Dia menyerit heran saat melihat nomer milik tantenya Ana. Tak mau berfikir lama diapun segera mengangkat dan mendekatkan ditelinga nya.
"Halo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[AHS#1] Arka
Teen FictionArka Revano Abraham, cowok tampan yang tak mempunyai sifat prikemanusiaan. Cowok dengan sifat sedingin es, dan sekeras batu. Kecelakaan yang terjadi kepada kedua orang tuanya membuat sebagian hidup Arka hancur. Satu-satunya alasan Arka bertahan hidu...