Saat ini, Ana sedang duduk disalah satu bangku di kantin. Dia tadi sedang bersama Sarah tapi gadis itu tadi izin ke toilet dan belum kembali sampai sekarang.
Dia tersentak saat Cindy tiba-tiba duduk di kursi didepannya. Dia menatap heran cewek itu. "Ada apa?"
"Gue mau ngomong serius sama lo," ucap Cindy the poin.
"Ngomong aja, emang kenapa?"
"Jauhin Arka."
Ana tersedak minuman nya. "What? Lo nggak salah? Emang sejak kapan gue deket sama dia."
"Udah deh, Na. Nggak usah munafik. Lo suka kan sama Arka?"
"Gue sama Arka cuma sahabatan dan nggak lebih."
Cindy tersenyum kecil. "Bagus lah. Boleh dong berarti gue deket sama Arka dan lo nggak perlu ganggu kedekatan kita."
Ana diam. Mencoba memikirkan apa yang cewek itu ucapkan.
"Lagian nih ya, Na. Lo itu cuma ngrepotin Arka doang dan Arka juga nggak pantes buat lo."
Brak!
"Maksud lo apa nyuruh Ana ngejauhin Arka?!" ucap Sarah yang tiba-tiba datang.
Cindy bangun dari duduknya dengan santai. "Bener kan tapi apa yang gue bilang? Ana tuh cuma ngeropin Arka doang. Lagian Arka juga nggak suka sama dia."
"Yang ada itu elo yang keganjenan sama Arka!" Sarah mendorong bahu Cindy.
"Kok lo nyolot sih?!" Cindy mendorong bahu Sarah untuk membalas. Sarah yang tidak terima diperlakukan seperti itupun langsung menjambak rambut Cindy.
"Berani banget lo!" Sarah melepas tarikan nya kasar sempat membuat cewek itu tersungkur.
Ana langsung bangun dari duduknya dan meleri keduanya. "Udah, Sar. Kita jadi diliatin sama anak-anak."
"Diem, Na. Ni bocah lama-lama nyolot kalo dibiarin terus."
Cindy yang tak terimapun langsung menarik rambut Sarah dan terjadilah jambak-jambakan antara keduanya.
"Ayo, Sar jambak terus!"
"Cindy menang pasti."
"Sarah yang menang! Nggak-nggak Cindy pasti yang menang! Eh Sarah aja deh."
Bukannya melerai siswa disana malah ikut bersorak mengumumkan siapa pemenang nya sehingga membuat suasana kantin menjadi tambah ramai.
Ana menarik tubuh Sarah agar menjauh. "Udah, Sar. Udah."
Sarah membenarkan seragam nya yang berantakan. Mendekat pada Cindy dan mengambil jus miliknya tadi kemudian langsung menyiramkan pada wajah cewek itu kemudian berlalu dari sana.
Sementara Arka. Cowok yang menjadi alasan keributan tadi sedang berada di roftoop sekolah. Seperti biasa cowok itu sedang memotret beberapa benda disana.
Tiba-tiba Adrian menepuk bahunya membuat cowok itu menoleh. "Ar, di kantin rame banget , Ar!" teriak Adrian heboh.
"Apaan si lo tai."
"Si Cindy sama si Sarah ribut gara-gara elo kampret."
"Lah? Gue?"
"Jadi, awalnya si Cindy ngajak ribut sama Ana. Tapi Ana kan orang kalem jadi nggak mau ribut. Nah Sarah yang nggak terima si Ana digituin langsung ngejak ribut Cindy," Jelas Adrian.
Arka melepas kamera dilehernya dan memberikan nya pads Adrian kemudian cowok itu langsung pergi dari sana.
Saat memasuki kelas terlihat Ana yang sedang menyembunyikan kepalanya dikedua tangan yang terlipat dimeja. Dia mengetuk meja cewek itu.
Ana mengangkat kepalanya. Tersenyum kecil pada cowok itu. "Kenapa?"
Arka mengulurkan tangan nya. Ana yang masih bingung pun malah menatap bingung cowok itu.
Arka menggenggam tangan Ana dan membawanya keluar dari kelas mereka. Arka lalu membawanya ke roftoop. Mendudukan cewek itu dikursi disana.
"Kenapa tadi ribut?" tanya Arka.
"Nggak papa." Ana menggeleng pelan.
Arka mengamati wajah cewek itu lekat. "Mau eskrim?" tawarnya.
Ana menoleh mencerna apa yang cowok itu ucapkan. "Nggak, nggak gue nggak mau ngrepoti lo."
"Gue yang mau. Udah ayo." Arka menarik tangan cewek itu menuju parkiran. Arka memberikan helm pada cewek itu tapi Ana malah tetap diam. Arka berdecak kemudian memasangkan nya pada kepala cewek itu. Mereka kemudian pergi dari sana.
Benar saja apa yang Arka katakan. Cowok itu mengajaknya kesebuah kedai eskrim. Mereka turun dan segera masuk ke kedai itu.
"Gue vanila, lo apa Ar?" tanya Ana melihat daftar menu eskrim.
"Gue nggak, lo aja."
"Ihh elo harus nyobain eskrim disini!" gerutunya. Dia lalu memesan dua eskrim vanila untuk dirinya dan Arka.
Dia memberikan eskrim tadi pada Arka. Setelah membayar mereka lalu pergi meninggalkan kedai tersebut.
Mereka lalu duduk disalah satu bangku taman."Enak kan? Gue sering banget beli eskrim disana, Ar."
Arka hanya berdegem kemudian menyandarkan punggungnya disenderan bangku. Ana mencebik kesal. Mereka lalu sama-sama menikmati eskrim nya.
"Gausah didengerin apa yang Cindy omongin."
Ana menoleh pada cowok itu. "Nggak kok." dia memainkan kukunya dengan gugup dia menatap cowok itu. "Jangan marah ya sama dia? Dia nggak salah kok. Emang gue yang suka ngerepotin lo, Adel sama yang lain."
"Lo ngomong apa si?"
"Jangan marah sama Cindy." ujarnya pelan.
"Gue nggak janji."
Ana menghembuskan nafasnya. Tiba-tiba ia menyenderkan kepanya dibahu Arka
"Ngantuk."Arka terkekeh kecil. Bisa-bisa cewek itu mengetahui kelemahan dirinya. "Yaudah tidur."
Ana tersenyum kecil kemudian mengangguk. "Kalo gue pergi gimana, Ar?"
"Pergi kemana?"
Ana membenarkan kembali duduknya. Menatap cowok itu sebentar. "Ya, pergi kaya dari Jakarta ke Bandung gitu. Kan lo tau gue nggak mungkin bakal disini terus. Gue harus pergi."
"Kenapa nggak disini aja?"
"Hah?"
Arka menarik lagi Ana. Membuatnya kembali tersandar pada bahunya. "Udah nggak usah ngelantur. Tidur aja, katanya lo ngantuk."
Ana mengulas senyum tipis. Setidaknya dia bersyukur di Bandung menemukan orang-orang baik yang menyanginya. Jika pun sudah takdirnya dia harus meninggalkan mereka juga. Dia harap tidak akan ada penyesalan akhirnya.
Tbc.
Arka ganteng banget kalo senyum😭
KAMU SEDANG MEMBACA
[AHS#1] Arka
Teen FictionArka Revano Abraham, cowok tampan yang tak mempunyai sifat prikemanusiaan. Cowok dengan sifat sedingin es, dan sekeras batu. Kecelakaan yang terjadi kepada kedua orang tuanya membuat sebagian hidup Arka hancur. Satu-satunya alasan Arka bertahan hidu...