Eh, udah sejauh ini pasti bakal ada ending. Gue mau nanya apa sih yang kalian harepin dari ending Arka? Happy atau sad? Kasih juga alesannya ya.
Happy reading!
"Iya nanti dikasih aja sama orang disana."
"..."
"Udah gue urus." ia membuang puntung rokoknya.
"..."
Arka mematikan handphone nya. Dia menoleh saat mendengar pintu kamarnya terbuka.
Disana, gadia berkaos kartun sedang berdiri menatapnya. "Lo belum tidur?" tanyanya sangat pelan.
"Ngapain kesini?"
Ana menautkan kedua tangan nya. "Gue nggak bisa tidur."
"Terus?"
"Tidur disini, boleh? Di tepuk-tepuk.."
Arka terdiam sebentar kemudian mengangguk. Ana langsung menghampiri cowok itu dan berbaring dengan berbantalkan paha Arka. Arka lalu menepuk-nepuk dahi Ana.
"Kemarin gue dianterin pulang sama Bara." ucap Ana tiba-tiba.
"Kok bisa?"
Ana mendongak menatap Arka. "Dia nawarin jemputan kemarin."
"Terus lo mau?"
Ana mengangguk kemudian kembali menghadap samping. "Iya. Dia ternyata baik loh, Ar. Kemarin aja pas ada anak-anak ngamen dikasih lima puluh ribu sama dia."
"Modus dia." Arka mendengis tak suka.
Ana mengangkat dagunya dengan ekspresi bingung. "Emang iya?" tanya Ana pada Arka. Arka hanya diam tak menanggapi.
"Dia juga kemarin ngajak gue makan, tapi gue nggak mau. Gue udah makan dikantin sama Sarah sebelumnya. Terus kemarin dia nawarin gue jalan-jalan di mall juga tapi gue nggak mau." Ana menjelaskan panjang lebar bahkan tak sadar jika sejak tadi Arka menghentikan kegiatannya menepuk kepala gadis itu. Apa-apaan? Jelas-jelas Bara adalah cowok playboy. Pasti itu hanya tipu mislihat cowok itu.
"Nggak usah deket-deket sama si bangsat itu. Dia cowok ga baik. Nggak inget lo dulu mau diapain sama dia?"
"Namanya Bara, Ar." Ana mengangkat kepalanya menatap Arka.
"Bodoamat."
Ana menghembuskan nafasnya. Kemudian teringat akan kejadian dirinya dan Bara dulu. "Iya juga si, tapi masa ada orang baik kita jahatin sih? Kasian kan?"
"Nggak usah terlalu baik sama orang, bisa?" ucap Arka menyentil dahi Ana pelan.
"Iya, deh. Besok-besok mau jadi jahat aja."
Plak!
"Ya, nggak jadi jahat juga bego. Tolol banget heran."
Ana mengusap dahinya yang baru saja ditampar oleh Arka. "Kok di tabok si?!" ucapnya tak terima.
Arka diam. Malas menanggapi cewek keras kepala itu. Ia lebih memilih melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi. Tiba-tiba ponsel Arka berbunyi, Ana yang hendak tertidurpun terbangun lagi karna telpon itu.
"Kenapa lagi?"
"..."
"Iya bentar gue ambil dulu." Arka bangun dari duduknya setelah meminta izin pada Ana. Cowok itu lalu mengambil salah satu berkas di nakas dekat tempat tidur nya kemudian kembali ke sova tadi.
"..."
"Iya bentar gue cek dulu."
Ana menguap lebar. Padahal dirinya sudah hampir terlelap tadi. "Kantor bokap lo?" tanya Ana. Arka hanya mengangguk kemudian fokus kembali pada berkas dan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AHS#1] Arka
Novela JuvenilArka Revano Abraham, cowok tampan yang tak mempunyai sifat prikemanusiaan. Cowok dengan sifat sedingin es, dan sekeras batu. Kecelakaan yang terjadi kepada kedua orang tuanya membuat sebagian hidup Arka hancur. Satu-satunya alasan Arka bertahan hidu...